"21"

1.2K 80 7
                                    


Jam menunjukkan pukul 06:00, Atta berjalan menuruni tangga, Terlihat dirinya yang masih mengenakan pakaian rumahan yang dia pakai buat tidur semalem, menandakan buat hari ini dia akan izin dulu sampai dirinya merasa kembali pulih.

Dengan muka yang masih terlihat pucat Atta menuju ruang makan. Cacing diperutnya benar-benar meronta minta diberi asupan nutrisi.

"Atta sini duduk sayang," ajak Risa. Dituntunnya Atta menuju salah satu bangku yang masih kosong.

Atta hanya menatap sekilas, tidak menyetujui ataupun menolak niat baik dari Mama tirinya. Namun dirinya tidak ada keinginan buat menepis bantuan dari Risa.

Terlihat Rafa dan Dave yang sudah rapi dengan stelan pakaiannya. Semenjak kedatangan Atta cowok itu sudah menjadi pusat perhatian untuk Ayah dan saudara tirinya.

Atta mencoba bersikap biasanya aja, namun dirinya sadar bahwa suasana ruang makan terlihat berbeda.

"Atta mau makan sama apa biar Mama ambilin?" tanya Risa perhatian.

"Terserah" sahut Atta singkat.

Sesekali Atta menundukkan kepalanya sendiri, berusaha menghalau rasa pening yang semakin gencar menyerangnya tanpa henti.

"Sssstttttt" ringis Atta pelan. Suasana yang memang hening membuat ringisan Atta terdengar jelas ditelinga seluruh penghuni meja.

"Ta kamu kenapa?" tanya Dave khawatir.

"Ke Dokter yuk biar Papi antar" ajak Dave yang hanya direspon gelengan kepala oleh anak bungsunya.

"Nggak usah, udah biasa Atta gini. Minum obat juga ilang pusingnya." ujar Atta santai. Tanpa menghiraukan tatapan kekhawatiran dari berbagai pihak.

"Beneran?"

"Iya"

"Yaudah nih, mending Atta makan dulu buburnya. Mama udah siapin khusus buat Atta" kata Risa sambil meletakkan semangkok bubur, yang terlihat masih mengepul panas didepan Atta.

"Apa mau Mama suapin?"

"Atta bisa makan sendiri"

Mereka berempat sibuk dengan makanannya masing-masing. Begitu pula dengan Atta. Satu suap aman, dua suap masih aman, dan di suapan ketiga perut Atta mulai tidak bisa diajak kompromi.

Tanpa menunggu waktu lama dia bangkit menuju wastafle guna memuntahkan semua isi perutnya.

"Ta!" pekik mereka kaget, saat melihat pemuda itu tau-tau berlari meninggalkan ruang makan.

HHHHUUUUEEEEKKK

HHHHUUUUEEEKKKK

Bubur yang belum ada 3 menit berkunjung kedalam perutnya, akhirnya berakhir di saluran pembuangan wastafle. Bercampur dengan cairan dari dalam perutnya yang ikut Atta keluarkan.

Merasa sudah mulai baikan, Atta perlahan berbalik. Disenderkannya tubuhnya yang masih terasa lemas di ujung wastafle.

"Hufftt"

"Atta kenapa sayang?"

"Mual?"

"Keluarin lagi Ta biar lega" suruh Risa perhatian. Risa mengusap sudut bibir Atta, guna membersihkan sisa kotoran yang masih menempel.

"Pusing" rintih Atta merasa kepalanya terlalu pening, sampai tidak bisa dia tahan lagi.

BRRRUUKKKK

"PAPAAAAA RAAFFAAAA TOLONGIN MAMAAAA!" teriak Risa

Mendengar terikan Risa dari arah dapur sontak Rafa dan Dave berlari guna memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

"ATTA!" pekik Dave khawatir saat melihat Atta terbaring lemah dipangkuan Istrinya.

Atarangi. {Selesai}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang