Bagai seorang penjahit, sebelah kakinya terus bergerak. Kedua lengannya bertumpu pada pahanya yang sedang duduk di kursi pinggir koridor.
Jari-jari Kelvin mengetuk-ngetuk permukaan sebuah buku yang berada ditangannya. Jantungnya terus berdebar dengan kepala yang menunduk.
Ceklek.
Ketika pintu kamar mandi terbuka, Kelvin segera menoleh lalu bangkit dari duduknya. Seorang perempuan cantik yang sedari tadi dinantinya akhirnya keluar juga.
"Hai!" Spontan kata itu keluar dari mulutnya. Perlahan kakinya melangkah mendekati gadis itu yang berjarak 3 meter di hadapannya.
"Lawak!" Serena mendengus sinis, lalu melengos dan pergi begitu saja.
"I know you have a lot of questions." Kelvin menahan pergelangan tangan Serena hingga gadis itu berbalik dan kembali menatapnya. "Mungkin jawabannya ada disini."
Kelvin meraih tangan Serena. Buku jurnal biru tua bernuansa vintage yang sedari tadi dipegangnya kini diletakkan ke atas telapak tangan Serena, kemudian menutup telapak tangan gadis itu agar menerima buku itu.
"Aku gak tau, mungkin kamu bakal benci aku setelah tahu semuanya."
"But it's locked!" gumam Serena kala menyadari terdapat gembok yang mengunci buku itu sehingga tidak bisa dibuka.
Kelvin tertawa ringan. "Ya, it's locked!"
Serena mengernyit mendengar jawaban yang tak ada gunanya. Apa maksudnya? Apa Kelvin berniat mengelabuinya?
"I always do love you."
Sibuk dengan pikirannya hingga Serena tidak sadar bahwa bibir dingin Kelvin telah menyentuh bibirnya begitu saja.
Bruk!
"Kelvin!"
Tubuh Kelvin tiba-tiba ambruk tak sadarkan diri. Serena tak cukup kuat untuk menahannya, sehingga tubuhnya terduduk bertumpu di lantai dengan kepala Kelvin yang kini berada di pangkuannya.
"Kelvin gak usah bercanda, gak lucu!" Serena kini panik. Matanya celingukan berharap seseorang datang agar bisa membantunya. Namun karena bel masuk sudah berbunyi membuat tak ada satupun yang lewat.
Jika dulu Serena yang pingsan, kini sebaliknya. Ada apa dengan laki-laki itu?
"Kelvin, hey!" Serena menepuk-nepuk pipi laki-laki itu pelan berharap Kelvin bangun.
"Kelvin bangun dong." Gadis itu memijat pelipisnya.
Serena kembali memanggil-manggil nama lelaki itu serta menepuk-nepuk pipi Kelvin.
Di tengah kepanikan dan kekhawatirannya, matanya menangkap ponsel yang nongol dari saku celana Kelvin. Tanpa pikir panjang ia mengambil benda pipih itu dan menyalakannya.
Apa password-nya masih sama?
Tangannya kemudian bergerak menekan beberapa kode angka yang merupakan tanggal lahirnya.
Terbuka.
Jantung Serena semakin berdebar. Ibu jarinya menyentuh ikon aplikasi berwarna hijau, berharap menemukan salah satu teman lelaki itu yang dapat dimintai bantuan.
Namun dahinya mengernyit saat melihat nama kontak yang membuatnya salah fokus.
syg
Jarinya kemudian menyentuh foto profil itu.
"Nara?" gumamnya heran.
Gadis itu kemudian meringis. Ia malah mengulur-ngulur waktu. Setelah menemukan nama Putra, Serena men-dial nomor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
smara (स्मर)
Teen FictionSeorang Kelvin Samudera Vander dikenal menyeramkan. Apalagi ia adalah sang Alpha dari geng Gunnolf yang sudah turun-temurun dari ayahnya. Meskipun geng itu sedang bubar untuk sementara karna suatu hal, tetap saja tak menutupi sejuta pesonanya untuk...