45. SNAKE NIGHTMARE

7.4K 446 72
                                    

"Seren?" gumam Kelvin ketika kembali dan tak melihat keberadaan Serena.

Matanya celingukan dengan sebuah kotak obat yang sudah berada di tangannya. Ia berjalan kesana kemari di sekitaran situ sambil terus memanggil nama Serena.

Ia membuka topeng di wajahnya yang sekarang terasa mengganggu, lalu membuangnya kasar ke lantai. Kepanikan langsung menyerang dirinya.

Ting!

Kelvin segera meraih ponselnya di dalam saku dan langsung melihat isi dari pesan yang baru saja masuk.

[📍 Location]
Gue masih baik buat nawarin keselamatan dia
Datang sendiri!

"BANGSAT!" umpat Kelvin kemudian berlari menaiki motornya, dan mengendarainya seperti orang kesetanan tanpa menggunakan helm di kepalanya.

・。・。・。

Byuur...

Siraman di tubuhnya membuat Serena langsung tersadar dari pingsannya. Rasa pusing langsung menyerang dirinya yang disertai dengan batukan. Tubuhnya kini kembali menggigil hingga gemertakan gigi terdengar.

Matanya menyusuri tempat dirinya kini berada. Gelap dan kotor. Badannya meronta-ronta saat sadar tangan dan kakinya terikat dengan kursi.

"Well, Serena... akhirnya kita ketemu lagi." Itu adalah orang yang sama yang dijumpainya di mall sebelum Kelvin. "Beruntung kemarin gue nabrak lo dan baju lo jatuh. Jadi gue gak salah orang buat bawa lo kesini! Lo pasti kangen sama gue 'kan? " ucapnya kemudian melepaskan topeng pemberian Kelvin secara kasar. 

"Wow! Lo makin cantik, baru juga beberapa hari yang lalu kita ketemu," katanya lagi. 

"Lo siapa?" desis Serena. "Gua gak pernah ada urusan sama lo!" Napasnya memburu, menatap lelaki itu dengan berani.

"Deniel. Dan gue bakal selalu ada urusan sama lo!" Lelaki yang belum Serena ketahui siapa itu mencengkram kedua pipi Serena dengan sebelah tangannya. "Karna cowok lo, gue ngabisin waktu gue berbulan-bulan di rumah sakit!"

Jeritan kesakitan kembali keluar dari mulut Serena ketika tangan laki-laki itu menekan luka di kakinya kuat-kuat. "Siapa yang lo maksud?! Gue gak punya cowok!" teriaknya disertai tangisan histeris. 

"Ooh masih pedekate," gumam Deniel terkekeh sinis. "Oke, biar gue perjelas, Kelvin Samudera Vander. Biarpun lo bukan ceweknya, tapi lo udah jadi kelemahan dia. "So... you know what I mean, right?"

"Apa yang mau lo lakuin ke gue?" tanya Serena yang masih berusaha memberanikan diri meski sudah terisak.

"Ngerasain apa yang gue rasain. Tapi tenang aja, penolong lo itu pasti udah di jalan, kok. Tapi kayaknya dia bakal telat." Tangan Deniel kini beralih menjambak rambut Serena yang sudah berantakan ke belakang.

"RAY!" seru Deniel tersenyum miring, kemudian berjalan mundur beberapa meter hingga berada di sebelah cowok yang dipanggil 'Ray' itu.

Sebelah tangan Ray membuka kotak besar yang berisi ular berbisa, yang sedari tadi di pegangnya.

"LO MAU NGAPAIN? JANGAN GILA!" teriak Serena melotot, memberontak dengan tubuh yang masih terikat. Namun hasilnya nihil.

Brak!

Bersamaan dengan pintu yang di tendang dengan kasar dari luar, kotak itu jatuh ke bawah, membuat ular di dalamnya keluar dan bergerak melata ke arah Serena.

smara (स्मर)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang