"13"

1.2K 85 2
                                    


Seseorang berdiri, menunggu sebuah pintu didepannya terbuka. Dengan celana jins hitam yang dibagian kedua lututnya terlihat beberapa sobekan. Kaos abu pendek yang dilapisi jaket kulit berwarna senada dengan celana, sangatlah bermanfaat untuk menghalau rasa dingin yang berlomba-lomba menyerangnya. Ditambah lagi kondisi Atta belum bisa dikatakan 100% pulih.

"Masuk Ta"

Akhirnya setelah memencet bell beberapa  kali pintu itu terbuka, dan muncullah seseorang yang sudah dari tadi Atta nantikan.

Dan disinilah Atta sekarang, dirumah
Gea sahabatnya. "Tumben lo kesini malem-malem ada apa?" tanya Gea sambil meletakkan 2 gelas jus yang baru saja dia ambil dari dapur.

"Gue bingung Ge!" terdengar helaan nafas kasar dari pemuda itu.

Gea menelisik muka Atta, guratan kelelahan terlihat jelas digaris wajahnya. "Kenapa lo ribut sama Bokap lo lagi?" tanyanya mencoba mencari tau sumber kegelisahan Atta.

Atta menggelengkan kepalanya. "Enggak, gue belum pulang soalnya."

Mendengar hal itu seketika Rea faham, jika Atta mungkin memutuskan untuk kerumah Maminya "Okey, terus?"

"Lo inget Shena nggak? Gadis yang pernah gue ceritain?"

"Shena siapa? Shena temen TK lo bukan?" tanya Gea saat berhasil mengingat satu nama.

"Iya"

"Gue inget, terus?" Gea sendiri masih belum faham dengan arah pembicaraan sahabatnya itu.

"Gue ketemu sama Shena lagi di Atlantas Ge. Dan gue ngerasa berdosa banget sama dia. Lo paham sejahat apa gue sama dia dulu."

Gea tersenyum. Mencoba menenangkan Atta. Ditepuknya pundak Atta singkat beberapa kali. "Lo minta maaf ya Ta, ke Shena. Dulu lo kan belum sempet minta maaf ke dia gara-gara lo keburu pindah sekolah waktu kenaikan kelas 4."

"Gue takut Ge, gue ngerasa belum punya keberanian buat berhadapan langsung sama dia."

"Ta semua hal yang kita lakuin ada konsekuensinya masing-masing. Perkara Shena yang mau maafin kesalahan lo atau nggak itu urusam belakangan. Yang paling penting lo punya itikad baik buat meminta maaf atas semua kesalahan lo dimasa lalu." penjelasan panjang lebar dari Gea membuat pemuda itu terdiam sejenak.

"Gue bakal minta maaf ke Shena Ge, tapi bukan sekarang."

"Iya, Atarangi yang gue kenal orang yang mau mengakui kesalahannya,"

"Tapi yang gue heranin kenapa Shena kaya nggak ingat sama gue ya? Padahal 6 tahun nggak ketemu bukanlah waktu yang terlalu lama. Dan muka gue jga nggak terlalu banyak berubah" berbagai macam pertanyaan bermunculan tentang Shena.

"Lo sendirian lagi di rumah?" Atta mulai gantian bertanya.

"Yups, biasalah Bunda sama Ayah lagi di RS, jagain Lea. Sempet drop tadi pagi. Dan ya kaya biasa gue jaga rumah," Gea menjawab pertanyaan Atta dengan nada santai. Seolah Gea mengucapkan hal tersebut tanpa beban.

"Ge" ditengah keheningan Atta membuyarkan lamunan gadis berambut sebahu itu.

"Kenapa?" tanyanya sambil mengalihkan perhatiannya ke arah Atta.

"Seumur-umur gue kenal lo, gue selalu ngejadiin lo rumah Ge. Semua kekejaman semesta ke gue lo tau. Tapi kenapa lo sendiri nggak bisa ngelakuin hal yang sama ke gue?"

Mendengar hal tersebut, kening Gea berkerut sempurna. Dirinya masih belum kemana arah pembicaraan Atta.

"Maksud lo?"

"Lo nggak percaya sama gue? Kenapa dari awal kita kenal lo belum pernah sekalipun nunjukkin sisi rapuh lo ke gue Ge?"

Gea tertawa hambar. Dan mencoba mengalihkan pembicaraan Atta yang sepertinya mulai curiga dengan kehidupannya.

Atarangi. {Selesai}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang