Chapter 9

454 81 11
                                    

Bian mencoba untuk mengambil ponselnya dan mencoba untuk menghubungi Daniel, berharap sepupunya itu bisa menolong dirinya dan Kina secepat mungkin. Tapi sedetik setelah ia melihat layar ponselnya, ia membanting ponsel dengan logo apel itu saat mengetahui jika benda kecil itu tidak memiliki sinyal yang kuat untuk bisa digunakan menelepon.

"Fuck!" umpat Bian kasar. Bian benar-benar frustasi. Dirinya sekali lagi mencoba untuk membangunkan Kina dengan menepuk pelan pipi perempuan itu beberapa kali. Suara lelaki itu mulai serak, entah karena tenggorokannya kering atau karena menahan tangis. 

Tapi, setelah sekitar dua menit ia mencoba membangunkan Kina, ada perasaan sedikit lega saat perempuan yang masih menutup matanya itu meremas jasnya. "Na, Kina, buka mata Na," mohon Bian sambil mengelus pelan pipi Kina.

"Dingin," lirih Kina sedikit terbata. Bian yang mendengar itu langsung melepaskan jasnya dan menyelimuti Kina dengan jas warna abu-abunya.

"Sabar ya Na," mohon Bian sekali lagi.

GREEEEEEEK GREEK GREEEEK

Kedua bola mata Bian melebar saat ia mendengar pintu lift yang dibuka paksa. Dan saat ia melihat Daniel yang sedang mencoba untuk membuka pintu lift, perasaan lega itu semakin terasa di dadanya. Lift yang dinaiki Bian dan Kina tadi sempat jatuh ke lantai dua dan itulah yang membuat lift terasa seperti terguncang hebat tadi. Tetapi posisi lift yang dinaiki Bian sedikit lebih turun dari permukaan lantai 2. Jadilah ia mengangkat tubuh Kina secara perlahan dan memberikan Kina pada Daniel dan Cakra yang ada di sana.

Cakra dan Daniel tahu jika Bian terjebak di dalam lift saat mereka sadar Bian tak kunjung datang pada meeting yang diadakan pukul sembilan pagi tadi dan saat itu juga Tata menghampiri mereka dan memberikan kabar jika lift eror, tapi saat itu mereka masih belum tahu siapa yang terjebak di dalamnya.

Maka dari itu, Cakra langsung berlari ke arah kantor security untuk mengecek CCTV terakhir, melihat siapa yang terakhir naik lift itu. Dan benar, mereka melihat Bian dan Kina yang berjalan memasuki lift pada pukul 07.47 pagi. Cakra pun langsung berlari ke arah ruang mesin lift untuk mengecek dimana posisi lift berhenti. Daniel yang dari tadi mengekor Cakra, langsung berlari ke arah tangga darurat untuk menuju lantai dua saat Cakra memberitahunya jika lift berhenti di lantai dua. Saat itu juga, Daniel dan Aksa yang baru datang bersama beberapa security dan teman-teman divisi maintenance berlari ke arah lantai dua dan menyiapkan beberapa peralatan untuk membuka pintu lift tersebut.

Aksa yang juga ada disana, langsung membopong tubuh Kina yang sudah lemas saat Daniel sedikit kesusahan untuk membopong tubuh Kina.

"Dan, siapin mobil! Cepet!" perintah Bian pada Daniel.

******

Lelaki itu menatap perempuan yang sekarang sedang menutup matanya dan selang infus yang terlihat menancap di punggung tangan kirinya. Hatinya terasa sakit saat melihat Kina yang tidak berdaya seperti sekarang. Wajah perempuan itu terlihat pucat. Padahal tadi pagi lelaki itu dibuat tersenyum kecil karena tingkah laku Kina yang seperti tidak ingin ketinggalan lift lagi. Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi setelahnya, Bian sama sekali tidak menyangka jika musibah itu hampir saja merenggut nyawa Kina jika tadi pintu lift tidak dibuka paksa dan dirinya tidak menerobos lampu merah beberapa kali saat membawa Kina ke Rumah Sakit. Surat tilang yang sudah menunggunya tidak Bian pedulikan selama Kina masih bisa diselamatkan.

Kina didiagnosis terkena asam lambung yang mendadak kambuh karena dirinya yang panik karena merasakan goncangan saat terjebak di lift tadi dan itulah yang menyebabkan dadanya terasa panas dan sesak tadi. Jika telat mendapatkan pertolongan, entah apa yang akan terjadi pada Kina, begitu kata dokter. Mendengar penjelasan dokter tentang kemungkinan terburuk jika Kina telat mendapatkan pertolongan saja membuat Bian merinding, apalagi jika hal buruk itu benar-benar terjadi. Bian sama sekali tidak mau membayangkannya. Apalagi saat dokter yang memeriksa Kina tadi bertanya mengenai kondisi psikis Kina, apakah perempuan itu pernah mengalami trauma sehingga membuat perempuan itu mengalami serangan panik yang ekstrem sampai membuat asam lambungnya naik dengan cepat sampai hampir membahayakan nyawa perempuan itu. Maka dari itu, Bian meminta dokter untuk mengecek semua kondisi kesehatan Kina, karena Bian tidak mau hal buruk lainnya terjadi pada Kina. 

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang