~•Flasback•~Saat ini Atta tengah tiduran di atas sofa, dengan paha Rea yang sengaja dijadikan bantalan oleh bocah berusia 10 tahun itu.
Mereka tengah menghabiskan waktu berdua, membicarakan berbagai macam hal, dengan Rea yang setia mengusap lembut rambut hitam lebat milik Atta.
"Mi," panggilnya, sambil mendongkakkan kepalanya, guna melihat wajah cantik milik Maminya.
"Iya sayang, kenapa?" tanya Rea lembut. Tak lupa senyum tipis Rea sunggingkan, menambah kesan keibuan untuknya.
"Euuummm" Atta mengamati langit-langit ruang tamu, dengan tangan yang segaja dia letakkan diatas dagunya sendiri. Selayaknya sedang memikirnya sesuatu yang menguras fikiran.
Karena gemas dengan tingkah putranya, Rea menjawil pelan pipi gembil Atta. "Kenapa sih Ta? Ada yang mau Atta tanyain ke Mami? Kok mikirnya gitu banget?" celetuk Rea heran.
"Mi?" pangil Atta sekali lagi.
Raut keraguan terlihay jelas di muka anaknya, "Atta kenapa? Ada yang mau Atta tanyain? Tanya aja ke Mami" ujar Rea ikut penasaran, ditatapnya wajah putranya yang semakin bertambah usia.
"Mami, Atta mau nanya. Mami sayang Papi apa nggak?"
"Sayang" dengan lembut Rea menjawab pertanyaan Atta penuh keyakinan.
"Kalau Mami disuruh milih antara Atta atau Papi, Mami bakal milih siapa?" tanya Atta polos, namun pertanyaan yang keluar dari bibir mungilnya mampu membuat seseorang berfikir keras.
Rea mengusap lembut pipi anaknya, "Mami bakal milih Atta," jawab Rea tanpa berfikir lama.
"Kenapa?"
"Karena, Papi orang asing dalam sebuah ikatan. Sedangkan Atta, Atta darah daging Mami. Bayi yang mati-matian Mami rawat dengan kasih sayang sampai segede sekarang."
"Euummm, kalau Papi, Papi sayang nggak sama Mami?" Atta bertanya lagi.
"Sayang dong"
"Kalau Papi nggak sayang sama Mami, nggak mungkin ada Atta didunia ini. Atta tau?"
Perlahan bocah itu menggelengkan kepalanya.
"Atta hadir ya karena buah dari Mami dan Papi yang saling menyayangi,"
Atta berfikir sejenak, "Eumm iya kah?" tanya Atta ragu.
"Kalau Papi sayang sama Mami, kenapa Atta lebih sering lihat Mami nangis dari pada ketawa gara-gara Papi?"
Rea terdiam seketika, dirinya merasa bingung harus memberi jawaban yang bagaimana kepada anak kesayangannya.
"Atta sering loh lihat Mami nangisin Papi malem-malem. Papi jahat banget ya Mi?"
Melihat tidak ada respon apapun dari Rea, Atta seketika bangkit. Saat menyadari, kedua mata Rea memerah siap menumpahkan cairan didalamnya.
Atta memeluk tubuh Rea seerat yang dia mampu, dirinya memang masih kecil tapi fikirannya sudah lebih duli dipaksa dewasa oleh keadaan.
"Mami nggak boleh nangis. Apalagi gara-gara Papi"
Atta melepas pelukannya, ditangkupnya kedua pipi Rea yang mulai basah. Bocah itu menatap dalam kedua manik mata Rea.
"Mami, dengerin Atta ya. Dulu waktu kaki Atta nggak sengaja nginjak pecahan gelas Mami bilang Atta harus dibawa ke Dokter kan buat nyabut kaca yang nempel dikulit Atta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Atarangi. {Selesai}
Teen Fiction⚠️ Harap follow ⚠️ Masih aman buat dibaca anak dibawah umur. ⚠️Belum revisi. Maaf typo masih bertebaran.. Atta menatap Papinya dengan tatapan remeh, lantas ia tersenyum hambar. "Jangan pernah menyepelekan air yang tenang Pi, yang tenang belum tentu...