Lelaki itu terlihat santai malam ini. Ia baru saja kembali dari minimarket dekat hotelnya untuk membeli beberapa cemilan karena kakaknya sedari tadi merengek minta dibelikan coklat.
Ia menghembuskan napas kasar saat ia masuk ke kamar hotel dan melihat kakaknya sedang melakukan video call yang sepertinya dengan istri dan anaknya. Lelaki itu lalu melemparkan tas tote yang berisi beberapa cemilan untuk dirinya dan kakaknya di atas meja. Tubuhnya ia hempaskan ke sofa hotel dengan sedikit keras, memberikan sedikit guncangan pada tubuh Bio dan membuat kakaknya itu pindah duduk ke kursi kayu sebelah kanannya. Bian lalu mengeluarkan ponselnya dan tidak ingin kalah dengan kakaknya dengan mencoba untuk melakukan panggilan video dengan pacarnya.
Sudah sebulan ini Bian dan Bio melakukan perjalanan dinas ke Jepang untuk mengecek beberapa cabang perusahaan yang ada di sana. Sudah sebulan juga Bian melakukan hubungan jarak jauh dengan pacarnya yang waktu itu menolak untuk ikut perjalanan bisnis dengan alasan itu tidak ada hubungan dengan pekerjaannya.
Kina tahu, Bian mengajaknya hanya karena tidak ingin jauh dari perempuan itu dan Kina tidak mau menuruti permintaan Bian yang seakan memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadinya. Bahkan mereka berdua sempat bertengkar dua hari sebelum keberangkatan Bian ke Jepang.
-----
Kina tersenyum tipis melihat pacarnya menghampirinya saat ia sedang menunggu Bian bekerja sore hari menjelang malam ini. Lelaki itu minta ditemani selama rapat online dengan tim finance dari Jepang karena agenda itu sedikit mendadak dan harus membuat jam pulangnya jauh lebih molor dari yang seharusnya.
"Kamu ikut ya?" Lelaki itu memeluk pacarnya saat sedang berdua di ruangannya.
Kina memundurkan sedikit tubuhnya dan mendongakkan kepalanya untuk menatap Bian dengan ekspresi tanya.
"Eh? Emang udah selesai meeting?" tanya Kina balik saat melihat Bian yang meninggalkan iPadnya yang masih mengeluarkan suara presentasi seseorang.
"Belum, masih lama," jawab Bian.
"Terus ngapain ke aku?"
"Biasa, mau isi energi dulu," kata lelaki itu sambil mengeratkan pelukannya pada Kina. Membuat Kina tersenyum lalu mengusap pelan punggung Bian.
"Jadi, mau kan ikut aku?" ucap Bian menanyakan pertanyaannya di awal tadi.
"Kemana?"
"Jepang," jawab Bian dengan nada lemah, seakan tidak menyambut tugas itu dengan semangat. Padahal sebelumnya, dia selalu suka jika ditugaskan ke Jepang yang merupakan salah satu negara favoritnya.
"Oh? Kapan?" tanya Kina yang sedikit kaget dengan berita itu.
"Lusa. Kamu ikut ya?"
"Kenapa aku harus ikut, kan nggak ada hubungannya sama aku," kata Kina.
"Tapi aku di sana bakalan lama," ucap Bian merengek.
"Terus?"
"Kamu nggak apa-apa jauh dari aku?"
Kina tertawa kecil mendengar pertanyaan Bian itu. Ia lalu melepaskan dirinya dari pelukan Bian.
"Kenapa aku harus apa-apa?" tanya Kina yang membuat Bian membuang napasnya kasar.
"Ya kan kalo misalnya nanti kita susah komunikasi? Susah ketemu? Susah kasih kabar? Susah..."
"Mas, kita nggak lagi hidup di jaman batu," kata Kina mematahkan semua ketakutan-ketakutan Bian tentang susahnya hubungan jarak jauh.
"Ya tapi kan tetep aja,"
"Cuma beda waktu dua jam, Mas. Lagian aku juga nggak ada paspor, visa apalagi. Aku juga nggak ada hubungannya sama kerjaan di Jepang, ngapain aku ikut," kata Kina yang memberikan pandangan yang realistis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
RomanceBertemu kembali dengan mantan pacar yang sudah tidak pernah bertemu dan hilang kontak selama 10 tahun, membuat Bian menyadari jika Kina yang ia temui sekarang bukanlah Kina yang dulu ia kenal. Sifat hangat dan ceria perempuan itu berubah menjadi di...