janlup untuk vote and comment as well, tink 😉
selamat membaca part 61 😘
Para murid kelas sebelas dari SMA Niagara turun dari bus yang mereka naiki untuk kegiatan study tour-nya di daerah Yogyakarta setelah mengunjungi beberapa kawasan wisata, ketika kendaraan itu telah tiba di suatu penginapan yang cukup mewah bagi mereka.
"Belanjaan lo kurang banyak, Fa!" gerutu Serena yang mengestapet salah satu belanjaan Faras kepada Gina supaya perempuan itu juga membantu membawakan tas itu.
"Bukan punya gue. Pesenan Kakak sama Adek gue, tuh!" Faras menjawab itu disertai dengusan.
"Duit lo?" tanya Nara yang dijawab Faras dengan anggukan.
"Ngapain lo turutin sih?" tambah Gina yang ikut kesal dengan hal itu.
"Ya kalau kagak, gue dicoret dari KK, terus jadi gembel, ngemis-ngemis di jalan minta duit," jawab Faras lagi. "Dah lah, yuk! Mayan bakar lemak."
Serena, Gina, dan Nara tertawa kecil mendengar itu kemudian berjalan menuju kamar mereka. Sedikit merasa kasihan terhadap gadis yang selalu ranking 1 itu, yang merupakan anak tengah—anak kedua dari tiga bersaudara yang berjenis kelamin perempuan semua.
"Thanks, ya! Sorry ngerepotin," ucap Faras kemudian memajukan sedikit bibir bawahnya ketika mereka sudah meletakkan belanjaan itu. "Besok di Dieng, gue traktir makan lo semua."
"Lo mau bikin kita gendut? Makan kan udah termasuk di paket," ucap Nara lalu cekikikan yang membuat Serena dan Gina tertawa pelan.
"Oh, iya," gumam Faras menggaruk tengkuknya kemudian mendudukkan dirinya di atas kasur. "Ya udah, ntar aja deh, pas sekolah, gue traktir lo makan di Kantin."
"Udah gak usah, Fa! Duit lo sering kepake buat Kakak sama Adik lo, yang ada ntar lo malah beneran ngemis-ngemis di jalan, lagi," ucap Serena.
"Ih, Seren! Amit-amit!" ucap Faras agak berteriak.
"Nah, setuju gue. Biar si Gina aja yang traktir ntar di sekolah, dia kan jarang banget tuh," saran Nara jahil.
"Iyaaa. Pikiran orang pinter udah ke sekolah lagi aja," ujar Gina. "Kita tuh lagi have fun disini. Gue gak mau bayangin pas masuk sekolah lagi, pasti tugas numpuk, terus ketemu lagi sama Pak Yanto. Iiih." Gina bergidik.
"Itu udah lo bayangin, Pinter!" celetuk Serena kepada Gina dengan bola mata yang memutar.
"Have fun have fun," cibir Nara. "Mana ada, orang beres ini istirahat dua hari langsung masuk lagi. Jangan harap ada waktu santai. Plus, sebulan lagi PAS, baru lo bisa santai."
Percakapan pun berakhir. Dilanjutkan dengan Gina dan Faras yang mulai berbaring di kasur dan memejamkan matanya karena mengantuk, serta Nara yang asik memainkan ponselnya.
"Hahaha, kasian yang HP-nya ketinggalan. Bingung mau ngapain ya, lo?" ejek Nara dengan tawa yang lagi-lagi keluar dari mulutnya, kepada Serena yang agak terlihat kebingungan untuk melakukan apa.
"Cot!" dengusnya menjawab.
Serena memang lupa membawa ponselnya ketika akan berangkat, ia baru tersadar akan ponselnya itu ketika sudah 8 kilometer perjalanan.
Helaan napas kasar keluar dari mulutnya. Matanya bergerak ke arah jam tangan berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul dua siang.
"Pinjem HP lo dong, bentar," ucap Serena kepada Nara yang langsung memberikan ponsel miliknya kepada gadis itu.
"Ngapain?" tanya Nara penasaran, kemudian mendekat ke arah Serena yang menggerakkan jari-jari di layar sentuh benda pipih tersebut.
Ternyata gadis itu sedang googling kawasan wisata yang masih sekitaran dan tidak terlalu jauh dari sini.
Ting! Hingga sebuah notifikasi pop up chat membuat mata Serena melihat ke arah itu.
bb
[Angkat telfon!]Nara langsung merebut kembali ponselnya dengan sedikit kepanikan di wajahnya. Sekiranya itu raut wajah yang dapat Serena tangkap.
"Sweet banget namanya. Siapa tuh? Pacar?" tanya Serena.
Nara tertawa canggung. "Bukan siapa-siapa kok."
"Oke." Serena mengangguk, kemudian mengalungkan kamera dilehernya dan meraih kembali dompet yang tadi ia taruh di atas nakas.
"Mau kemana?" tanya Nara melihat Serena yang kini mengenakan sepatunya.
"Jalan-jalan. Mau ikut?"
Ponsel milik perempuan berambut pirang itu berbunyi menandakan sebuah telepon masuk, namun cepat-cepat sang pemilik me-reject-nya. Sebelah alis Serena terangkat ketika melihat hal itu.
"Enggak, deh. Gue juga ngantuk, mau ngikutin tidur kayak ni dua kebo." Baru Nara menjawab lalu melihat sekilas ke arah Gina dan Faras yang sudah terlelap.
Serena tertawa pelan. "Ya udah, gue cabut dulu, ya."
"Ga papa lo sendiri?"
"Udah biasa kali. Bye!"
"Bye! Hati-hati." Telapak tangan Nara melambai kepada Serena yang mengangguk dan membalas lambaian itu sambil tersenyum tipis, sebelum kemudian keluar dan menutup pintu kamar.
Ponselnya berbunyi kembali, membuat Nara kini mengangkat panggilan itu.
・。・。・。
Pantai Jogan, ternyata aslinya lebih indah di bandingkan Serena melihat fotonya di ponsel Nara tadi.
Di sini lah perempuan itu sekarang, berdiri di atas tebing, tersenyum saat melihat pemandangan yang menyajikan air terjun, yang jatuh langsung menuju bibir laut.
Ingin mengabadikan pemandangan tersebut, Serena menempatkan sebelah matanya pada viewfinder eyepiece kamera yang menggantung di lehernya, kemudian menekan tombol untuk memotret beberapa kali.
Serena tersenyum ketika melihat beberapa hasil foto yang baru saja ia ambil.
Gadis itu kemudian meletakkan kameranya di atas bebatuan, lalu menyetel timer dan berlari mengambil posisi untuk mengambil foto dirinya sendiri dengan latar belakang pemandangan yang indah itu.
Setelahnya mengambil kembali benda berlensa miliknya itu, gadis itu juga melihat layar kamera untuk melihat hasilnya.
"What the... ?" gumamnya saat terdapat orang lain di dalam fotonya.
Serena belum sempat memperbesar foto itu untuk dapat melihat jelas siapa itu, karena angin kemudian berhembus kencang, membuat rambutnya berterbangan menghalangi wajah cantiknya.
"Sendirian, Neng?"
Sebuah bisikan yang menggoda terdengar tepat di sebelah telinga Serena. Selain itu, ia merasakan jari-jari menyelipkan helaian rambutnya yang berterbangan ke belakang telinganya, dan sebuah kecupan di pipinya.
"Abang temenin, ya?"
TO BE CONTINUED
Saha deui ceunah 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
smara (स्मर)
Ficção AdolescenteSeorang Kelvin Samudera Vander dikenal menyeramkan. Apalagi ia adalah sang Alpha dari geng Gunnolf yang sudah turun-temurun dari ayahnya. Meskipun geng itu sedang bubar untuk sementara karna suatu hal, tetap saja tak menutupi sejuta pesonanya untuk...