"37"

1.1K 76 4
                                    


Atta faham betul bahwa semalem adalah jadwal Lea cuci darah. Itu sebabnya Atta tau jika Gea pasti sendirian dirumah.

"Gue bukan ngelupain lo Ta, tapi emang lo dateng disaat yang nggak tepat."

"Waktu lo minta antar ke RS, gue kalah tarohan sama Gio, itu yang bikin gue mau ngikutin kemauan dia, yang minta antar nyari kado buat adikny."

"Terus gue berangkat bareng dia karna mobil gue mogok ditengah jalan. Terus kebetulah Gio liwat. Dia nawarin buat berangkat bareng."

"Dan pas lo lihat gue makan sama dia di tempat favorite kita, itu cuma bentuk rasa terimakasih gue buat tumpangan dia. Nggak lebih."

"Malemnya kita ngerjain tugas yang harus dikumpulin tadi pagi." jelas Gea panjang lebar.   Sampai akhirnya Gea menyadari sesuatu.

"Eh lo kok kaya orang cemburu gitu. Ta, lo suka yak sama gue?" tanya Gea dengan nada bercanda. Berusaha mencairkan suasana.

Mendapat pertanyaan dari Gea, tanpa di duga Atta menjawab. "Iya gue suka sama lo! Puas?"

"Hah?" kali ini Gea yang terkejut dengan perkataan yang keluar dari mulut Atta. "Bencanda lo nggak lucu Ta, hehehe" cengir Gea masih menganggap omongan Atta lelucon.

"Gue Devan Atarangi Arfaenza, suka sayang bahkan cinta sama Geastrofi Latisya." aku Atta menatap kedua manik bola mata Gea.

"Lo.... Lo serius Ta?" tanya Gea gelagapan. Merasa bingung harus merespon gimana.

"Iya Ge, gue sayang sama lo. Tapi gue nggak mau ngikat lo dengan hubungan pacaran."

"Kenapa?"

"Gue juga sayang sama lo Ta, udah dari SMP malah." dan untuk pertama kalinya Gea berani jujur, atas perasaannya kepada Atta.

"Lo serius Ge?" sekarang gantian Atta yang mengerjapkan matanya,  berulang kali. Menatap Gea dengan penuh tatapan ketidakpercayaan.

"Iya," cicit Gea pelan.

"Tapi maaf, gue nggak bisa ngerubah hubungan kita lebih dari sahabat."

"Kenapa?" tanya Gea kecewa.

"Waktu gue mungkin nggak akan lama lagi. Dan gue nggak mau bikin lo semakin sakit, waktu kepergian gue nanti." jelasnya mencoba memberi pemahaman kepada Gea.

"Lo bahas mati, mati lagi bener-bener gue jadiin tumbal proyek lo Ta!" sentak Gea emosi. Tak lupa tatapan tajamnya.

"gapapakan Ge hubungan kita cukup kaya gini aja?"

Gea menggelengkan kepalanya. "Nggak masalah, lagian mau jadi sahabat ataupun pacar, gue sama-sama masih bisa deket sama lo ini." ujar Gea memberi Atta sebuah senyuman. Harus Gea akui gadis itu merasa senang, saat tau jika perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.

*******

Beberapa hari berlalu. Sore ini Atta tengah bermain PS dengan kedua sahabatnya di rumah Atta.

Rumah sebesar ini hanya di huni oleh Atta sendiri. Karena sejak kemarin Sutin izin pulang kampung selama beberapa hari. Anaknya melahirkan katanya. Dan tentu Atta memberi Sutin izin. Bahkan Sutin dikasih uang Atta sebesar 30 juta untuk tambah-tambah kebutuhan disana.

"Gue kok nggak lihat Neng Shena di sekolah ya tadi." tanya Atta sambil bolak-balik kedapur mengambil minuman dan cemilan untuk kedua sahabatnya.

"Shena Izin. Ayahnya nikah hari ini."

Mendengar kalimat yang terucap dari mulut Zieldra, sontak Arsen dan Atta sama-sama mengalihkan pandangannya kearah Atta.

"Hah?"

Atarangi. {Selesai}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang