22

29 6 4
                                    

Deran dan Cho Ya berjalan keluar dari ruangan rapat secara beriringan, mereka baru saja menyelesaikan rapat evaluasi mengenai proyek yang sedang mereka garap.

Deran memegang lehernya karena sedikit terasa kencang.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Cho Ya khawatir.

"Hm, hanya sedikit tegang"

Cho Ya mengikuti Deran sampai ruangannya, Deran membuka blazer nya lalu duduk.

"Besok"

"Ha?" Cho Ya mengerut tak mengerti.

"Agenda kegiatan apa saja untuk besok?"

"Ah, besok ada pertemuan dengan kepala cabang dan acara makan siang dengan petinggi perusahaan H"

"Itu saja?"

"Iya, itu saja"

"Baik lah, kau boleh keluar"

Cho Ya menundukkan kepalanya lalu berjalan keluar.

Deran menyenderkan punggungnya lalu memijat keningnya pelan, dia ngecek ponsel dia tersenyum saat melihat pesan dari kakaknya.

From : Ten Oppa
"Heh, Kim Deran kau sibuk sekali seperti. Sampai tidak bisa menjawab panggilan ku"

Deran mengetikan balasan sambil tersenyum jahil.

To : Ten Oppa
"Aku ini sibuk. Memang nya kau yang hanya menari-nari di atas panggung".

Deran tertawa pasti kakaknya sedang mengumpat melihat balasan darinya.

Saat akan menyimpan ponselnya lagi ada panggilan masuk, Deran melihat siapa yang menghubunginya, ternyata itu kakaknya.

"Pasti dia ingin menceramahi ku" ucap Deran sambil tertawa, lalu menjawab panggilan dari Ten.

"Iya?"

"Sungguh tidak ada sopan santun"

Deran tertawa "Ada apa kakak ku sayang"

"Yaampun, aku langsung mual"

"Ck, dasar adik kurang ajar"

Deran tersenyum membayangkan wajah kakaknya yang sedang kesal.

"Kau sibuk?"

"Tentu saja. Ada apa?"

"Tidak! Aku hanya rindu saja pada mu"

"Apa-apaan kau in-"

"Hueee, aku rindu... Sudah tiga hari aku tidak melihat wajah mu"

"Ya Tuhan!! Kau ini seperti anak kecil kehilangan ibunya"

"Iskk, memangnya kau tidak merindukan ku?"

"Pakai nanya. Ya tidak lah"

"Sungguh kejam diri mu wahai adinda"

Deran tertawa terbahak sampai menyenggol pigura yang ada di mejanya.

"Kau sedang free?"

"Hm, Aku sedang di dorm. Kau mau tau kemarin aku....."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Choy tengah sibuk dengan komputernya, mata dan tangannya berkerja dengan sangat cepat, dia bahkan dijuluki dengan Dewi sepuluh jari. Itu memang berlebihan, padahal dia mengetik juga sama seperti karyawan yang lainnya, hanya sedikit lebih cepat dari yang lain.

"Sekretaris Shin, ini ada ada berkas yang harus ditandatangani oleh Presdir"

Choya mendongak lalu mengambil berkasnya "Baiklah, terima kasih. Nanti aku hubungi setelah selesai ditandatangani"

Boy In LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang