Chapter 8

465 83 13
                                    

Perempuan itu menatap nampan yang berisi menu makanan kantin dalam diam. Pandangannya perlahan naik dan melihat tubuh tegap seorang laki-laki dengan kaos berwaran putih yang dipadukan dengan jas berwarna abu-abu. Lelaki itu tersenyum tipis saat mata mereka bertemu. 

"Gue boleh gabung kan?" tanya lelaki itu dengan ramah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue boleh gabung kan?" tanya lelaki itu dengan ramah. Seakan kesan dingin yang selalu ia perlihatkan tiba-tiba mencair tanpa sisa.

Vio yang melihat senyum Bian merasa terhipnotis dan langsung dengan semangatnya mengiyakan Bian untuk makan siang dengan dirinya, Kian dan tim finance yang lain. "Boleh Mas, boleh banget!" ucap perempuan itu antusias. Padahal Bian juga tidak duduk di depannya, tapi Vio tetap merasa senang Bian makan siang dengan dirinya.

Kina yang melihat Bian duduk di depannya entah kenapa merasa tak nyaman karena jantungnya yang dengan kurang ajarnya berdetak cepat. Apalagi saat lelaki itu memberikan telur gulung yang merupakan salah satu makanan favorit Kina.

"Tadi gue dikasih kebanyakan," ucap Bian saat Kina menatap lelaki itu memberikan telur gulung pada tempat makannya.

Cakra yang melihat perlakuan Bian itu hanya bisa tersenyum penuh arti. Dirinya yang duduk di sebelah Kina, berbisik pelan pada perempuan itu, "Bohong, dia tadi minta tambahan, eh taunya buat lo," Cakra semakin melebarkan senyumnya saat Bian memelototinya.

Kina yang mendengar kalimat itu berusaha untuk tetap biasa saja, walaupun entah kenapa ada sedikit rasa senang dalam dirinya. Tapi tetap saja, ekspresi yang ia perlihatkan adalah ekspresi datar tanpa ada sedikit pun senyum. Perempuan itu malah dengan santainya memakan telur gulung itu tanpa satu kata pun yang keluar dari bibirnya.

Kedua mata Kina beralih pada pergelangan tangan Bian yang terpasang smartwatch memunculkan notifikasi tanda ada seseorang yang sedang menelepon lelaki itu. Dan yang membuat dada kiri Kina tiba-tiba terasa berdenyut nyeri adalah saat ia tak sengaja melihat nama si penelepon itu. 

Putri

Nama itu terlihat sangat jelas di mata Kina dan tanpa perempuan itu sadari, saraf motoriknya juga tiba-tiba terhenti, yang membuat dirinya berhenti menyedok makanan yang ada di depannya. Bian yang menyadari hal itu langsung menslide tanda telepon merah yang ada di smart watchnya.Lelaki itu sedikit berdehem pelan untuk berusaha kembali mencairkan suasana.

Walaupun otak Kina memerintahkan dirinya untuk biasa saja, tapi entah kenapa kali ini ia terlalu mengikuti apa yang hatinya ucapkan. Dan hal itu membuat Kina memilih untuk pergi dari depan Bian. Cakra dan Vio yang duduk di samping kanan dan kiri Kina menatap Kina bingung yang tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya.

"Gue duluan ya Vi," ucap Kina. Tidak hanya Vio yang bingung, tapi Bu Dewi dan teman-teman Kina yang ada disana juga bingung dengan Kina yang tiba-tiba memutuskan untuk berhenti makan padahal nampan makanan Kina terlihat masih ada makanannya.

"Lho Na?" tanya Vio bingung.

"Gue inget harus kirim file yang diminta Mas Adit," ucap Kina berbohong.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang