Kina membuka matanya perlahan saat tenggorokannya terasa kering. Tapi saat ia membuka matanya, ia mendapatkan wajah Bian yang sedang tertidur di kursi dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Wajah lelaki itu terlihat tenang dengan dengkuran halus yang mengalun sesuai dengan irama napas lelaki itu.
Kina bisa melihat laptop yang masih terbuka di meja nakas samping ranjangnya. Perempuan itu menyimpulkan jika tadi Bian sedang bekerja selagi menunggu ia tidur. Harusnya Bian pulang saja, batin Kina merasa tidak enak karena Bian yang masih menjaga sampai selarut ini.
"Mas," Kina mencoba untuk membangunkan pacarnya dengan cara menyentuh pelan lengan atas lelaki itu.
"Mas Bian," panggil Kina sekali lagi dan kali ini lelaki itu membuka matanya.
"Eh? Kina kenapa? Ada yang sakit? Kamu mau apa?" tanya Bian yang entah kenapa tiba-tiba panik.
Kina terkekeh pelan. "Aku cuma mau minum," ucapnya yang sudah mengambil botol air mineral di meja nakas. Perempuan itu lalu meminum air itu.
"Mas nggak pulang aja? Udah hampir jam dua belas," ucap Kina. Bukannya mengusir, Kina hanya tidak ingin Bian semakin kelelahan karena harus menjaganya.
"Ngusir?" tanya Bian pura-pura kesal.
"Eh enggaaaakk," rajuk Kina yang merasa bersalah karena Bian berpikiran jika dirinya mengusir lelaki itu.
"Tapi Mas Bian kelihatan capek. Aku nggak apa-apa kok sendiri."
Bian tersenyum lalu duduk di samping ranjang Kina, membuat Kina sedikit menggeser tubuhnya ke samping kiri agar Bian bisa duduk di sebelah kanannya. Lelaki itu lalu merebahkan tubuhnya sambil memeluk tubuh Kina dengan tangan kiri yang dibuat bantal dadakan oleh Kina. Untung ranjang Kina cukup lebar, mungkin karena kamar inap yang ia tempati adalah kamar VIP, jadi terasa tidak terlalu sempit saat dipakai oleh dua orang.
"Ngantuk," ucap Bian sambil memeluk Kina. Lelaki itu menutup matanya, membuat jantung Kina berdebar tak karuan.
"Tidur, Sayang," pinta Bian yang merasa Kina masih menatapnya. Kina tersenyum. Dirinya bersyukur dan beribu-ribu kali berterimakasih kepada Tuhan karena mengirimkan Bian untuk dirinya.
Perempuan itu menatap tangan kanan Bian yang masih terbalut perban dengan rapi. Kina menyentuh luka yang dibalut perban itu pelan. Perasaan bersalah kembali menjalar di dadanya ketika ia melihat luka di tangan Bian.
"Kalo nggak tidur, aku cium nih," pinta Bian lagi saat merasakan sentuhan di tangannya yang terluka.
"Sakit ya Mas?"
Bian membuka matanya dan menatap tangannya yang diperban rapi oleh Cik Mei tadi siang.
"Nggak kok," jawab Bian santai.
"Bohong," ucap Kina pelan.
Bian lalu menggeser tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Kina. Lelaki itu menatap wajah Kina yang penuh luka. Sudut bibir kirinya lecet, pipinya luka seperti terkena sayatan kecil, dan sudut mata perempuan itu lebam. Bian menyentuh pelan wajah Kina yang membuat hatinya lagi-lagi terasa sakit karena Kina harus mengalami kejadian semenyakitkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
RomanceBertemu kembali dengan mantan pacar yang sudah tidak pernah bertemu dan hilang kontak selama 10 tahun, membuat Bian menyadari jika Kina yang ia temui sekarang bukanlah Kina yang dulu ia kenal. Sifat hangat dan ceria perempuan itu berubah menjadi di...