~•Bisa sambil dengerin mulmed ya. Biar lebih ngefeel•~
Pemuda berusia 16 tahun, dengan kulit putih, tinggi 180, hidung mancung dan rahang kokoh memasuki sebuah rumah, "Dari mana aja kamu Atta! Hampir satu minggu nggak pulang sama sekali! Ingat Ta kamu masih tanggung jawab Papi kalau kamu lupa!"Atta hanya melirik sinis sekilas, terlihat di ruang keluarga 3 orang yang tengah tertawa berbahagia. Dave, Rafa, dan Risa. Sebelum akhirnya perlahan tawa itu sirna dan berganti dengan aura yang mencengkam sejak dirinya datang.
"Papi tidak perlu tau Atta dari mana! Yang jelas tempat yang kemarin Atta singgahi lebih baik dari pada Neraka ini!"
"JAGA UCAPAN KAMU ATTA!!!!!"
"JADI BEGINI DIDIKAN REA SELAMA KAMU BARENG DIA????, SEPERTI ANAK TAK PUNYA ADAB!"
Risa selaku Mama tiri Atta ikut bangkit, melihat situasi yang mulai dirasa memanas antara suaminya dan Atta.
Atta terkekeh sinis! "Papi butuh kaca? Atta seperti ini karena campur tangan dari perbuatan Papi di masalalu! Satu lagi tolong jangan bawa-bawa Almarhumah Mami di setiap pembicaraan kita! Buat Atta Mami sudah cukup sempurna menjalankan perannya sebagai seorang Ibu! Harusnya Papi yang dipertanyakan mana peran Papi sebagai kepala keluarga beberapa tahun lalu!"
Setelah mengatakan hal tersebut Atta berjalan meniki tangga menuju kamarnya di lantai 2. Di rumah ini dia merasa asing. Dave laki-laki yang seharusnya bisa menjadi figur seorang Ayah justru merusak ekspektasinya.
Ingatan Atta perlahan berkelana, mengingat hari-harinya yang nggak bisa dibilang mudah. Percayalah Atta sekarang hanya sedang merenungi takdir yang tidak pernah berpihak kepadanya.
Atta bocah malang yang sejak balita sudah berteman baik dengan apa itu luka. Dan penyumbang luka terbesar adalah orang-orang di sekelilingnya. Terlebih Rea Agustina dan Dave Arfaenza. Kedua orang tua kandungnya.
Sosok yang harusnya menjadi malaikat pelindung, justru berubah menjadi Monster menakutkan yang sewaktu-waktu siap menyerangnya.
Namun tidak bisa dipungkiri, Atta sangatlah menyayangi Rea, seburuk apapun perlakuan wanita itu kepada dirinya. Karena hanya Rea yang dia punya sekarang. Atta sudah dituntut untuk berfikir dewasa melebihi anak seusianya. Dan perlahan Atta mulai paham mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
"Mas! Atta juga anak kamu! Tolong luangin sedikit waktu yang kamu punya untuk dia!" geram Rea yang merasa bahwa ucapannya selalu dianggap seperti angin lalu. Lagi dan lagi oleh sosok pria di depannya.
"Iya saya tau! Tapi tolong mengerti Rafael sedang butuh saya sekarang!"
"Rafa! Rafa! Rafa terus yang ada di fikiran kamu! Ingat Mas kamu punya dua anak kalau kamu lupa!" sentak Rea mulai kehabisan kesabarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atarangi. {Selesai}
Teen Fiction⚠️ Harap follow ⚠️ Masih aman buat dibaca anak dibawah umur. ⚠️Belum revisi. Maaf typo masih bertebaran.. Atta menatap Papinya dengan tatapan remeh, lantas ia tersenyum hambar. "Jangan pernah menyepelekan air yang tenang Pi, yang tenang belum tentu...