📌Follow dulu Neng🍐🍐
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Siang ini mereka bertiga memutuskan untuk nongkrong di sebuah cafe setelah sepulang sekolah, sambil menunggu pesanan mereka datang. "Lo kenapa sih Ta, diem mulu. Lo kagak berak di celanakan?" celetuk Arsen membuyarkan lamunan Atta.Mendengar pertanyaan yang Arsen lontarkan, seketika Atta memberikan tatapan sinisnya. "Sembarangan! Gue berak di celana yang ada cewek-cewek gue pada kabor semua!" rutuk Atta sebal.
Sekarang pandangan Arsen jatuh kearah Zieldra, "Lo kenal sama cewek itu Zel?"
"Cewek yang mana?"
"Elah,,,, itu yang tadi nyamperin lo terus ngajak kenalan." ujar Arsen memperjelas.
"Nggak kenal, cuma tadi pagi gue sempet nolongin dia yang lagi dibegal orang di jalan."
"Oooooooo"
Mereka ngobrol, membahas berbagai macam hal setelah sekian lama libur sekolah dan jarang berkumpul karena kesibukan masing-masing.
Atta mahluk yang biasanya cerewet hari ini lebih sering diam, bahkan bisa diitung berapa kata yang keluar dari mulut pemuda itu.
Zieldra dan Arsen yang sama-sama merasa ada yang janggal dengan salah satu sahabatnya sama-sama melemparkan pandangan satu sama lain.
Dengan gerakan mata, seolah bertanya. "Itu anak kenapa?"
Zieldra menganggkat bahunya, dia ikut heran dengan sikap Atta yang tidak seperti biasanya.
Sedangkan yang tengah jadi bahan pembicaraan hanya menatap kosong kesalah satu meja yang terletak di sudut cafe. Terlihat seorang anak berusia 8 tahunan dengan seorang wanita. Yang bisa ditebak itu adalah ibunya.
"Aldi Bunda nggak mau tau, nilai Aldi di kelas 2 harus ada peningkatan jangan sampai turun kaya di kelas 1 kemarin!"
"Aldi harus dapat peringkat 1, biar bisa Bunda pamerin keteman arisan Bunda!"
"Tapi Bunda peringkat 2 juga udah bagus, nilai Aldi kata Bu Guru masih baik Bun" cicit bocah itu menjawab ucapan sang Bunda.
"Dan Aldi udah puas dengan peringkat 2 yang kemarin kamu dapat?" tanya wanita itu sinis.
"Enggak Bunda, maaf.... Aldi janji akan belajar lebih giat lagi." ujarnya sambil menundukkan kepalanya.
Atta masih betah menatap pemandangan itu. Ingatannya seketika mengingat sosok Rea. Wanita yang saat ini sudah tiada. Meninggalkan Atta kecil yang waktu itu masih membutuhkan kehadiran sosoknya.
"Atta kenapa nilai kamu masih aja segini!"
"Sesusah itu kabulin permintaan Mami buat bisa ngalahin Rafa?"
"Mami hanya Mau Atta dilihat sama Papi kalau Atta bisa dapet peringkat satu!"
"Maaf Mami" lirih Atta, dengan airmata yang terus menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atarangi. {Selesai}
Teen Fiction⚠️ Harap follow ⚠️ Masih aman buat dibaca anak dibawah umur. ⚠️Belum revisi. Maaf typo masih bertebaran.. Atta menatap Papinya dengan tatapan remeh, lantas ia tersenyum hambar. "Jangan pernah menyepelekan air yang tenang Pi, yang tenang belum tentu...