Janlup untuk vomment, tink 😉
Is it my imagination?
Is it something that I'm taking?
All the smiles that I'm faking
"Everything is great
Everything is fucking great"Miss You ~ Louis Tomlinson 🎶
***
Lelaki itu menekan tuts piano putih yang terdapat di ruangan khusus miliknya dengan kasar, sehingga menimbulkan nada yang tak beraturan.
Belum ada perubahan. Kedua tangannya kini mencengkram rambutnya sendiri yang berada disela-sela jemarinya sambil memejamkan matanya.
Kelvin baru sampai beberapa menit yang lalu dengan badannya yang masih basah akibat terguyur air hujan. Tadi, setelah mobil yang Serena tumpangi hilang dari pandangannya, Kelvin langsung berlari menuju rumahnya tanpa peduli titik-titik air yang terus berjatuhan mengenai tubuhnya.
Dirinya mencoba untuk memainkan sebuah lagu dari piano yang selama ini telah menemaninya sejak dirinya berusia 5 tahun sampai saat ini. Itu yang selalu ia lakukan jika sedang dalam pikiran kacau. Namun saat ia meletakkan tangannya di tuts-tuts piano itu, Kelvin seakan tak bisa mendengar alunan nadanya, juga seakan tenggelam ke dasar lautan.
Lagu Fennise dari Bruno Mars yang digunakan sebagai ringtone di ponselnya tiba-tiba terdengar membuat lelaki itu mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya. Dilihatnya nomor tak dikenal yang tampil di layar ponselnya. Kelvin menggeser tanda jawab lalu menempelkan di telinganya.
"..."
Kelvin mengepalkan tangannya dan mencengkram ponsel miliknya erat saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sang pembicara. Ia tahu suara ini.
"LO MASIH GAK BISA NGAPA-NGAPAIN, ANJING!" Kelvin kemudian membanting ponselnya keras ke lantai marmer tempatnya berpijak tak peduli jika ponselnya itu hancur.
Kelvin memejamkan matanya seolah menahan sesuatu, tangannya mengepal erat. Beberapa detik kemudian, ia membuka matanya dan tertawa pelan. Serena. Gadis itu selalu saja memenuhi pikirannya. Tawa dari wajah cantiknya saat ia bersama teman-temannya dan muka kesalnya, selalu muncul dibenaknya.
Lelaki itu menghela napas berat. Ia menoleh ke arah dinding yang ditempeli beberapa foto. "Where exactly are you?"
・。・。・。
"Waktu gue jatuh pas abis olahraga, lo liat ada Marsya gak di sekitaran?" tanya Serena yang baru saja duduk kembali di kantin setelah membawa pesanan seblaknya, kemudian menatap ketiga temannya yang sudah menyantap makanannya.
"Kenapa emang?" tanya Nara.
"Kemaren kemaren dia ngomong ke gue, puas banget ngeliat gue kesakitan. Kayak... seakan-akan dia yang bikin gue jatuh," jelas Serena.
"Umm... perasaan sih sebelumnya emang ada yang mepet-mepet ke gue," ujar Gina mengetuk-ngetik dagunya. "Bisa jadi itu dia!" kata Gina lagi menjetikkan jemarinya.
"Parah amat, sih. Bales kek sekali-kali, Ren!" ujar Nara kemudian memberi saran.
"Setuju! Kali-kali bales! Sumpah, gedeg banget gue liatnya," tambah Faras menggebu-gebu.
Serena tertawa. "Biarin aja dah, males gue ngeladenin orang kayak gitu." Gadis itu kemudian menyuap makanan ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
smara (स्मर)
Fiksi RemajaSeorang Kelvin Samudera Vander dikenal menyeramkan. Apalagi ia adalah sang Alpha dari geng Gunnolf yang sudah turun-temurun dari ayahnya. Meskipun geng itu sedang bubar untuk sementara karna suatu hal, tetap saja tak menutupi sejuta pesonanya untuk...