📌FOLLOW DULU YA💅💅💅
Sekarang jam menunjukkan pukul 11 malam, dan Atta barusaja memasuki rumahnya, lebih tepatnya rumah Dave Papinya.
"Dari mana aja lo?" pertanyaan itu terlontar begitu saja, dari seorang pemuda yang jarak usianya hanya berbeda beberapa bulan.
Atta sontak menoleh, dan menatap sinis kepada orang yang berstatus sebagai Kakak tirinya. "Bukan urusan lo!" sentak Atta ketus, sambil melanjutkan langkahnya menuju kamar. Badannya terasa sangat tidak enak sekarang.
Bibir yang terlihat memucat, perut yang sedari tadi terasa melilit, juga kepalanya yang kian bertambah berat setiap detiknya.
Rafa menahan tangan Atta, "Lo punya dendam apa sebenarnya sama gue dan Mama gue!" mendengar hal tersebut raut wajah tidak bersahabat semakin terlihat jelas dimukanya.
"Lo masih nanya kesalahan lo sama Nyokap lo apa?" Atta menatap manik mata Rafa dengan sorot mata tajamnya. Terlihat sebuah rasa sakit yang tidak pernah bisa dijelaskan. "CIH!!!! LUCU!"
"Gue serius nanya! Apa yang bikin lo semarah ini sama gue, Mama dan Papa, bahkan selama hampir 4 tahun ini Mama sudah nganggap lo kaya anak kandungnya sendiri!" sentak Rafa emosi, sekaligus tidak habis fikir dengan jalan fikiran Adiknya.
"Apa yang kalian lakuin nggak sebanding buat menebus rasa sakit gue Raf! Gue aja nggak yakin lo bakal sanggup apa nggak kalau ada disituasi yang pernah gue alami." setelah mengatakan hal tersebut Atta segera menuju kamarnya, tubuhnya benar-benar tidak bisa diajak kerja sama sekarang.
Rafa sendiri masih terdiam mematung, otaknya sedang bekerja keras mencari jawaban dari maksud perkataan Adiknya. "Andai lo tau Ta, gue bener-bener pengen hubungan kita selayaknya keluarga pada umumnya. Nyatanya lo ngebangun tembok setinggi itu yang sampai sekarang belum bisa gue daki."
"Kita emang berada di bangunan yang sama, tapi kenapa rasanya terlalu jauh buat sekedar tau isi hati lo!" gumamnya lirih, Rafa sendiri mulai sedikit putus asa menghadapi sikap acuh Atta.
Dari SMP hingga SMA mereka berdua memang satu sekolah, hanya saja tidak pernah bertegur sapa sama sekali.
Bahkan Zieldra dan Arsen tidak tau jika hubungan persaudaraan mereka. Yah setertutup itu Atta. Bukannya tidak percaya dengan kedua sahabatnya hanya saja sampai detik ini dia belum bisa berdamai dengan keadaan.
Saat pengambilan raport Atta tidak mengijinkan Dave maupun Risa untuk datang sebagai walinya, dia lebih setuju jika Sutin yang mendatangi sekolahnya.
Dan jika ditanya Ziel atau Arsen, "Ortu lo kemana?" dengan lugas Atta menjawab. "Lagi ada proyek di luar kota/luar negri." Dan tentunya kedua sahabat Atta mempercayai ucapan pemuda itu.
Atta memasuki kamarnya,dia segera mengganti baju dengan pakaian yang dirasa lebih tebal. Tubuhnya terasa menggigil sekarang. Bahkan bisa kali disuruh saingan dengan sang tata surya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atarangi. {Selesai}
Teen Fiction⚠️ Harap follow ⚠️ Masih aman buat dibaca anak dibawah umur. ⚠️Belum revisi. Maaf typo masih bertebaran.. Atta menatap Papinya dengan tatapan remeh, lantas ia tersenyum hambar. "Jangan pernah menyepelekan air yang tenang Pi, yang tenang belum tentu...