Atta sampai di sekolahnya, dahi pemuda itu berkerut berkali-kali lipat. "Kenapa anak-anak pada heboh?" pikirnya heran. Saat tengah melewati koridor sekolahnya."Eh tunggu bentar, itu anak-anak pada kenapa?" tanya Atta mencegat salah satu siswi yang tengah senyam-senyum tidak jelas.
"Itu ada anak baru" celetuk siswi tersebut.
"Elah, cuma anak baru hebohnya ngalah-ngalahin demo penurunan BBM" rutuk Atta tidak habis fikir. Dilihat dari muka masam para anak cowok, dan antusias di muka anak cewek. Dapat Atta tebak jika murid baru itu berjenis kelamin laki-laki. Buktinya para sisiwi pada terkena sawan dadakan.
"Ganteng tau Ta, murid barunya. Mana denger-denger dia anak pengusaha kaya raya."
"Mau anak pengusaha kek, anaknya Jokowi kek, atau titisan Dewa juga gue nggak perduli. Gantengan juga gue." sahut Atta acuh. Setelah mengatakan hal tersebut Atta melanjutkan langkahnya menuju kelas tercinta.
"Woooyyy bradeerrr!" seru Atta antusias, saat melihat keberadaan kedua sahabatnya yang sudah duduk manis di bangkunya masing-masing.
"Tu si Atta" ujar Arsen.
"Kenapa? Kalian kangen sama gue?" dinaik-turunkan alisnya sendiri. Tidak lupa muka tengil juga dia tunjukkan. Membuat Zieldra menatapnya sinis, tanpa ampun.
"Terlalu percaya diri itu nggak baik sob!" balas Zieldra singkat.
"Ada urusan apa kemaren lo, muka Rafa kaya cacing kepanasan gitu?" Arsen menatap Atta penuh tanya, dilihatnya Atta yang barusaja akan mendudukkan dirinya di bangku deket Zieldra.
Mendengar pertanyaan yang terlontar dari Arsen, Atta hanya mengulum senyum tipisnya. "Bokap drop kemaren, terus dibawa ke rumah sakit."
"Terus sekarang gimana keadaan Bokap lo? Di rumah sakit mana biar bisa kita jenguk pulang sekolah." tanya Zieldra yang ikut mendengarkan obrolan Atta dengan Arsen.
Atta mengangkat bahunya. "Eummmm, kabar terbarunya gue kurang tau, semalem Rafa sama nyokapnya soalnya yang nunggu Bokap. Kalian nggak usah dateng deh, cuma kecapean lagian Bokap gue, nggak ada yang perlu dikhawatirin."
Atta melirik jam yang melingkar sempurna ditangan kirinya, "Kekantin yuk. Laper gue lagian masih ada waktu 25 menit sebelum bell masuk." Ajak Atta yang diangguki oleh kedua sahabatnya.
Mereka bertiga berjalan beriringan menuju kantin sekolah, hingga saat sudah tiba pandangan Arsen tertuju keseorang cowok yang belum pernah dilihatnya, tengah menyantap makanannya di meja sudut kantin.
Setelah memesan dan mencari meja kini gantian Atta yang menatap cowok asing itu. "Eh itu murid baru yang dibicarain anak-anak?" tanya Atta mulai kepo.
"Yoi Ta,"
"Ganteng sih, tapi tetep gantengan gue kemana-mana." balas Atta sambil membenarkan kerah kemejanya sendiri, dan tatanan rambutnya.
"Eh, Eh, Eh Zel Ta itu Shena nggak salah nyamperin anak baru?" seru Arsen yang sesekali masih memperhatikan kearah meja sebrang.
Atta yang kepo ikut mengamati interaksi antara Shena dengan anak baru yang belom diketahui namanya itu. "Kok Shena kaya deket gitu ya sama itu cowok, tuh lihat tuh mana cowoknya sampe ngelap sudut bibir Shena yang kotor lagi." Atta merasa menjadi netizen dadakan sekarang.
"Wahhhhh, nggak bisa dibiarin Zel. Bisa-bisa Shena pindah haluan jadi naksir sama itu bocah Zel." seru Arsen heboh.
"Bodo amat dah. Kagak perduli gue. Malah bagus kalau Shena berhenti ngejar-ngejar gue gara-gara anak baru itu." sahut Zieldra santai, dan memilih meraih semangkok soto pesananya yang baru saja datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atarangi. {Selesai}
Teen Fiction⚠️ Harap follow ⚠️ Masih aman buat dibaca anak dibawah umur. ⚠️Belum revisi. Maaf typo masih bertebaran.. Atta menatap Papinya dengan tatapan remeh, lantas ia tersenyum hambar. "Jangan pernah menyepelekan air yang tenang Pi, yang tenang belum tentu...