26. BUS

8.7K 461 173
                                    

Did I do something wrong
Or is it something I said
And it hurts me inside
Cause it's killing my pride
To see you reply to all of these other guys
Tell me why

Face to Face by Ruel 🎶

Air mata Serena masih keluar meskipun ia telah menghapusnya beberapa kali. Tentu saja, siapa yang tidak akan ketakutan jika mengalami kejadian seperti tadi?

"Tenang, ya. Lo udah aman," kata laki-laki tadi yang menyelamatkan Serena di dalam bus. Ia menepuk-nepuk pundak Serena guna menenangkan gadis itu.

"Makasih udah nolongin," balas Serena parau mengusap air matanya.

"Lagian lu pergi pagi banget, sih, kayak yang rumah lo di luar kota aja." Cowok itu terkekeh.

"Lo juga pergi kepagian," balas Serena lagi.

"Gua harus ke bengkel, service mobil, dan... kebetulan ngeliat lo hampir dilecehin di dalam bus. Gak kayak lo yang emang sengaja buat datang pagi." Ucapan itu sukses membuat Serena kini tertawa kecil.

"Nah gitu, dong, ketawa. By the way, gue Ben." Lelaki itu mengulurkan tangannya mengajak Serena bersalaman sebagai perkenalan.

Serena sedikit tersipu mendengar itu. Ia kemudian membalas uluran tangan Ben. "Serena."

"Gue udah tau, sih," potong Ben yang membuat Serena mengernyitkan dahinya.

Ben kembali terkekeh, "lo itu lagi jadi perbincangan hampir seluruh murid Niagara karena ya..., katanya lo ada ini itu sama Kelvin."

Serena hanya diam dan merapatkan bibirnya. Tanpa disadari, tangisannya sudah berhenti entah sejak kapan. Ia sebenarnya dari awal sudah berpikir bahwa lelaki di sebelahnya ini merupakan siswa SMA Niagara juga, saat ia melihat celana seragam bewarna krem yang di kenakannya, dan ternyata benar saja.

"Nanti gue traktir lo di kantin deh, sebagai ganti janji gue waktu itu karena udah bikin HP lo jatuh."

Serena tersadar dari pikirannya. Matanya menyipit memperhatikan wajah manis yang dimiliki Ben. Ah, gadis itu baru menyadari bahwa lelaki ini adalah lelaki yang waktu itu mau mentraktirnya di cafe dekat sekolah, mereka orang yang sama ternyata. Namun hal itu terbatalkan karena ya ... kalian tahu alasannya.

"Um... maaf buat itu."

Ben lagi-lagi terkekeh, "kenapa harus lo yang minta maaf, harusnya, kan cowok gak tau diri itu," ujarnya sedikit sinis.

Mereka sedari tadi berdiri di halte yang tak jauh dari tempat tadi menunggu bus lain untuk dinaiki menuju sekolah.

"Lo kelas apa?" Ben bertanya memecah keheningan.

"11 MIPA 2. Lo?"

"12 MIPA 1. Sekelas sama Kelvin dan beberapa anggota gengnya."

Kakak kelas, dong, batin Serena. Lelaki ini ramah dan Serena cukup menyukai sikapnya.

Bus datang dan berhenti di depan halte tempat mereka berdiri. Serena melangkahkan kakinya menuju bus itu dan menaikinya diikuti Ben di belakangnya. Berbeda dengan yang tadi, bus yang kini mereka tumpangi hampir penuh, hanya ada satu kursi yang tersisa.

"Lo aja yang duduk," ujar Ben kepada Serena.

"Gapapa?"

"Iya, lah. Lo cewek, harus diutamakan."

Serena tersenyum kemudian menempatkan bokongnya di kursi kosong yang sebelahnya di tempati oleh seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam. Hoodie, celana jeans, sepatu, topi, masker, semuanya hitam. Serena sedikit bergidik, merasa seram melihatnya.

smara (स्मर)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang