Chapter 21

475 78 8
                                    

"I miss you,"

"Can you stay tonight?"

Kina mendengar suara lembut Bian yang memintanya untuk tinggal di apartemen lelaki itu malam ini. Pelukan Bian terasa sangat hangat menjalar ke dalam dadanya. Sudah lama sekali perempuan itu tidak merasakan perasaan seperti sekarang ini. Dadanya seperti sedang berternak kupu-kupu karena perasaan nyaman yang terbentuk.

Kina yang awalnya bingung ketika Bian memeluknya, sekarang mengeratkan kedua tangannya pada tubuh Bian. Perempuan itu membalas pelukan Bian tak kalah hangatnya. Membuat Bian tersenyum tipis tanpa Kina ketahui.

Bian sedikit merenggangkan pelukannya agar ia bisa melihat wajah Kina yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya. Lelaki itu mengelus pelan pipi Kina yang sudah lama tidak pernah ia sentuh secara lembut. Dan Kina membalas perlakuan Bian dengan menatap hangat lelaki di depannya, masih dengan tangan yang melingkar di tubuh Bian.

Wajah Bian secara perlahan mendekati wajah Kina. Kedua matanya tertuju pada bibir ranum yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Ia ingin mencicipi manisnya bibir Kina yang sepuluh tahun lalu pernah ia rasakan sekali. Semakin dekat, lelaki itu memejamkan kedua matanya. Dan seperti sebuah sihir, Kina juga ikut untuk menutup kedua matanya, seakan bersiap untuk menikmati bibir tipis Bian.

"Mommy," suara rengekan anak kecil terdengar dari dalam kamar. Membuat Bian dan Kina otomatis membuka kedua mata mereka.

Seakan tersadar dengan apa yang sedang terjadi, keduanya saling melepas pelukan yang tadi sempat mereka lakukan. 

Kina terlihat salah tingkah saat kedua matanya bertabrakan dengan mata Bian. Ia lalu berjalan ke arah kamar Bian untuk mengecek keadaan Jio.

"Arrggh! Jioooo!" gemas Bian saat Kina sudah tidak ada di depannya. Dirinya benar-benar dibuat kesal setengah mati karena keponakannya itu merusak momen dan suasana yang sudah terjalin sangat bagus dan apik.

Di sisi lain, Kina masih bisa merasakan pipinya yang seperti sedang merebus air karena saking panasnya. Ia lalu menghampiri Jio yang sudah duduk di tempat tidur sambil menangis.

"Mommy," suara tangis Jio semakin terdengar keras.

Kina lalu memeluk tubuh kecil itu agar Jio bisa kembali tenang dan berhenti menangis. Kina mengusap dan sesekali menepuk pelan punggung Jio agar anak itu bisa merasa tenang dan nyaman. Dan benar saja, hanya butuh satu menit untuk menenangkan Jio yang teringat dengan ibunya.

Dari depan pintu, Bian tersenyum tipis saat memperhatikan Kina yang terlihat sangat keibuan ketika menenangkan Jio. Membuat hatinya berkata yakin agar tidak melepaskan Kina apapun yang terjadi.

Kina melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Jio di pipi tembam anak itu.

"Jio kangen Mommy?" tanya Kina dan langsung mendapat anggukan dari keponakan Bian itu.

"Emm, kita baru bisa telepon Mommy besok. Gantinya, gimana kalo Jio main sama Nana dulu, atau Jio mau makan?" tanya Kina yang berusaha mengalihkan perhatian Jio dari ibunya tanpa harus membohongi anak itu.

"Hangi," ucap Jio dengan suara khas anak kecilnya.

"Ha?" tanya Kina yang tidak terlalu paham dengan kata yang keluar dari bibir anak itu.

"Hungry. Jio laper Na," ucap Bian dari arah pintu menerjemahkan ucapan Jio.

"Ooh, Jio laper ya? Mau Nana masakin? Jio mau makan apa?" tanya Kina pada Jio.

"Sosis!" jawab Jio ceria menyebutkan makanan favoritnya. Sepertinya anak itu sudah lupa dengan kerinduannya pada sang ibu.

"Oke, Nana masakin dulu, Jio main sama Ombi ya?"

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang