Chapter 19

392 78 12
                                    

Perempuan itu terlihat menghela napas kasar. Kedua tangannya beristirahat di masing-masing sisi pinggangnya. Kepalanya menengadah ke atas, menatap teriknya matahari siang hari ini. Pikirannya dibuat kacau oleh temannya yang seharusnya sudah melakukan rehearsal untuk persiapan acara puncak malam nanti, tapi malah menghilang entah kemana. Managernya saja tidak tahu Karin berada dimana, ditambah ponsel perempuan itu ada pada managernya, sehingga sulit bagi Kina untuk menghubungi langsung perempuan itu.

Kina benar-benar terlihat kacau siang hari ini. Di tambah saat dirinya mengadu pada atasannya, lelaki itu malah tidak membantu sama sekali. Walaupun juga nggak masalah sih, tapi kan seenggaknya disemangatin dikit. Lah ini malah nambah beban pikiran.

"Gue udah serahin PIC Karin ke lo, itu artinya semua tanggung jawab ada di lo, ya gimana caranya dia bisa dateng sebelum rehearsal selesai." Kina sekali lagi menghembuskan napas kasar ketika mengingat kalimat atasannya yang semakin menambah isi kepalanya.

"Ck!" Kina mendecak kesal.

Perempuan itu akhirnya memutuskan untuk pergi ke toilet saja. Dirinya ingin sekedar mencuci muka agar wajahnya bisa terasa sedikit lebih segar.

"Na!" panggil seorang laki-laki yang berlari kecil ke arah Kina saat perempuan itu akan menuju toilet.

"Sa, gimana? Udah ketemu?" tanya Kina dengan wajah yang penuh harap. Dan wajah Kina kembali ditekuk saat Aksa menggelengkan kepalanya.

"Tapi seenggaknya dia udah ada di gedung ini, Na. Kata Rio, mereka udah datang dari jam 10 tadi, tapi habis itu Karin nggak kelihatan, nggak pamit juga sama Rio sama Desti," ucap Aksa yang juga seharian ini membantu Kina mencari Karin.

"Duuuh, kemana sih tu orang?" kesal Kina.

"Ya udah, gue mau cuci muka bentar. Lo balik aja Sa, selesaiin urusan lo dulu aja. Nanti pasti balik sendiri tuh bocah," ucap Kina.

"Oke, Na. Ini juga dari tadi gue dicariin sama Seno. Kabarin gue kalo sejam masih belum ketemu ya," kata Aksa sambil berjalan menjauhi Kina. Dan Kina menjawab dengan dua jempolnya.

Perempuan itu lalu berjalan menuju toilet. Dan sesampainya di sana, Kina langsung menyalakan kran air dan mengusap wajahnya dengan air yang mengalir beberapa kali.

Ia melihat dirinya sendiri di cermin yang besar itu. Wajahnya yang basah membuatnya terasa jauh lebih segar sekarang. Kina lalu mengeringkan wajahnya menggunakan tisu.

"Karin lo dimana sih sebenernya," kata Kina dengan nada frustasi sambil membuang kasar tisu tadi ke tempat sampah.

"Kina."

Kina terlonjak kaget saat suara serak terdengar memanggilnya dari balik bilik toilet yang ada di belakangnya. Dirinya perlahan-lahan mengalihkan pandangannya pada pintu-pintu toilet itu yang terlihat dari cermin. Suasana tiba-tiba menjadi agak horor.

"Kina?"

Demi Tuhan jantung Kina berdetak cepat saat mendengar suara lirih itu sekali lagi. Walaupun kesannya ia tidak takut dengan hal apapun di dunia ini, tapi siapa yang nggak takut ketemu setan? Kina juga takut kalau ketemu setan.

"Kina bukan?" suara serak itu kembali terdengar dan Kina menajamkan pendengarannya, sepertinya ia mulai mengenali suara itu.

"Karin?" Kina langsung membuka beberapa pintu toilet sampai ia menemukan pintu toilet yang terkunci.

Tok tok tok

"Rin! Buka!" perintah Kina. Dan tanpa menunggu lama, suara ceklekan kunci yang terbuka terdengar dari pintu toilet itu.

Disaat Kina seharusnya bernapas lega karena berhasil menemukan Karin, dirinya malah dibuat panik dengan keadaan Karin yang terlihat sedikit kacau. Mata perempuan itu terlihat sangat bengkak, mungkin karena terlalu lama menangis. Wajah dan hidung Karin juga terlihat merah.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang