6

34 4 2
                                    

"Nak, ayo turun bantu Bunda"

Deran menutup pintu lemari dan berjalan keluar dari kamarnya.

Yha, Deran sudah tinggal di rumah orang tua nya sejak tiga hari yang lalu. Ini pun karena terpaksa, jika bukan Ten yang menyeret nya pulang dia tidak akan berada di sini sekarang.

"Selamat pagi Bunda"

Deran mencium pipi Bundanya yang sedang sibuk memotong sayur.

"Ini, tolong kamu cuci ya"

Bunda menyodorkan daging ayam kepada Deran, dengan cepat dia mengambil nya dan berjalan mendekat ke arah wastafel.

"Bun, Ayah mana?" Tanya Deran dengan masih mencuci daging ayam.

"Ayah belum bagun, semalam dia pulang larut" ucap Bunda.

Deran hanya mengangguk.

"Bun, kenapa memasak sebanyak ini?" Ujar Deran sambil menyerahkan daging ayam yang sudah dia cuci kepada Bunda.

"Karena kak-"

"Aku pulang~~" suara cempreng itu memotong kalimat Bunda.

Deran menghela napas, dia sudah hapal dengan suara yang khas itu.

"Kakak mu datang" Bunda tersenyum,

Sebaliknya Deran, dia hanya memutar bola matanya jengah. Entahlah jika dia berada didekat kakanya itu selalu saja ada yang aneh menimpanya.

Mengingat kemarin dia dipaksa untuk pulang. Semakin membuatnya kesal.

Ten berjalan menuju dapur sambil menenteng paper bag ditangan kirinya.

"Ck, pantas saja tidak ada jawaban. Ternyata kalian semua di dapur"

Deran dan Bunda menoleh kebelakang saat suara Ten terdengar.

Bunda tersenyum melihat anak sulungnya yang sedang berjalan menghampiri nya.

"Aku rindu Bunda" ucap Ten sambil memeluk Bunda erat.

"Ck, anak nakal!! Kenapa kau jarang pulang ke rumah eoh" Bunda memukul kecil lengan Ten.

"Aku sibuk, Bun" ucap Ten dengan cengirannya.

"Sampai melupakan Bunda mu?" Ujar Bunda dengan melipat kedua tangannya di atas dada.

"Tidak Bun-"

"Hm" deheman Deran memotong kalimat Ten, membuatnya beralih pandang kepada Deran yang sedang mengaduk sup.

"Unch adik ku tercinta" Ten langsung memeluk Deran erat dan itu membuat nya terlonjak.

"Pasti kau cemburu yha....belum aku peluk. Unch gemasnya adik ku ini" ujar Ten sambil mengoyang goyangkan tubuh Deran.

TAK

Deran memukul kepala Ten yang berada di bahunya dengan sendok sayur yang dia pegang.

Ten meringis lalu melepaskan pelukannya. Deran berbalik menatap Ten.

"Sakit" Ten mengelus kepalanya yang sedikit berdenyut karena ulah Deran

Sedangkan Deran hanya menatapnya santai. Ten sudah merentangkan tangannya lagi untuk memeluk Deran.

Dengan sigap Deran mengangkat sendok sayur nya.

"Apa!! Mau apa kau? Mau ku pukul lagi" ujar Deran

Ten mendengus dan mempoutkan bibirnya.

"Kenapa kau pulang?" Tanya Deran yang sekarang sedang menata udang saus tiram di atas piring.

Boy In LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang