Hmm.. sadar partnya ilang gara" ada ciuman, ya?? 😏
NGAKUU!!janlup untuk voment, tink 😉
Tek. "Ssshhh." Serena meringis lagi saat jari telunjuknya tiba-tiba teriris pisau yang ia gunakan untuk memotong daun bawang.Sialan! Makin malu-maluin. Darah mulai menetes. Serena terlalu memikirkan kejadian tadi. Ia merasa bersalah karna bekas muntahnya di halaman dibersihkan oleh tukang kebun di rumah Liora.
"Ya ampun, Ren... Makanya yang tadi gak usah dipikirin," ujar Liora sedikit panik. "Bentar, ya. Tante ambilin obat dulu." Kemudian wanita awet muda itu pergi dengan sedikit terburu-buru.
Serena menggigit bibirnya menahan perih. Ia mendekatkan jarinya ke depan mulutnya kemudian meniup jari yang masih mengeluarkan darah itu beberapa kali dengan pelan.
Tiba-tiba saja tangannya tertarik dan jari telunjuknya terasa dihisap oleh mulut seseorang dengan kuat. Serena mendongak melihat seorang lelaki dengan perawakan atletis, tubuh tinggi, dan rahang yang kokoh, dengan balutan hoodie hitam di tubuhnya.
"Udah gue bilang kan, hobi lo itu dapet musibah mulu," ucap Kelvin ketika menghentikan hisapannya di jari Serena.
"Udah gue bilang juga, mana ada hobi kayak gitu." Serena menegaskan kemudian Kelvin menghisap kembali jarinya yang belum berhenti mengeluarkan darah.
Huft. Baru juga tadi mereka cukup akur. Udah ngajak ribut lagi.
"Keringetan banget. Gugup lo?" ujar Kelvin kemudian mengambil beberapa lembar tisu dan mengelap wajah Serena yang penuh akan keringat.
"Sok tau!" Serena membantah, kemudian tangannya merebut tisu itu dan mengelap keringatnya sendiri.
"Kelvin kenapa disini?!" Liora tiba-tiba menyentaknya dengan sekotak obat-obatan di tangannya.
Serena langsung menarik cepat tangannya dari Kelvin.
"Udah gak papa?" tanya Liora lagi. Kelvin mengangguk sebagai jawaban. Kemudian Ibu kandungnya itu menempelkan punggung tangannya pada dahi Kelvin.
"Ayo, Ren. Obatin dulu, sini." Wanita itu kemudian berjalan menuju kursi meja makan yang diikuti Serena, juga Kelvin yang duduk di salah satu kursinya. Setelah mereka duduk Liora membuka kotak P3K lalu menyiapkan beberapa obat-obatan yang dibutuhkan di atas meja.
" Maaf, ya, Tan. Malah makin ngerepotin." Serena menunduk menyesal.
"Apa sih? Ya nggak lah," ucap Liora terkekeh. "Kamu udah aja, ya, masaknya. Biar tante aja," ujar Liora dengan tangan yang membuka tutup tube salep antibiotik.
Serena menggeleng cepet, "jangan dong, Tan! Seren ikut. Plisss..." Gadis itu menatap Liora memohon. Ia sangat ingin memasak, apalagi saat bersama Liora Serena dapat merasakan kehadiran seorang Ibu.
Melihat Serena yang benar-benar berharap membuat Liora tidak tega menolak. "Yaudah, tapi lebih hati-hati, ya." Serena langsung mengangguk senang. Liora tersenyum lalu menarik pelan tangan Serena dan mengoleskan salep itu dijarinya yang terluka.
Kelvin yang melihat itu tertawa tanpa suara. Kepalanya ia tempatkan di lipatan tangan yang terletak di atas meja.
Memperhatikan Serena yang kembali berkutat di dapur bersama Ibunya adalah suatu tontonan menyenangkan baginya. Hingga kemudian ponsel Serena berdering dari sakunya, membuat gadis itu menjauh sementara, dan membuat kaki Kelvin melangkah mendekati Ibundanya.
Setelah menjauh beberapa meter dari tempatnya tadi berada, Serena baru mengangkat teleponnya yang ternyata dari sang Papa.
"Ya, Pah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
smara (स्मर)
Novela JuvenilSeorang Kelvin Samudera Vander dikenal menyeramkan. Apalagi ia adalah sang Alpha dari geng Gunnolf yang sudah turun-temurun dari ayahnya. Meskipun geng itu sedang bubar untuk sementara karna suatu hal, tetap saja tak menutupi sejuta pesonanya untuk...