16. KUMPUL (1)

11.3K 554 251
                                    

"Fuck!" Umpatan paling kasar keluar dari mulut Kelvin ketika ia gagal untuk memainkan pianonya, di sebuah ruangan rumah megahnya.

Ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan keluar dari ruangan itu.

Kelvin langsung mendengus dengan tatapan yang tidak bersahabat ke arah Ayahnya yang kini di hadapannya, sesudah ia menutup pintu ruangan itu.

"Masih gak bisa?" tanya Kevin, Ayah kandung Kelvin kepada putranya itu. Kevin menghela napasnya ketika Kelvin tidak menjawab. "Ikut Ayah sekarang ke perusahaan. Angkasa sama yang lain udah disana."

Kelvin mengalihkan pandangannya malas dari pria itu, kemudian mulai melangkahkan kakinya lagi menjauhi Kevin.

"Kelvin!" sentak Ayahnya itu tiba-tiba.

"Jangan bicara dengan saya kecuali Anda kasih tau DIMANA ANNA?!" Kelvin berbalik dengan cepat menatap marah Ayahnya hingga kedua matanya memerah.

Ayah dari sang anak itu kembali menghela napasnya. "Jangan dulu mikirin dia! Kamu harus fokus, dengan misi kamu sekarang!"

"Dengan cara Anda menyembunyikan dia dari saya? Gimana bisa saya gak kepikiran." Kelvin tertawa sinis.

"Denger Kelvin! Anna ada ditempat yang aman, juga biar kamu gak merasa bersalah. Kamu harus inget, kalo Ayah, yang bikin kamu deket sama dia. Nara juga harus kamu jaga, kan?"

"Tapi gimana bisa fokus kalau—"

"Bisa! Kamu laki-laki, dan kamu tahu gimana perjuangan Ayah buat dapetin perempuan yang ngelahirin kamu. Dia pasti bakal kembali sama kamu kalau udah waktunya. Ayah tahu apa yang terbaik buat kamu," lanjut Kevin menatap dengan penuh kepercayaan ke arahnya.
"Sekali lagi ayah tekankan sama kamu! Fokus, manajemen waktu, teliti—"

"dan hati-hati." Kelvin melanjutkan ucapan itu membuat Kevin tersenyum lalu mengangguk.

"Kasian Serena, nanti dia..." Kevin sengaja menggantungkan ucapannya dan tak berniat melanjutkannya.

Kelvin kembali mendengus. Pasti sang Ibunya, Liora, yang memberi tahu tentang nama terakhir yang baru saja Kevin sebutkan kepada pria itu.

"Jadi ikut, ya? Siap-siap sekarang, Nara juga udah disana," ucap Kevin lagi ketika ia baru saja mengecek ponselnya.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Liora tiba-tiba datang menghampiri ayah dan anak itu membuat keadaan tidak setegang tadi. "Kedengeran sampai bawah."

"Tolong bujuk dia, ya, Sayang? Muah, love you!" Kevin mengecup pipi Liora kemudian berjalan menjauhi mereka.

"Ikut aja, ya?" bujuk Liora mengusap punggung lebar anak laki-lakinya yang lebih tinggi darinya. "Kamu juga, kan, yang bakal jadi penerus."

Dan Kelvin sulit menolak jika Ibundanya sudah berbicara dengan sangat lembut seperti demikian.

・。・。・。

"Tapi kenapa gue gak nanya ke cowok galak itu aja, ya?" tanya Serena kepada dirinya sendiri yang sedang duduk di meja belajar kamarnya, sambil terus memperhatikan surat yang disertai rumus kimia, yang ia dapatkan dari loker di sekolahnya.

"Dia kan pinter," lanjutnya.

Serena kemudian menyelipkan kertas itu ke dalam novel yang sudah lama, dimana kertas-kertasnya sudah menguning. Kemudian menyimpan novel itu di dalam laci.

Serena berjalan menuju kasurnya setelah ia menyalakan lampu tidur dan mematikan lampu kamarnya. Saat akan tidur, Serena selalu butuh penerangan, dirinya tidak akan bisa tidur jika keadaan ruangan gelap total. Pasti tubuhnya akan gemetar ketakutan karena fobianya terhadap kegelapan.

smara (स्मर)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang