37. TANDA TANGAN

7.7K 422 74
                                    

Tinggal sentuhan terakhir. Kuas itu menggores dinding putih, membingkai bentuk lencana dengan cat hitam dari logo Gunnolf yang berhasil Putra lukis di tengah dinding itu, dengan bantuan Annora sebelumnya.

Putra memundurkan tubuhnya kemudian wajahnya sedikit mengadah melihat hasil karyanya. Lelaki itu tersenyum puas.

Logo kebanggaan mereka telah terpampang besar di tengah dinding, juga sudut kanan bawah yang terdapat simbol hogan, yaitu simbol berbentuk roda yang memiliki arti permanent home. Dan itu tidak pernah terhapus, karena markas ini akan selalu menjadi rumah bagi Gunnolf.

Putra berbalik sambil meloncat, "keren, kan?" ucapnya dengan sangat percaya diri sambil mengangkat kedua jempolnya.

Mereka mengangguk sambil tertawa melihat coretan cat yang cukup banyak di wajah pelukis itu.

"Napa pada ketawa lu?" tanya Putra heran.

"Ngaca!" jawab Farhan menahan tawanya membuat Putra mengambil ponselnya di saku celana kemudian membuka kamera depan.

"Kayak genderewo HAHAHAHAHA," kata Harris sambil tertawa keras diikuti yang lainnya.

Putra yang kesal segera mengambil lap tanpa melihatnya, lalu mengusap mukanya menggunakan lap itu.

"Kok muka gua rada kaku, ya?" Putra mengedip-ngedipkan matanya dan menggerakkan bibirnya ke kiri dan kanan. Hal itu makin membuat para anggota lainnya semakin tertawa keras.

"Ngaca lagi, Bang!"

Penasaran dengan ucapan Jasa, Putra kembali melihat dirinya di kamera depan ponsel miliknya.

"ASTAGFIRULLAH," kagetnya. Sebagian wajahnya kini hitam hingga mengenai sedikit bibirnya seperti lagi maskeran. "Lo kenapa pada gak ngasih tau?!" teriaknya.

"Anjim. HAHAHA sakit perut gua." Petir kini membungkuk memegang perutnya dengan tawa yang belum berhenti.

"Mampus! Itu bukan cat air," ujar Raffi yang juga tertawa.

"Terus GIMANA? HUAAA. Ntar wajah tampan gue hilang, elah." Lelaki itu mengusap-ngusap kasar wajahnya berharap cat itu akan hilang.

"Pake minyak sana!" titah Kelvin sambil tertawa.

"Eh... nanti nanti nanti!" Putra hendak menuruti ucapan Kelvin, namun Raffi mencegahnya. "Ini harus diabadikan."

Cekrek.

Cekrek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

P.s. maap, ya ngeditnya maksain (':
at least, gambarannya seperti itu, lah 😂

"Pi hapus, Pi!" panik Putra berusaha merebut ponsel Raffi.

"Ayo semua, bareng-bareng!" Tak menghiraukan ucapan Putra, Raffi malah mengangkat ponselnya ke atas, mengarahkan kamera untuk mengambil gambar mereka bersama, dengan bahu Putra yang ditahan oleh Petir dan Jasa.

smara (स्मर)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang