Chapter 18

418 83 17
                                    

Kina terlihat berlari kecil setelah turun dari mobil Bian. Pipinya terasa sangat panas dan ia yakin sekali jika wajahnya sekarang sudah semerah kepiting rebus. Maka dari itu ia memilih cepat-cepat menjauh dari hadapan Bian.

Perempuan itu berjalan menuju kostannya dengan perasaan yang sulit ia artikan. Sampai kedua matanya menangkap dua orang laki-laki berpenampilan sangar sedang berdiri di depan rumah kostannya seakan sedang menunggu seseorang keluar.

"Shit," umpat Kina pelan. Dirinya berhenti beberapa detik.

Kedua lelaki itu menoleh ke arah Kina yang menatap ke arah mereka. Senyum cerah terlihat dari wajah kedua lelaki itu.

"Oi!" lelaki berambut cepak itu melambaikan tangan sekaligus memberikan gestur tubuh agar Kina mendekat ke arah mereka. Dan Kina pun tidak ada pilihan lain selain menuruti perintah lelaki berambut cepak itu. Mau lari juga percuma, sudah pasti dia kalah cepat dan hanya akan menambah masalah.

"Mana setoran bulan kemarin?" tanya lelaki berkumis tipis, teman dari lelaki berambut cepak tadi.

Kina baru teringat jika satu bulan kemarin dirinya belum menyetorkan uang untuk melunasi hutang ayahnya yang sepertinya tidak akan pernah habis.

"Gue lupa," jawab Kina singkat.

"Brati nambah bunga 10 persen karena telat dua hari dari waktu pembayaran," kata lelaki berkumis tipis dengan santainya sambil melihat catatan yang ada di ponsel pintarnya.

Dan Kina juga sama santainya berkata, "Oke." Tanpa ada rasa takut. Kina sudah terlalu biasa mendengar bentakan, ocehan, serta perilaku kasar dari dua lelaki sangar itu.

Perempuan itu merogoh saku celana jeansnya untuk mengambil ponselnya. Tapi betapa paniknya dia saat menyadari jika ponselnya tidak ada dikantung celananya.

"Hah! Di mobil Bian!" gumam Kina saat menyadari jika ponselnya tertinggal di mobil Bian. Perempuan itu pun langsung melangkahkan kakinya menjauh dari kedua lelaki itu.

Tapi belum genap satu langkah kakinya berjalan, pergelangan tangannya dicengkram erat oleh lelaki berambut cepak. "Heh! Mau kemana lo?!" bentak lelaki itu.

"Hape gue ketinggalan di mobil temen," jelas Kina. Tapi sepertinya kedua lelaki itu tidak percaya.

"Alesan lagi lo?!" kini giliran lelaki berkumis tipis yang membentak.

"Beneran!" Kina juga ikut meninggikan suaranya. Peduli setan dengan beberapa orang yang mulai keluar rumah melihat adegan dirinya yang ditarik oleh dua manusia berpawakan sangar.

"Terus lo pikir kita percaya?"

"Beneran!"

"Alesan! Ayo ikut kita!" lelaki berkumis tipis itu berusaha menggeret tangan Kina.

Sampai tangan seseorang menepis kasar cengkraman pada tangan Kina.

"Bian?" Kina membulatkan kedua matanya kaget saat melihat Bian ada di belakangnya. Kina bisa menangkap kedua mata Bian menatap tajam lelaki berkumis tipis itu.

"Anjing! Siapa lo?" bentak lelaki itu tak terima Bian mengganggu pekerjaannya.

"Wih lo boleh juga ya, cowok mana lagi nih?" ucap lelaki berambut cepak menatap penampilan Bian dari atas sampai bawah lalu kembali lagi ke atas. Sedangkan Bian berdiri di depan Kina. Berusaha melindungi Kina dari dua om-om tidak jelas itu.

Kina yang melihat ponselnya berada di tangan kiri Bian langsung mengambil benda pipih itu, membuat Bian sedikit kaget karena Kina merebut benda yang sedari tadi digenggamnya.

Perempuan itu mulai terlihat sibuk dengan ponselnya dan lima detik kemudian ia memperlihatkan transaksi dari aplikasi mobile bankingnya, tanda jika perempuan itu sudah menstransfer uang yang ditagihkan kedua lelaki seram itu.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang