Sepulang sekolah Atta berniat membeli makanan untuk Sutin, sebagai bentuk rasa terimakasihnya atas semua kebaikan yang Sutin lakukan untuknya.Pandangan Atta tertuju pada 2 sosok manusia berbeda gender yang tengah sibuk bercanda ria menikmati makanannya.
Tanpa berfikir lama, Atta memutuskan untuk pergi dari tempat ini. Dia memilih untuk membeli makanan ditempat lain saja. Dengan tatapan sinisnya Atta melihat mereka sekali lagi. Terlihat raut ketidaksukaan yang begitu ketara.
"Gea ada hubungan apa sih sama itu bocah tengik? Mereka pacaran? Kok Gea nggak pernah cerita ke gue kalau lagi deket sama cowok."
Gea? Gadis itu menoleh ke tempat dimana tadi Atta berdiri. "Kok tadi gue kaya lihat Atta ya? Apa cuma perasaan gue aja?" tidak ingin mengambil pusing, Gea kembali melanjutkan acara makannya.
"Ge nanti malem jadikan?" tanya Gio memastikan.
"Jadi apanya?"
"Ngerjain tugas, besok udah mulai dipresentasikan kalau lo lupa." ujar Gio mengingatkan. Sesekali meminum minumannya.
"Oh, itu. Iya jadi. Dirumah gue aja ya. Gue males keluar."
"Okey, nggak masalah." Gio menyetujui usulan Gea. Demi bisa deket orang yang dia sayang apapun di jabanin. "Sekalian ketemu calon mertua" batin Gio cengengesan.
"Napa lo cengar-cengir nggak jelas?"
"Eh, Enggak. Hehehe" ujarnya dengan tangan yang sesekali menggaruk lehernya yang sama sekali tidak terasa gatal.
******
Malam harinya Atta berniat untuk mendatangi rumah sahabatnya, dia ingin mengajak Gea nyari buku di gramedia, untuk tugas biologinya.
"Kayaknya udah lama gue nggak ngabisin waktu sama itu anak, jadi kangen." gumamnya sambil membenarkan tatanan rambutnya didepan cermin.
"Anaknya Mami Rea Agustina memang selalu kece." ujarnya percaya diri. Tidak lupa diraihnya sebuah jaket dari lemari pakaiannya.
Angin malam benar-benar tidak baik buat kesehatannya."Bi Atta izin pergi dulu yak, mau nyari buku buat tugas sekolah." teriak Atta memanggil Sutin. Tanpa menunggu jawaban dari Sutin, Atta sudah lebih dulu berlari menuju pintu keluar.
Malem ini dia memutuskan untuk pergi menggunakan mobilnya. Sepanjang perjalanan mulutnya terus bergumam menyanyikan beberapa lagu guna mengusir sepi.
Dan sekarang sampailah Atta dirumah Rea, dahi Atta berkerut menandakan kebingungan, saat melihat mobil yang terparkir asing di halaman rumah Gea.
"Mobil baru milik Om/ Tante kali ya." gumamnya tidak mengambil pusing. Atta kembali melanjutkan langkahnya.
Atta memencet bell diatas pintu, menunggu beberapa detik hingga tuan rumah membukakan pintu untuknya.
"Atta" panggil Gea, membuat Atta menoleh seketika kesumber suara.
"Gea, sibuk nggak? Anter gue yuk. Gue mau nyari buku buat tugas besok." tanyanya beruntun, dan menatap Gea penuh keantusiassan.
Gea sendiri meleparkan kedua matanya. "Emmm, Anu itu" ujarnya terbata sambil menggaruk keningnya sendiri. Yang sama sekali tidak gatal.
"Kenapa? Lo nggak bisa ya Ge?" raut wajah kecewa terlihat jelas dari tatapan mata Atta.
"Bukan gitu, tapi gue lagi..."
Ucapan Gea terpotong dengan kehadiran seseorang dari dalam rumah gadis itu. "Kok lama Ge? Siapa yang dateng?" tanya cowok itu.
Sontak Atta mengalihkan pandangannya kearah Gio, Atta tersenyum sinis. Dan tatapannya beralih menatap sahabatnya. "Oh, oke gue ngerti."
"Gi lo masuk dulu," perintah Gea, sambil mendorong punggung kokoh Gio, agar memberi dirinya dan Atta waktu untuk berbicara empat mata. Mau tidak mau Gio menuruti perintah Gea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atarangi. {Selesai}
Teen Fiction⚠️ Harap follow ⚠️ Masih aman buat dibaca anak dibawah umur. ⚠️Belum revisi. Maaf typo masih bertebaran.. Atta menatap Papinya dengan tatapan remeh, lantas ia tersenyum hambar. "Jangan pernah menyepelekan air yang tenang Pi, yang tenang belum tentu...