"Pi Atta mau pulang, kerumah Mami." lirihnya menatap Dave penuh harap.Atta baru siuman 1 jam lalu, namun pemuda itu sudah kekeh meminta pulang.
"Ta, tapi."
"Atta mohon Papi, Atta nggak mau disini." pintanya sekali lagi.
Dave seketika mengingat obrolannya dengan dokter yang menangani Atta.
FLASBACK.
"Dok gimana keadaan anak saya?"
Terlihat sang dokter yang menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Saya minta maaf Pak, saya sudah angkat tangan dengan kondisi putra Bapak. "
Dave yang mendengar hal itu, dengan segera menatap Dokter didepannya dengan tatapan tajam. "APA MAKSUD DOKTER!" ujar Dave tidak terima.
"Kondisi Atta sudah terlalu parah Pak, kita seperti sudah tidak memiliki harapan lagi. Semuanya benar-benar tinggal menunggu waktu."
*****
"Atta sudah sembuh, Atta mau pulang kerumah Mami."
Dave memejamkan matanya sejenak, dan. Akhirnya dia memutuskan untuk menuruti permintaan putranya.
"Iya kamu boleh pulang hari ini."
"Beneran Pi?" tanya Atta antusias. Kedua bola matanya terlihat berbinar.
"Iya sayang"
*****
"Papa benaran mau bawa Atta pulang?" tanya Risa menatap suaminya penuh keraguan.
Tatapan mata Dave berubah kosong, "Mama bantu doa yah, semoga ketakutan Papa nggak beneran jadi kenyataan."
Sesuai rencana, Atta pulang sore ini juga, dan sesuai permintaan Atta juga Dave membawa Atta kerumah Maminya.
Mobil berhenti di halaman rumah Rea, Dave turun memasuki rumah dengan Atta yang berada digendongan Papinya.
Sutin yang kaget hanya menatap Atta tidak percaya. "Ya Allah Aden kenapa?" tanya Sutin mengikuti langkah Dave.
"Tolong bawa Atta kekamar Pi," pinta Atta
Sesampainya di kamar, Dave segera membaringkan tubuh lemah anaknya. Atta meminta Sutin untuk menghubungi Gea, "Bi boleh Atta minta tolong?"
"Aden mau apa? Sebisa mungkin akan Bibi lakuin buat Aden"
"Tolong hubungi Gea ya Bi. Atta mau ketemu dia."
Sutin yang paham mulai melaksanakan apa yang Atta mau. Dan tidak membutuhkan waktu lama kurang dari 20 menit, Gea akhirnya sampai di kamar Atta.
"Kalian bisa tinggalin kami berdua? Ada yang mau Atta bicarain ke Gea." ujar Atta menatap Dave, dan Sutin penuh pengertian.
Dan di kamar Atta inilah, sepasang sahabat itu berada. Atta mencoba untuk duduk, Gea yang paham segera mendekat guna membantu lelaki itu.
Mereka sama-sama terdiam, hingga suara Atta perlahan mulai memecah keheningan. "Gea." panggil Atta dengan suara sendunya.
"Gue... Gue mau minta maaf ke lo. Maaf kalau gue banyak salah. Maaf kalau gue sering bandel kalau dibilangin. Dan maaf belum bisa jadi sahabat terbaik buat lo Ge." ujar Atta dengan suara tersendat.
"Lo kenapa ngomong kaya gitu? Kaya mau perpisahan aja.. Hehehe" tawa Gea terdengar sumbang, sejak awal Sutin menyuruhnya untuk datang. Gea sudah merasa bahwa ada sesuatu yang terjadi. Kali ini entah kenapa Gea merasa takut yang luar biasa. Sampai buat menatap wajah Atta rasanya dirinya tidak sanggup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atarangi. {Selesai}
Teen Fiction⚠️ Harap follow ⚠️ Masih aman buat dibaca anak dibawah umur. ⚠️Belum revisi. Maaf typo masih bertebaran.. Atta menatap Papinya dengan tatapan remeh, lantas ia tersenyum hambar. "Jangan pernah menyepelekan air yang tenang Pi, yang tenang belum tentu...