Sekarang tepat satu minggu semenjak Atta bertemu dengan Gea dijalan. Dan sampai detik ini juga Gea belum mendapat info apapun mengenai pemuda itu. Kemarin Gea memutuskan untuk memberi Atta waktu terlebih dahulu untuk sendiri, dan sekarang Gea merasa perlu untuk menemui pemuda itu.Okay. Buat pertama tujuannya adalah rumah Maminya Atta. Perasaannya mengatakan bahwa disanalah keberadaab Atta saat ini.
Seperti biasa Gea memutuskan untuk menyelonong masuk begitu saja. Sampai di depan pintu kening dia berkerut sempurna melihat pemandangan yang tidak biasa ini.
"Bi Atta didalam?" tanya Gea tanpa basa-basi.
Sutin tersentak kaget saat tiba-tiba menemukan keberadaan gadis cantik itu dibelakangnya.
"Iya Non. Beberapa hari ini Den Atta sering banget ngurung diri di kamar. Bibi sendir sampai khawatir Non."
Gea memejamkan matanya sejenak. "Biar Gea yang coba ngomong sama Atta ya Bi."
TOK....TOK...TOK...
"Ta, lo didalem?"
"Ini gue Ta, Gea. Gue boleh masuk nggak?"
"Ta, lo kenapa?"
Masih belum juga ada jawaban. Gea yang mulai tidak sabaran memutuskan untuk turun kebawah memanggil satpam, untuk mendobrak pintu kamar pemuda itu.
BBBRRRAAAKKKKK!!!
Setelah melakukan beberapa kali percobaan akhirnya pintu bisa dibuka sempurna.
"Ya Allah Ta, lo kenapa?" tanya Gea panik. Melihat kondisi Atta jauh dari kata baik-baik aja. Mata sayu, pipi yang semakin terliahat tirus, rambutnya yang sudah mulai memanjang serta beberapa tisu bekas mimisan yang berceceran di lantai kamar pemuda itu.
"Pergi Ge!" seru Atta tegas.
Kening Gea berkerut heran. "Lo kenapa sih Ta? Ada masalah apa? Lo bisa cerita ke gue." pinta Gea meminta penjelasan.
"GE GUE BILANG PERGI DARI KAMAR GUE!" sentak Atta menatap wajah sahabatnya dengan tatapan tidak bersahabat.
Gea yang mendapat perlakuan seperti itu tentu kaget. Untuk kedua kalinya Atta berbicara kasar kepadanya. "LO KENAPA BEGO! ADA MASALAH BILANG! BUKAN MARAH-MARAH NGGAK JELAS KAYA GINI ANJING!!!" murka Gea melemparkan remot AC ke muka Atta.
Sutin yang barusaja masuk membawa makanan untuk majikannya, merasa heran. Tidak biasanya kedua orang ini bertengkar.
"Ini teh ada apa Non, Den? Kenapa kalian bertengkar?" tanya Sutin mencoba mencari tau.
"Bibi juga pergi dari kamar Atta! Mulai detik ini Bibi Atta pecat. Silakan Bibi cari pekerjaan lain." jawab Atta santai, sambil mengusap sudut bibirnya yang terlihat membiru akibat aksi bruntal dari Gea.
"Den maksudnya apa?" Sutin menatap Atta kaget. Dia berharap bahwa telinganya salah dengar.
"Atta mecat Bibi! Masih kurang jelas?" seru bocah itu memandang Sutin tajam.
Gea memandang Atta dengan tatapan penuh emosi. Dia tidak faham dengan jalan fikiran pemuda itu. "LO KENAPA SIH BABI!"
"LIHAT GUE TA! LO KENAPA?"
"KENAPA LO JADI EMOSIAN GINI SIH?'
"GUE ADA SALAH?"
"KENAPA IMBASNYA KE GUE DAN BI SUTIN YANG NGGAK TAU APA-APA TA!"
Atta hanya diam menundukkan kepalanya, lidah dia kelu untuk sekedar menjawab pertanyaan yang Gea lontarkan. "LIHAT MATA GUE!"
"JELASIN SEMUANYA LO KENAPA!" pekik Gea emosi. Hingga perlahan kedua airmata gadis itu menetes tanpa bisa Gea cegah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atarangi. {Selesai}
Teen Fiction⚠️ Harap follow ⚠️ Masih aman buat dibaca anak dibawah umur. ⚠️Belum revisi. Maaf typo masih bertebaran.. Atta menatap Papinya dengan tatapan remeh, lantas ia tersenyum hambar. "Jangan pernah menyepelekan air yang tenang Pi, yang tenang belum tentu...