"47"

1.8K 98 0
                                    


Dua hari ini Risa benar-benar merawat Atta dengan penuh kasih sayang. Tanpa rasa jijik wanita itu membersihkan muntahan Atta, ataupun darah yang keluar dari hidung Atta.

Sosok Risa benar-benar seperti pengganti Rea, seperti kali ini contohnya. Malam ini suhu tubuh Atta kembali memanas. Berulang kali Risa ataupun Dave meminta Atta untuk ke rumah sakit. Namun ditolak mentah-mentah oleh pemuda itu.

"Atta gapapa," hanya itu yang Atta ucapkan.

"Atta makan dulu ya biar Tante suapin." merasa tidak tega menolak niat baik Risa, perlahan Atta menggangukkan kepalanya. Atta membuka mulutnya saat sebuah sendok Risa berisi bubur Risa arahkan kearah mulut Atta.

"Makannya pelan-pelan aja Ta, Atta jangan makan yang berat-berat dulu ya. Kasihan mulutnya masih banyak sariawan." pesan Risa penuh pengertian yang hanya di balas anggukan patuh oleh Atta.

"Udah Tante, perut Atta udah kenyang." Risa yang paham segera meletakkan mangkok bubur diatas nakas. Setelah itu Risa meraih sebuah obat dari kantong sakunya.

"Buka mulutnya sayang." perintah Risa lembut.

Atta menatap heran, namun tidak dipungkiri pemuda itu tetap menuruti perintah Risa. Cooling 5 spray, merupakan sebuah obat yang disemprotkan di bagian mulut yang sariawan.

Risa melakukan hal itu, dengan telaten disemprotnya hampir keseluruhan mulut Atta, guna meredakan rasa nyeri yang Atta rasakan.

"Udah Ta," kata Risa menyadarkan lamunan Atta.

"Eummm makasih Tante." ucap Atta menatap Risa penuh rasa haru.

"Sama-sama sayang,"

"Tante nggak jijik ngurusin Atta beberapa hari ini? Sama apa yang barusan Tante lakukan dimulut Atta?" tanya Atta ragu,

Risa tersenyum tulus, dengan lembutnya dia mengusap rambut hitam milik Atta, jujur Atta menikmati perlakuan Risa tersebut. Dia merasa seperti tengah dekat dengan Maminya.

"Enggak, Tante malah seneng bisa ngerawat Atta." ujarnya penuh pengertian.

Mendengar hal itu sontak mata Atta berkaca-kaca tanpa bisa dia cegah. "Tante, boleh Atta peluk Tante?" tanyanya menatap wajah Risa penuh permohonan.

Tanpa menjawab pertanyaan Atta, Risa justru segera mendekat. Direngkuhnya tubuh kurus Atta kedalam pelukannya. Mendapat perlakuan mendadak dari Risa, sontak tubuh Atta terdiam terpaku. "Mami Atta kangen. Atta mau dipeluk Mami lagi." batinnya. Dan tanpa terasa kedua matanya sudah berkaca-kaca.

Atta membalas pelukan Risa, hangat persis seperti pelukan Rea. "Makasih Tante," bisik Atta lirih.

5 menit kemudia akhirnya pelukan itu terlepas. "Atta tidur ya, istirahat. Besok libur dulu sekolahnya, sampai Atta benar-benar pulih." dibantunya Atta untuk berbaring. Setelah itu Risa menyelimuti tubuh Atta sampai sebatas dadanya.

Tidak lupa sebuah sebuah plester kompres Risa rekatkan dikening Atta, bermaksud untuk menurunkan suhu tubuh lelaki itu.

Perlahan Atta mulai memejamkan matanya, saat rasa kantuk menyerang dan tidak bisa dia tahan lagi. Risa mengamati wajah Atta yang tengah tertidur. "Maafin keegoisan Tante dimasa lalu sayang." lirihnya dan perlahan mulai meninggalkan kamar Atta.

******

Pagi harinya Rafa berniat membangunkan saudaranya. Namun dirinya dikejutkan dengan  kondisi Atta yang terlihat menghawatirkan. Dengan segera Rafa turun kembali ke meja makan. "Pah, Mah. Tolongin Atta!" mendengar hal itu sontak mereka sesegera mungkin berlari menuju kamar Atta.

"Ta kamu kenapa sayang."

"Ssssssttttt, sa...kit" rintih Atta dengan memegangi perutnya sendiri. Terlihat darah berceceran di lantai bahkan beberapa mengenai slimut dan sprai Atta.

Atarangi. {Selesai}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang