51. LUKA

7.2K 425 21
                                    

"Gendong bawa masuk nih?" tanya Petir ragu. 

Harris dan Petir kini telah sampai di pekarangan markas Gunnolf. Kini mereka saling menatap kebingungan.

"Biarin aja lah, sampe bangun!" ucap Harris pada akhirnya, menoleh ke belakang terhadap Serena.

"Tapi nanti badan dia pegel-pegel, kita juga yang disalahin," ucap Petir lagi.

"Dari pada badan kite yang lumpuh!" sahut Harris yang akhirnya membuat Petir setuju.

"Laper gua!" ucap Petir. "Beli makan dulu, ye!"

"Kagak usah! Pesen aja!" ucap Harris mengeluarkan ponselnya, menghentikan Petir yang akan keluar dari mobil.

"Mahal, Ris. Gua mau ke warteg aja!"

"Udah, gue yang bayarin. Ntar si Kelvin keburu dateng, terus liat gue cuma berdua sama dia, bisa habis gue. Sekalian perbaikan gizi lo tuh!" ucap Harris terkekeh.

"Ada maksud ngehina ternyata," dengus Petir. "Dia di beliin juga kagak?" tanyanya menoleh ke arah Serena juga.

"Dia mah urusan si Kelpin!" Harris mengangkat bahunya. "Eh, tapi ntar gua di amuk lagi. Ya udah lah, nanti minta gantinya lima kali lipat."

"Gak usah!"

Suara itu mengejutkan mereka membuat tubuh kedua lelaki itu menabrak bagian mobil hingga menghasilkan suara.

"Eh, kapan sadarnya, lo?!" ucap Petir dengan wajah yang masih terkejut, menatap Serena yang telah membuka matanya.

"Pas lo bilang mau ke warteg," jawab Serena kemudian memiringkan bibirnya.

"Nih minum dulu!" ucap Harris memberikan sebotol air mineral kepadanya. "Gak gua apa-apain kok. Nih kalo gak percaya."

Serena mengernyit bingung ketika Harris malah meminum air itu. Temen Kelvin aneh semua.

"Heh! Ngapain lo minum?" sentak Petir membuat air dari mulut Harris tersembur ke arahnya. "Anjing! Jorok, bangsat!"

"Lupa gue!" ucap Harris lagi, kemudian mendapatkan geplakan di kepalanya, kemudian mereka saling adu mulut.

"BERISIK! KEPALA GUE TUH PUSING, GARA-GARA KALIAN JADI MAKIN PUSING, BANGSAT!" sentak Serena membuat kedua lelaki itu terdiam dan melongo mendengar itu. "Eh. Maaf, Kak." Serena meringis ketika kata kasar itu tanpa sadar terucap dari mulutnya.

"Enggak kok, lo nggak salah, haha. Kita yang salah, karna cowok selalu salah," ucap Petir tertawa. "Ya udah, masuk, yuk. Lo ikut!"

"Kagak ada niat mau ngapa-ngapain sumpah!" ucap Harris. "Tapi terserah sih, kalo mau balik silakan aja. Tapi lo bakalan ketemu musuh kita lagi di jalan.

"Ih! Gak mauuu," ujar Serena kemudian keluar dari mobil tinggi tinggi, berniat menyusul mereka yang sudah akan membuka pintu markas.

Bruk! Namun gadis itu malah terjatuh.

"Mampus! Kita bakalan lumpuh, Ris!" ucap Petir dengan mata yang membulat. "Tolongin kagak, ya?"

"Aduuh. Lo ngeribetin banget, sih! Udah bikin kite gak ikut gelut, terus jatuh gini mau nolongnya juga dilema!" desah Harris frustrasi. "Dari kemareeeen gini terus gue. Ada apa sih sama guaaaa, Ya Allah!"

"Lo makanya kalo mau turun hati-hati dong!" ucap Petir yang juga ikutan frustrasi.

"Kenapa jadi nyalahin gue?!!" Serena meringis merasakan sakit di area lututnya. "Ini tuh salah ketua lo! Bilang hobi gue dapet musibah, jadinya kenyataan 'kan?!" sentaknya dengan napas memburu.

smara (स्मर)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang