Chapter 20: Movie Night

434 69 0
                                    

"HAH? Mau nonton 365 Days? Yang bener aja, anjir," ujar Mery, melotot galak ke arah para laki-laki yang baru saja memberikan usulan mengenai film apa yang akan mereka tonton malam ini. "Kalau lo mau nonton 365 Days, di rumah bapak lo aja sana."

Suasana di ruangan ini benar-benar riuh oleh perdebatan para laki-laki dan Mery mengenai film yang akan mereka tonton. Berbeda dengan Mery, perempuan lainnya sibuk mengatur posisi bantal, selimut, karpet bulu, serta makanan-makanan untuk persiapan nonton. Sedangkan Dito dan Edwin, dua lelaki itu sibuk menyesuaikan letak proyektor dan laptop berisi film yang akan disambungkan.

"Emangnya lo belom pernah nonton 365 Days?" tanya Ando. "Cewek-cewek pada sok suci, bangke."

Mery memutar kedua bola matanya sebal. "Temen-temen yang cewek, jadi malem ini kita nonton apa?"

"Despicable Me aja gak, sih?"

"Apa? Despicable Me?" Edwin bergidik. "Udah kepala dua masih nonton minions, anjir."

"Kalau gitu, Stand By Me 2, deh, pasti banyak yang belom nonton," saran Luna, membuat Edwin menutup mulutnya, menahan tawa. Luna yang menyadari hal itu, lantas menatap sinis. "Apa yang lucu?"

"Gapapa, sih, tapi kalau lo kayanya lebih cocok nonton King Kong, deh," jawab Edwin, tersenyum miring.

"Hah? Maksud lo apa ngomong kaya gitu?" Luna menatap sebal, meraih salah satu toples makanan, bersiap melemparkannya ke arah lelaki menyebalkan yang sudah lari menjauh dari jangkauan Luna. "Coba deh, kalau menurut lo, film apa yang cocok buat malem ini?"

Edwin terdiam sejenak, berpikir. "365 Days 2?"

"Anjir nih para cowok, isi otaknya sama semua," komentar Dira, menghela napasnya. "Udah, malem ini kita nonton film thriller aja dan ambil judul film yang ratingnya bagus secara acak. Ada yang keberatan, gak?"

Semua penghuni ruangan ini mengangguk setuju, lalu mengambil posisi di atas karpet yang telah mereka sediakan, serta bantal-bantal yang ditata secara acak. Dira pun memilih film berjudul Fractured yang dirilis tahun 2019 tersebut, lalu mengambil posisi di sebelah Luna, yang juga duduk di depan Dito. Edwin pun mengambil posisi tepat di belakang Luna, lebih tepatnya, sebenarnya lelaki itu sengaja duduk di sebelah Dito, yang kebetulan duduk di dekat Luna.

"Ih, anaknya jatoh dari atas gitu kok gak mati, anjir?" celetuk Edwin. "Bapaknya juga bisa-bisanya b aja liat anaknya jatoh. Dih, anjir, kalau gueー"

"Ssst! Berisik, bangke. Bawel banget," potong Luna, berdesis sembari menempelkan jari telunjuknya di depan bibir, meminta lelaki yang duduk di belakangnya ini untuk diam. Pasalnya, sejak awal film dimulai, Edwin sudah mengomentari banyak hal dan tak ada yang penting dari komentar itu.

Namun, setelah Luna menyadari perasaannya untuk Edwin, bukankah seharusnya Luna mulai memperhatikan Edwin? Misalnya, apa yang lelaki itu sukai dan apa yang lelaki itu tidak sukai. Lalu, apa reaksi lelaki itu ketika menonton film dan genre film apa yang Edwin sukai. Namun, bagaimana caranya Luna bisa mengetahui banyak hal tentang Edwin?

Sejauh ini, Luna hanya mengetahui kesukaan Edwin dalam bidang musik. Contohnya, Edwin yang menyukai lagu Jepang dan sangat menyukai band Laruku. Bahkan, sepertinya, hanya sebatas itu. Luna yakin, masih ada banyak penyanyi asal Jepang yang Edwin sukai. Apakah Luna juga harus mencari tau banyak hal mengenai apa yang Edwin sukai agar dia bisa nyambung dengan Edwin?

"BWAAA!"

"AAAA!"

Seluruh mahasiswi berteriak karena Edwin malah mengejutkan mereka semua ketika suasana pada film itu sedang tegang-tegangnya. Apalagi, Luna. Perempuan itu merasa jantungnya hampir copot karena dia duduk tepat di depan Edwin. Lelaki itu hanya tertawa geli, memegang perutnya yang mulai sakit karena dia merasa ekspresi kaget para perempuan barusan benar-benar kocak dan seharusnya dia videokan.

TaoreruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang