Hari Minggu pagi Atta gunakan untuk ke rumah sakit. Dia berniat untuk mengambil obatnya, yang kebetulan hanya tersisa 3 kapsul dirumah. Buatnya ARV sudah seperti teman hidupnya. Dan seumur hidup Atta tidak bisa lepas dari itu obat.
Atta memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit. Dirinya segera turun. Dan berjalan disepanjang koridor. Atta memasuki sebuah ruangan. 30 menit setelahnya Atta keluar membawa sekantong obat-obatan. Lengkap dengan paracetamol dan obat untuk sariawannya.
Dia berjalan dengan pandangan terfokus ke ponsel genggamnya, dan tanpa diduga seseorang menabrak Atta. Membuat obat yang dia pegang berjatuhan di lantai.
"Jalan lihat-lihat kali" gerutu Atta dan segera mengambil beberapa obatnya yang terjatuh.
"Atta?" panggil orang yang baru saja menabrak Atta.
"Lo ngapain disini?" tanyanya lagi.
"Nggak usah kepo sama urusan gue. Selama itu nggak ngeganggu lo atau keluarga lo." sahutnya sinis. Dan dengan terburu Atta segera melangkahkan kakinya meninggalkan Rafa.
"Aneh banget sih itu anak" celetuk Rafa. Rafa baru saja menjenguk temennya yang sakit. Karena itu dirinya terdampar di RS dan bertabrakan dengan adik tirinya.
Dahi Rafa berkerut. Saat melihat sebotol obat yang terasa asing untuknya, tergletak tidak jauh dari tempat dirinya berdiri. "Ini obat apaan?" tanyanya setelah berhasil mengambil botol itu.
Rafa duduk di salah satu kursi rumah sakit. Dia mengambil ponselnya, membuka aplikasi Google untuk mencari jawaban dari semua pertanyaannya.
Diketiknya sebuah kata di kolom pencarian "Acriptega" Rafa mencermati baik-baik tulisan di poselnya. Mengulangnya beberapa kali takut penglihatannya salah. Rafa mematung beberapa saat. Rasa takut tiba-tiba menyelimuti perasaannya.
"HIV?"
"Ini bukan punya Attakan?" tanyanya masih mencoba berfikir positif.
"Atta nggak mungkin kena virus mematikan ini kan?
Tanpa menunggu waktu lama, dirinya bangkit dari tempat duduknya. Dia ingin segera pulang dan membicarakan masalah ini dengan kedua orang tuanya.
******
Disisi lain, Atta baru saja sampai di kamarnya, dan sudah ada Gea yang menunggu pemuda itu sejak tadi.sekarang Atta tengah kelimpungan saat sampai rumah dan mengecek obatnya teryata ada 1 obat yang tidak ada di kantong plastik tersebut. "Ini Antiretroviral gue kemana?" tanya Atta gusar kedirinya sendiri.
"Lo kenapa Ta? Kaya orang panik gitu?" celetuk Gea yang dari tadi memperhatikan gerak-gerik Atta yang barusaja memasuki kamar.
"Obat yang barusan gue tebus nggak ada Ge,"
"Stoknya di RS habis?" tanya Gea masih belum faham.
"Bukan itu, tadi gue udah dapetin obat itu. Terus sekarang nggak ada. Apa jatuh ya di jalan?" tanyanya mulai menerka-nerka.
"Coba, lo inget-inget lagi Ta,"
"Tadi...." Atta bergumam lirih mengingat peristiwa yang terjadi 30 menit lalu.
"Mati gue!" celetuk Atta tiba-tiba sambil menepuk keningnya sendiri.
"Ge, tadi gue tabrakan sama Rafa di koridor. Obat gue emang jatuh, terus gue panik masukin asal obat-obat itu. Apa ada satu yang tertinggal ya Ge?" raut muka Atta berubah menjadi tidak tenang.
"Kalau Rafa sampai nemuin obat gue bahaya, bisa kebongkar semuanya."
"Udah lo tenang dulu, semoga aja bukan Rafa yang nemuin obat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Atarangi. {Selesai}
Teen Fiction⚠️ Harap follow ⚠️ Masih aman buat dibaca anak dibawah umur. ⚠️Belum revisi. Maaf typo masih bertebaran.. Atta menatap Papinya dengan tatapan remeh, lantas ia tersenyum hambar. "Jangan pernah menyepelekan air yang tenang Pi, yang tenang belum tentu...