Chapter 38

445 66 11
                                    

Lelaki itu membuka matanya dan yang ia lihat pertama kali di pagi hari ini adalah wajah perempuan yang sedang menutup matanya diikuti dengkuran lembut yang terdengar sopan masuk ke kedua indera pendengarannya. Diperhatikannya wajah perempuan yang sangat berharga untuk dirinya itu. Dari mulai alis, mata, hidung, hingga bibir. Semua terlihat sempurna di mata lelaki itu.

Ibu jarinya mengusap pelan pipi Kina yang sudah tidak bengkak tapi masih meninggalkan sedikit warna biru-keunguan di pipi itu. Setelah pipi, tangannya beralih mengusap pelan surai hitam perempuan itu dengan sangat lembut dan hati-hati karena ia tidak ingin membangunkan Kina hanya karena sebuah usapan lembut darinya.

Bian melihat sekilas jam dinding yang menggantung di kamarnya. Jarum pendek berada di angka enam, sedangkan jarum panjang berada di antara angka satu dan angka dua. Itu artinya sekarang adalah waktu untuk dirinya bangun dari kasur, mengingat hari ini jadwalnya cukup padat, dari mulai pukul sembilan pagi sampai sore nanti.

Perlahan lelaki itu menarik tangannya yang digunakan bantal oleh Kina yang masih tertidur pulas. Dengan sangat hati-hati Bian mengangkat tangannya agar tidak membangunkan pacarnya itu. Napas Bian terasa berhenti saat berusaha menarik tangannya dengan perlahan. Dan lelaki itu langsung bernapas lega karena Kina sama sekali tidak terganggu dengan gerakan tangannya tadi. Ia pun langsung keluar kamarnya secara  perlahan dan berjalan menuju dapur.

Bian berinisiatif membuat sarapan untuk Kina sebelum lelaki itu berangkat kerja. Bian tahu Kina masih dalam suasana berkabung, jadi hari ini ia membiarkan Kina untuk tidak berangkat kerja. Lagi pula di kantornya memang ada cuti khusus untuk karyawan jika ada keluarga dekat yang meninggal.

Lelaki itu mempersiapkan beberapa bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk memasak. "Bikin sup ayam aja kali ya?" gumam Bian berbicara sendiri dengan dirinya saat melihat isi kulkasnya.

Lelaki itu mengeluarkan beberapa potong ayam dan sayur-sayur yang akan ia gunakan untuk memasak sup ayam pagi hari ini. Tanpa apron dan hanya mencuci tangan, lelaki itu langsung dengan telaten mengolah bahan-bahan tadi untuk menjadi sup ayam ala Bian.

Di sisi lain, Kina membuka matanya perlahan saat ia menyadari tempat tidur yang ia gunakan terasa sangat luas. Kepalanya sedikit pusing saat ia mencoba untuk duduk di kasur. Kedua matanya terasa berat untuk dibuka karena bengkak akibat menangis semalam.

"Sssh." Kina mendesis pelan saat kepalanya terasa sedikit sakit. Perempuan itu memilih untuk duduk diam beberapa menit di atas kasur agar kepalanya tidak terasa terlalu sakit.

Setelah dirasa nyawanya sudah cukup terkumpul masuk ke dalam tubuhnya, perempuan itu mulai turun dari kasur dan berjalan keluar kamar. Dan pemandangan yang ia lihat pertama ketika keluar kamar adalah seorang laki-laki dengan kaos hitam polos sedang sibuk memberikan kehidupan di dapurnya. Kina pun berjalan perlahan ke arah pacarnya itu.

"Mas Bian," suara serak Kina membuat Bian langsung menoleh ke arah sumber suara walaupun panggilan itu sangat pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas Bian," suara serak Kina membuat Bian langsung menoleh ke arah sumber suara walaupun panggilan itu sangat pelan.

"Hai, morning Sayang," sapa Bian dengan senyum cerah.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang