SETELAH menyelesaikan semester empat dan malam festival kampus, mahasiswa diberi waktu libur selama sebulan penuh. Sejak awal duduk di bangku mahasiswa kedokteran gigi, Edwin sedikit bingung karena teman-temannya yang berkuliah di jurusan bukan kedokteran mendapatkan waktu libur lebih lama, bahkan bisa sampai tiga bulan. Namun, kalau dari wejangan para kating, Edwin dapat menyimpulkan bahwa fakultas kedokteran dan fakultas kedokteran gigi biasanya selalu terlambat mendapatkan waktu libur karena menganut sistem blok dan waktu libur pun biasanya tidak lama.
Drrt. Drrt.
"Bangke…" gumam Edwin, merentangkan tangan kanannya ke atas meja yang tepat berada di sebelah tempat tidurnya. Tangan itu berusaha meraba ponsel yang berdering dan bergetar, mulai memekakkan telinga, sampai beberapa barang lainnya yang ada di atas meja itupun jadi terjatuh ke lantai akibat tangan Edwin.
"Bangsat, mana sih tuh hape?" umpat Edwin mengubah posisinya menjadi duduk, lalu mencari ponselnya yang ternyata sudah terjatuh ke lantai. Setelah meraih ponsel itu dan mematikan alarmnya, Edwin pun kembali menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, menatap langit-langit kamarnya. Jam dinding menunjukkan pukul enam pagi dan hari ini adalah hari Senin. Hari dimana perkuliahan dan semester lima dimulai.
Edwin berdecak sebal ketika dia melihat notifikasi ponselnya yang penuh oleh grup obrolan angkatan mereka. Edwin hanya mematikan layar ponsel tersebut, lalu beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, setelah mematikan AC di kamarnya.
Sebulan berlalu. Hari ini, mereka harus kembali berkuliah seperti biasa. Baru saja mendengar suara alarm di pagi hari, rasanya Edwin sudah kesal. Akibat semester pendek yang terpaksa harus dia ambil selama liburan kemarin, Edwin merasa waktu liburnya tak cukup. Alhasil, ketika teman-temannya pergi liburan, Edwin harus mengikuti beberapa kelas.
Inilah yang terjadi jika dia menjalani sesuatu tanpa didasari keinginan hatinya. Sejak awal, dia tak ingin kuliah, apalagi masuk ke dalam fakultas kedokteran gigi. Namun, ibunya yang single parent dan bernotabene sebagai dokter gigi, ingin Edwin, anak pertamanya, meneruskan RSGM miliknya. Selain itu, Edwin bisa masuk ke dalam fakultas kedokteran gigi pun karena ibunya yang punya banyak bekingan dan mereka sengaja mengambil universitas yang paling dekat dari rumah.
Setidaknya, sejauh ini, status dari SKS yang Edwin ambil selalu lulus, meskipun harus mengikuti remedial dan semester pendek beberapa kali.
Setelah mengendarai mobilnya dan memarkirkannya, Edwin pun berjalan menuju ruang kelas mereka. Setelah membuka pintu ruangan tersebut, Edwin langsung disambut oleh para laki-laki yang duduk di sudut ruangan. Edwin tak sengaja menjatuhkan pandangannya ke arah mahasiswa yang duduk di meja paling depan, yaitu Luna. Mereka sempat beradu pandang untuk beberapa detik, sebelum Luna mengalihkan pandangannya ke arah lain, tampak menghindari pandangan Edwin.
Edwin hanya bisa tersenyum kecut. Ternyata, perempuan itu masih marah padanya.
Tak lama setelah Edwin duduk dan mengobrol dengan teman seangkatannya yang lain, Dokter Eddie pun memasuki ruang kelas mereka. Edwin mengatupkan bibirnya, mengingat kejadian tak mengenakkan yang terjadi pada Luna, bulan lalu. Kira-kira apa yang dipikirkan Dokter Eddie setelah kejadian itu, ya? Pada semester ini, Dokter Eddie mengajar salah satu topik dari blok ini dan itu artinya, Luna akan terus berhadapan dengan pria itu.
Edwin menghela napasnya panjang. Dia jadi merasa bersalah. Selain itu, dia belum meminta maaf kepada Luna.
Belum sampai satu jam Dokter Eddie menjelaskan materi, Edwin merasakan ponsel yang dia letakkan di balik buku catatannya, bergetar. Edwin pun menyalakan layar ponsel tersebut, lalu membuka isi pesan yang berasal dari grup khusus laki-laki di angkatannya.
Info Link Mantep Group
Ando
• P
• Woy
• Gue selalu ngantuk kalo yg ngajar dok EddieRafi
• Istigpar lu
• Bokap udh susah-susah biayain kuliahAndo
• Tp kayanya ok aja tuh ngebiayain perek di luaranDito
• Abis ini kelas apa si
• Gue kebelet boker lagi ck nyusahin bgtEdwin
• Boker mah tinggal bokerDito
• Ya kali berak di kelas
• Eh lu ada yg liat dok Becca hari ini?Fadil
• Emg knp yankDito
• Abis ini dia yg ngajar
• Kalo dia ga ada sekarang, biar jelas nih bisa majuin jam kelas yg lain
• Hah
• ADA YG LIAT DOK BECCA GAEdwin
• Nanya mulu lu kek dora
• Gk ad keknyFadil
• Moga ad si
• BohayRafi
• AstagfirullahRandy
• Udah punya laki kaliAndo
• Justru karna punya lakiDito
• HAHAHAHAHAFernan
• Demi apa kmrn katanya si bang Niko ke kosan kak LeaEdwin
• Hah ngapain anjirAndo
• Positive thinking aj
• NgeweRafi
• ANJIR HAHAHAEdwin
• Link donk kakFernan
• Nnti klo udh ktmu ak share yh dikAndo
• Alah lagian si Niko sosoan ngasi wejangan mentang-mentang kating, taunya dia jg bgtu
• Kating babiEdwin susah payah menahan tawanya sedaritadi. Padahal awalnya, dia mengantuk karena materi yang dijelaskan oleh Dokter Eddie dibawakan terlalu datar.
"Edwin, kamu ngetawain apa?" tanya Dokter Eddie, membuat Edwin tersentak kaget dan langsung menatap lurus ke depan. "Ada yang lucu dari materi saya?"
Edwin dapat melihat dari ekor matanya, para lelaki laknat itu sudah menahan tawa karena Edwin baru saja ditegur oleh Dokter Eddie. Edwin menelan salivanya. Bukankah ada banyak yang tidak memerhatikan materi? Kenapa hanya Edwin yang ternotis?
"Duduk di depan aja, Win," ujar Dokter Eddie, menunjuk salah satu meja terdepan, tepat di hadapannya. "Semua cowok di belakang juga maju ke depan. Masih ada banyak meja kosong di depan."
Edwin tersenyum menang melihat ekspresi lelaki lainnya yang seketika menjadi datar. Mereka pun berdiri dari posisi masing-masing, lalu berjalan ke meja depan dengan tas dan buku yang mereka bawa.
Edwin tertegun ketika dia beradu pandang dengan seorang perempuan yang ternyata duduk di sebelahnya, di meja depan. Perempuan itu menatap sinis ke arahnya, membuat Edwin hanya bisa tersenyum kecut sekaligus menelan salivanya.
Ah, sepertinya dia benar-benar membenci Edwin sejak kejadian itu.
Edwin pun menjatuhkan posisinya di kursi tersebut. Jika posisi mereka masih seperti sebelum kejadian malam festival waktu itu, mungkin Edwin dan Luna akan saling meledek satu sama lain. Bagaimana caranya meminta maaf kepada Luna? Masalahnya, Edwin sendiri pun tak tau bagaimana caranya.
Drrt.
Edwin mengernyitkan dahinya ketika dia melihat satu notifikasi yang baru saja masuk ke dalam ponselnya itu membuat layar ponselnya menyala dengan otomatis.
FKG Kamboja '19
Dito
• Punten temen-temen
• Dokter Becca minta jadwal kuliah diundur karna beliau lagi ada halangan, jadi abis ini kita kosong. Jam 11 nanti masuk lagi, kelasnya dokter Lina
• Nanti abis kelas, kalo kita ngumpul di kafe seberang kampus pada bisa ga? Mau ngomongin praktikum blok ini

KAMU SEDANG MEMBACA
Taoreru
RomanceEdwin, mahasiswa kedokteran gigi yang memiliki mimpi menjadi musisi. Luna, mahasiswa kedokteran gigi yang memiliki mimpi sesuai prodi yang dia ambil, yaitu dokter gigi. Mereka adalah dua orang yang selalu meledek satu sama lain. Namun, hubungan Luna...