Bian menatap tajam perempuan yang sekarang mulai mengeluarkan air matanya. Kali ini, air mata itu tidak berhasil membuatnya merasa iba. Yang ada, emosi Bian semakin memuncak saat perempuan di depannya itu tadi menampar Kina.
"Can you stop crying?" kesal Bian yang mendengar suara tangisan Putri. Apalagi sekarang mereka sedang ada di parkiran utama kantor Bian, membuat beberapa orang yang lewat jadi menatap ke arah mereka.
"Kamu jahat, Bian," ucap Putri sambil terisak.
Bian menghela napas kasar. Kalimat itu sepertinya sudah tidak mempan membuat Bian kembali merasa iba pada Putri dan membuat lelaki itu meminta maaf pada Putri.
"Gue emang udah jahat dari awal, Put. Lo aja yang selalu denial dan anggep hubungan kita tuh sehat, padahal sama sekali enggak." Bian benar-benar sudah menyerah dengan semua kelakuan Putri. Peduli setan hubungan keluarganya yang juga ikut retak karena hubungannya dengan Putri putus. Lagi pula, orang tuanya sendiri yang menyuruhnya untuk menyudahi hubungannya dengan Putri.
"Terus kenapa nggak kamu bilang aja dari awal?" tanya Putri yang semakin terisak. Demi Tuhan Bian ingin sekali berteriak memanggil Daniel untuk memberikan kunci mobilnya sekarang juga dan menyuruh Putri untuk masuk ke dalam mobil. Karena sepertinya Putri sudah tidak peduli lagi jika orang membicarakan dirinya dan Bian yang bertengkar di parkiran mobil.
"Kita udah pernah bahas ini, oke? Dan lo udah tau jawabannya,"
"Tapi aku gak bisa terima dengan jawaban itu!"
"Ya terus lo minta jawaban kayak gimana?" Bian meninggikan suaranya. Persetan dengan orang-orang yang sekarang sudah mulai merekam adegan bertengkarnya dengan Putri. Dada bidang Bian terlihat naik turun karena saking emosinya. Ini pertama kalinya dia membentak perempuan, dan ia sama sekali tidak merasa bersalah selama tangannya tidak ia gunakan untuk menampar perempuan.
"Kita udah selesai, oke?" Bian berjalan pergi meninggalkan Putri yang masih menangis di parkiran.
"Bian! Bian!"
Bian sama sekali tidak berbalik saat Putri memanggil namanya beberapa kali. Ia benar-benar sudah muak dengan Putri dan semua sandiwara yang ia lakukan hanya untuk menyenangkan hati orang lain.
Lelaki itu berjalan cepat untuk kembali ke dalam lobi. Dan saat sampai di lobi, lelaki itu hanya menemukan Tata, Vio, Bu Dewi, Daniel dan Mas Krisna yang masih berdiri mematung di depan pintu masuk.
"Mas Bian," Tata memanggil Bian. "Kina ke toilet." lanjut perempuan itu memberi informasi.
Bian langsung berlari ke arah toilet. Dan dari kejauhan ia bisa melihat Aksa yang sedang mondar-mandir di depan toilet dengan raut wajah yang khawatir. Hal itu membuat Bian jadi semakin cepat melangkahkan kakinya ke arah Aksa. Tapi saat baru beberapa langkah ia melangkahkan kakinya, ia melihat Kina keluar dari toilet. Dan pemandangan yang ia dapatkan saat itu adalah Aksa yang menangkup wajah Kina dengan perlahan lalu memeluk perempuan itu dengan hangat.
Kedua tangan Bian mengepal erat. Jujur, Bian merasa cemburu dengan Aksa, tapi ia juga sadar jika ia tidak berhak cemburu karena ia bukan siapa-siapa Kina. Dan ditambah lagi, Bian sadar jika dirinyalah yang sudah melukai Kina hari ini. Jadi, Bian memilih mundur dan pergi dari tempat itu.
****
Karin mengompres pelan pipi Kina yang sedikit membengkak. Setiap sumpah serapah keluar dari bibir perempuan itu untuk orang yang sudah membuat sahabatnya seperti ini.
Tadi siang, saat Aksa sedang menenangkan Kina, tiba-tiba Karin menelepon Kina untuk menanyakan kabar sahabatnya yang sudah sebulan tidak bertemu dan memang ingin merencanakan agenda sleepover di apartemen Karin bersama Aksa dan Kina. Tapi saat itu, Kina masih malas untuk mengangkat telepon dari Karin dan membuat Aksa yang mengambil alih ponsel temannya itu untuk mengangkat telepon dari Karin. Dari situlah Karin tahu jika Kina sedang tidak baik-baik saja. Dan siang itu juga Karin menjemput Kina ke kantor sahabatnya itu untuk pulang lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
RomanceBertemu kembali dengan mantan pacar yang sudah tidak pernah bertemu dan hilang kontak selama 10 tahun, membuat Bian menyadari jika Kina yang ia temui sekarang bukanlah Kina yang dulu ia kenal. Sifat hangat dan ceria perempuan itu berubah menjadi di...