42. MENGADU DI DALAM PELUKAN

8.6K 478 64
                                    

"Ngeselin lu! Dasar cowok gak punya malu!" geram Serena di malam hari. "Ck, ini lagi! Nelpon mulu kerjaannya."

Satu masalah lagi, nomor tersembunyi itu mengirim lagi pesan yang sama membuat tubuhnya bergidik. Sudah kesekian kalinya nomor itu terus menghubunginya, karena kali ini, Serena hanya mengabaikan. Sudah tahu bahwa percuma jika mengangkatnya.

I can feel the rush of~

"Heh, denger ya! Kalo lo gabut nelponin gua lebih dari sepuluh kali, mendingan cuciin baju kotor gua sana! Numpuk tuh." Dengan kesal akhirnya Serena mengangkat panggilan itu.

"Ini baru kedua kalinya gue nelpon lo pake nomor gue 'kan?"

Serena mengerjap. Dilihatnya kini layar ponselnya yang menampilkan nama si penelpon.

🦖🦁🐯🐊

Kini dirinya kesulitan untuk menelan ludahnya, Kelvin?

Demi Tuhan, orang yang menghubunginya ini sedang ingin Serena hindari sekarang. Tapi ia malah tidak sengaja mengangkat panggilan itu.

"Kenapa?" tanya gadis itu sembari membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

"Gue cuma mau ngingetin, besok jadwal belajar lo. Jam 10!" Kelvin menjawab pertanyaan itu santai.

"Gak bisa diomongin di chat emang? Sampai harus nelpon."

"Males ngetik. Ya udah, itu aja. Sama jangan sampe lo kepikiran sama kejadian tadi."

"Eh bentar bentar." Serena menghentikan Kelvin yang akan memutus panggilannya.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan mata yang memandang langit-langit kamar. "Umm..."

Di sebrang sana, Kelvin mengangkat sebelah alisnya menunggu ucapan apa yang akan keluar dari gadis itu. "Kenapa?"

"Thanks," ucap Serena hampir berbisik lalu menggigit bibir bawahnya. "Lo nyelamatin gue dari Marsya."

"See! I told ya, lo gak bakal baik-baik aja tanpa gue." Kelvin tersenyum penuh arti tanpa bisa Serena lihat.

Serena menghembuskan napasnya berat membuat Kelvin dapat mendengarnya. "Tapi kalo lo sekali lagi lakuin itu, gue tendang lagi punya lo!"

"Auch." Kelvin terkekeh. "Sleep well, Sayang!"

Tut. Panggilan itu langsung ditutup oleh Kelvin.

"Gak mikir banget sih jadi orang, Dikira gue gak baper apa digituin?! Gombal doang, jadian kagak!" gerutu Serena menatap kesal ponselnya dengan hidung yang kembang kempis dan mulut yang mempout.

・。・。・。

Matahari masih bersembunyi, dan langit belum berubah warna menjadi terang. Suatu hal yang sangat langka, Serena bangun sepagi ini di hari libur dan telah menyelesaikan ritual mandinya.

Saat akan mengambil air mineral di atas nakas, Serena mengernyitkan dahinya ketika melihat sebuah kotak musik. Ia baru menyadarinya. Sudah berapa hari ia tidak menggunakan alat itu untuk pengantar tidurnya? Apakah sekarang dirinya sudah bisa tidur tanpa perantara?

smara (स्मर)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang