"17"

1.1K 83 0
                                    


Gea tengah tersenyum, memandangi karya seninya. Melukis adalah salah satu hobby dia. Lewat setiap goresan cat akrilik, yang dia bubuhkan diatas kanvas, adalah segala bentuk emosinya yang tidak pernah tersampaikan selama ini.

Gea menghela nafas sejenak, saat ini gadis itu tengah berada didalam kamarnya. Pintu kamar sengaja dia tutup rapat-rapat. Seolah tidak mengijinkan siapapun menembus dunianya.

Senyum tulus terbit dibibir mungil Gea. Dipandanginya sebuah karya lukis itu, dengan tatapan kosong seakan menggambarkan seterluka apa dirinya selama ini.

Terlihat gambar sepasang sahabat berbeda gender, yang tengah saling berangkulan. Tidak lupa sebuah lingkaran mengelilingi mereka berdua. Serta berbagai macam lukisan virus, jarum suntik, infus , butiran obat, beberapa kantong darah tergambar di luar lingkaran.

"Gue harap, lo bener-bener bisa terlepas dari semua ini Atta, cukup Abang gue yang pergi.  gue belum sesiap itu untuk merasakan sakitnya kehilangan," gumam Gea sendu.

Lukisan didepannya benar-benar mendeskripsikan keinginan terbesar gadis itu. Dua bocah saling berangkulan mengambarkan persahabatan dirinya dan Atta. Lingkaran yang dia bikin dengan harapan sahabatnya selalu dalam lindungan Tuhan dari segala mara bahaya yang berkaitan dengan virus sialan itu.

Ditengah lamunanya, pintu kamar Gea tiba-tiba dibuka secara paksa oleh seseorang.

BRRRAAKKKKKK!!!!

Gea tersentak kaget.

"Mama" gumamnya nyaris tidak bersuara.

Dengan langkah lebar, Gina Mama dari Gea mendekati lukisan karya putrinya. Raut wajah Gina memerah, tatapan tidak bersahabat terlihat jelas oleh retina mata Gea. Dan dia tau apa penyebab Mamanya sampai semarah ini.

BRAKKKK!!!!

Mulut Gea terbuka, tangannya gadis itu bergetar menghalangi niat Mamanya. "Mama jangan!" larang Gea, masih mencoba menghentikan niat buruk Gina.

Gina beralih menatap tajam kearah putrinya. Setelah berhasil membuat lukisan yang Gea bikin nyaris tidak berbentuk, serta terdapat beberapa sobekan di berbagai sisi.

"MAMA MINTA KAMU BELAJAR YANG BENER GEA! MAMA MAU KAMU BISA MASUK KEDOKTERAN. KALAU KAMU MALAS-MALASAN KAYA GINI GIMANA KAMU BISA BERHASIL GEASTROFY?"

Gea menggelangkan kepalanya, "Ma! Gea nggak mau jadi Dokter! Gea mau jadi pelukis Mama!" serunya mencoba menjelaskan apa yang dia mau.

Gina melebarka kedua matanya, menatap Gea murka. "PELUKIS? PELUKIS KAMU BILANG? GEA DENGERIN MAMA! MAMA CUMA MAU YANG TERBAIK BUAT KAMU!"

"JADI SENIMAN TIDAK MENJAMIN MASA DEPAN KAMU!"

"DAN JADI SENIMAN JUGA TIDAK SEBURUK APA YANG MAMA FIKIRIN!" Sentak Gea merasa tidak terima dengan asumsi Mamanya.

Dipandanginya wajah Gina dengan penuh keputusasaan. "Ma! Kalau Mama cuma nyari penerus buat Rumah Sakit milik keluarga kita, Ada Lea yang bisa wujudtin mimpi Mama sama Papa. Kenapa harus Gea? Gea punya mimpi sendiri Ma! Dan itu bukan jadi Dokter seperti keinginan kalian."

"Lea sakit Ge! Ginjal dia sudah tidak berfungsi. Kalau Mama nuntut Lea buat nurutin mau Mama, yang ada dia bakal mati cepet. Karena belajar terus ngejar nilai buat jadi dokter."

"Lea bakal sembuh Ma!" seru Rea membantah ucapan Gina.

"Lea bisa operasi cangkok ginjal."

Mendengar hal itu Gina memejamkan matanya , kepalanya terasa panas. Menghadapi masalah yang berlomba-lomba datang tanpa mengenal kondisi.

"Operasi cangkok ginjal nggak sesimple itu Gea, kamu fikir Mama dan Papa cuma diem aja selama ini? Mama juga berusaha keras buat kesembuhan Lea. Tapi emang belum ada donor yang cocok untuk Lea"

Atarangi. {Selesai}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang