Perempuan itu meletakkan beberapa barang yang tadi ia bawa ke atas meja ruang tengah apartemen pacarnya. Siang ini, tepat pukul setengah dua siang, Kina dan Bian sudah sampai di apartemen setelah Kina menjemput Bian sesuai janji. Lebih tepatnya, setelah Bian merengek meminta agar Kina ikut menjemput dirinya.
"Hah!" Kina berteriak kaget saat lengan kekar mengunci tubuhnya dari belakang ketika ia sedang mengambil air di dapur untuk dirinya dan Bian.
"Seneng banget ngagetin kenapa sih?!" Kesal Kina karena kelakuan Bian yang selalu membuatnya kaget.
"Hmm, sorry," ucap Bian bergumam sambil memeluk pinggang Kina erat.
Kina menghela napas saat ia benar-benar dibuat tidak bisa berjalan karena perlakuan Bian itu. Membuatnya hanya pasrah Bian memeluk tubuhnya erat. Sedangkan Bian yang sadar Kina tidak memberikan reaksi lebih malah langsung melepaskan pelukannya, karena sepertinya bukan respon itu yang ia inginkan.
Lelaki itu membalik tubuh pacarnya pelan. Membuat Kina menatap Bian dengan air muka bertanya. Tiga detik kemudian, kedua matanya membulat ketika Bian mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di atas table bar. Membuat posisi wajah Kina sekarang hampir sama dengan Bian. Tubuhnya kembali dikunci oleh Bian dengan kedua tangan kekar yang berada di samping kanan dan kiri Kina.
"Did you miss me?" tanya Bian dengan suara rendah dan tatapannya yang dalam pada Kina. Membuat perempuan itu menelan ludah dan mengangguk tanpa suara.
Bian tersenyum saat melihat ekspresi Kina yang walaupun sulit diartikan tapi tetap terlihat menggemaskan bagi Bian.
"Prove it," bisik Bian tepat di telinga kanan Kina.
Kina tersenyum tipis lalu memeluk tubuh Bian yang sejajar dengan tubuhnya. Ia mengusap belakang kepala pacarnya dengan sangat lembut, membuat lelaki itu menutup mata untuk menikmati jari-jari Kina yang bermain di belakang kepalanya.
"Big boy." Kina terkekeh pelan. Membuat Bian semakin mengeratkan pelukannya karena suara Kina yang terdengar atraktif.
"Aren't you tired?" bisik Kina disela-sela pelukannya.
"Hmm," jawab Bian dengan gumaman. "I'm recharging my energy," lanjutnya.
Kina tersenyum saat mendengar suara Bian yang berat itu. Kina selalu suka suara Bian yang berat ketika sedang berbisik pelan.
Bian memundurkan sedikit tubuhnya agar bisa menatap wajah perempuan yang sudah sebulan ini tidak bisa ia lihat secara langsung, hanya bisa ia lihat melalui layar ponselnya.
Dibalasnya mata bulat dengan bulu mata lentik yang diberi olesan maskara oleh pemiliknya. Mata yang selalu ikut tersenyum tiap kali pemiliknya tersenyum itu membuat Bian betah untuk selalu menatapnya. Satu tangannya bergerak untuk mengusap pelan pipi mulus pacarnya itu dengan sayang.
Sebuah kecupan terasa di bibir tipis Bian saat lelaki itu mengusap pipi Kina dengan sayang. Bukan Bian yang memulai, tapi Bian sukses meruntuhkan pertahanan Kina untuk tidak mencium bibir tipis kekasihnya itu.
Bian tersenyum saat Kina melepaskan bibirnya dengan cepat. Pipi Kina terlihat memerah setelah ia mencium singkat bibir Bian tadi, membuat Bian semakin melebarkan senyumnya. Lelaki itu pun menarik dagu Kina pelan untuk bisa merasakan kembali bibir manis pacarnya, yang kali ini ia ingin merasakan lebih lama.
Sepuluh detik pertama, Bian masih mencium bibir Kina dengan sangat lembut.
Sepuluh detik kedua, mereka saling mengutarakan kerinduannya dengan permainan bibir itu.
Sepuluh detik ketiga, lelaki itu semakin memperdalam ciumannya ketika Kina mengeratkan pelukannya pada leher lelaki itu.
Sepuluh detik keempat, permainan bibir itu terasa semakin agresif ketika keduanya saling menyampaikan rasa sayang melalui sebuah pelukan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
RomanceBertemu kembali dengan mantan pacar yang sudah tidak pernah bertemu dan hilang kontak selama 10 tahun, membuat Bian menyadari jika Kina yang ia temui sekarang bukanlah Kina yang dulu ia kenal. Sifat hangat dan ceria perempuan itu berubah menjadi di...