27

19 4 3
                                    

Deran mendorong Chaerim ke ruang makan karena jam makan siang sudah tiba, Gongju pun berjalan beriringan dan dia terus mengoceh membuat Deran dan Chaerim kadang terkikik mendengar ocehan nya yang begitu lucu.

Mereka pun masuk ke dalam ruang makan. "Wah ternyata sudah ramai" celetuk Deran. Gongju langsung berlari mengambil tempat makannya dia lalu berjalan ke meja yang di atasnya tersedia berbagai jenis makanan itu.

Bugh.

Langkah Deran terhenti saat kepalanya dipukul cukup keras,"Aish!! Siapa yan-" ucap Deran terpotong saat melihat Choya di belakang dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Kau ini, dari mana saja?! Kasian kan Chaerim dan Gongju jadi telat makan siang" ucap Choya.

Deran menggaruk kepalanya "Hehe.. Maaf, lagu pula waktu makan siang masih banyak. Iyakan, Chaerim?"

Choya sudah ingin mengumpat, Deran yang melihat itu pun langsung mendorong kursi roda Chaerim

"Ah... Lebih baik kita cepat, takut keburu habis makanan nya" ucap Deran sambil meninggalkan Choya.

Choya dan Deran makan dengan terpisah, mereka suka lupa dengan sekitar jika sudah bersama dengan anak-anak panti. Sebenarnya Choya tidak terlalu suka dengan anak kecil dia beralasan jika terlalu dekat dengan anak kecil naluri bar-bar nya seketika keluar dan membuat anak-anak merasa takut, tapi Deran selalu mengajaknya untuk berinteraksi dengan anak-anak, awalnya dia menolak tapi Deran terus memaksa dan sekarang dia sudah terbiasa berinteraksi dengan anak-anak walaupun terkadang jiwa barbar nya keluar dan itu membuat Deran menggelengkan kepalanya.

Choya mendekati Deran yang sedang mengambil air minum "Mau pulang?"

Deran tak langsung menjawab dia terlebih dahulu meminum airnya "Yha.. terserah saja" jawab nya enteng, Choya memutar bola matanya.

"Ya sudah, cepat kau bantu membersikan peralatan makan. Dari tadi kau hanya main, dasar!"

Deran menuruti perintah Choya, tanpa banyak bicara dia mengambil tumpukan piring lalu membawanya ke wastafel.

Setelah itu mereka duduk sambil memperhatikan anak-anak yang sedang bermain di depan mereka.

"Sepertinya acara amal di depan sudah selesai" ucap Choya setelah mengunyah jelly nya.

Deran melirik lalu mengambil Jelly dari tangan Choya, belum sempat Choya mengumpat Deran sudah memotongnya "Iya, sepertinya begitu"

Choya kembali merebut jelly nya yang tadi sempat ada digenggaman Deran, Deran terkikik melihat kelakuan Choya yang sangat ke kanakan itu. Dia heran kenapa temannya ini selalu mengunyah saat sedang santai atau tidak ada kerjaan.

"Nana kemana yah? Dari tadi aku tidak melihat nya" Deran mengedarkan pandangnya.

Choya hanya menggedikan bahunya acuh.

"Hey!"

"Ng? Hey? HEY? HEY KATA MU?" ucap Choya dengan mata melotot

Deran tergelak "Maaf. Hahah"

"Tidak sopan sekali anak ini!"

"Hehe, bukannya tadi kau mengajak pulang?"

"Ya Tuhan! Aku lupa! Kalau begitu, ayo kita pulang. Lagi pula jelly ku sudah habis"

Ingin rasanya Deran memukul kepala Choya dengan keras tapi dia selalu mengurungkan niatnya itu mengingat Choya lebih tua dari nya. Sebenarnya bukan hanya karena itu saja, dia juga sedikit takut karena Choya merupakan seniornya di Do Jang, walaupun meraka sama-sama bersabuk hitam tapi tetap saja Deran selalu merasa ciut jika harus sparring dengan Choya.

Boy In LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang