Chapter 40

455 75 11
                                    

Lelaki itu menatap kosong layar iPad sambil memainkan stylus pen menggunakan jari-jari tangan kirinya. Sesekali ia menilik ponselnya setelah tadi ia mengirim chat ke pacarnya untuk ajakan makan siang bersama. Tapi, sudah lebih dari empat puluh menit ponselnya tidak bergetar tanda ada balasan chat dari pacarnya itu. Ia melihat jam digital yang ada di meja kerjanya dan waktu menunjukkan pukul 12.17 yang itu tandanya waktu istirahat siang sudah lebih tujuh belas menit.

Bian mencoba menelepon Kina yang sedari tadi tidak membalas chat-nya, dan saat Bian mengecek ulang chat-nya, ternyata dibaca pun tidak. Lelaki itu meletakkan ponsel ke telingan kanannya dan mulai berjalan keluar ruangannya yang sedari tadi ia buat mode anti-spy.

Daniel mendongakkan kepalanya saat mendengar pintu ruangan Bian dibuka. Lelaki itu lalu berdiri untuk melihat Bian yang ia yakin akan pergi untuk makan siang. Biasanya, Bian selalu mengajak Daniel untuk makan siang di luar sekalipun lelaki itu sudah berpacaran dengan Kina. Karena, Bian kadang merasa tidak nyaman jika makan di kantin yang hanya akan menarik perhatian banyak orang di sana.

Daniel sedikit mengerutkan alisnya saat melihat Bian yang celingukan di depan pintu dan menghampiri meja Kina.

"Kenapa Mas?" tanya Daniel yang sudah berjalan mendekati Bian.

Daniel bisa melihat kakak sepupunya itu membuang napas kasar. Lelaki itu juga bisa melihat wajah Bian berubah menjadi kesal saat berdiri di depan meja kerja Kina. Daniel pun menengok sekilas meja Kina dan lelaki itu sedikit bergumam, "Waduh," saat melihat ponsel Kina yang ada di meja kerja dengan posisi di-charge. Dan entah datangnya dari mana, tiba-tiba Daniel bisa merasakan angin berhembus dingin saat Bian menatapnya dengan mata tajam lelaki itu.

"Pada kemana?" tanya Bian dengan nada yang sangat dingin.

"Eh... Itu Mas, pada ke kantin dari tadi," jawab Daniel yang entah kenapa menjadi gugup jika Bian sedang tidak dalam mood yang baik.

Daniel sedikit berlari kecil saat mengikuti langkah Bian yang keluar dari ruang finance. Ia sedikit khawatir jika Bian sudah dalam mode kulkas delapan pintu seperti sekarang. Semua orang yang berpapasan dengan Bian sama sekali tidak ditanggapi saat menyapa lelaki itu. Membuat beberapa orang memberikan ekspresi tanya pada Daniel, dan Daniel hanya bisa menggeleng sambil memberikan gestur seperti menyuruh orang untuk tidak lagi bertanya.

Bian menghentikan langkahnya saat ia melewati area kantin kantor yang cukup ramai pada siang hari itu. Tubuhnya yang tinggi sangat mampu melihat keadaan dalam kantin melalui kaca jendela kantin itu. Dan tangannya mengepal erat saat ia melihat pacarnya yang sedang tertawa lepas bersama teman-temannya, termasuk Aksa. Ditambah, Kina terlihat sangat akrab saat tertawa bersama Aksa.

Daniel terlihat semakin bingung harus bereaksi bagaimana saat ia juga melihat Kina yang sama sekali tidak menyadari jika perempuan itu sedang diperhatikan oleh Bian dari jauh. Mau chat Kina juga percuma karena ponsel perempuan itu ditinggal di meja kerja. Daniel pun akhirnya memutuskan untuk lanjut mengikuti langkah Bian keluar kantor.

"Mas," panggil Daniel. Tapi Bian tidak menoleh dan malah semakin menegaskan langkah kakinya. Memberikan bunyi tuk...tuk...tuk yang terdengar menyeramkan bagi Daniel.

"Mas Bian," Daniel mencoba memanggil sekali lagi. Kali ini untuk menanyakan perihal destinasi makan siang mereka.

Bian langsung melemparkan kunci mobilnya dan Daniel dengan sigap menangkap kunci itu. "Ke Laive." Bian mengucapkan tempat makan favoritnya dan Daniel pun langsung mengangguk lalu mempercepat langkahnya di samping Bian.

****

"Kina, makan siang di luar yuk."

Kina mematung di tempatnya saat ia mengecek ponsel yang tadi ia tinggal karena sedang di-charge itu ada pesan dari Bian lebih dari satu jam yang lalu. Lelaki itu mengajaknya makan siang bersama tapi tidak ia balas dan itu membuat Kina langsung merasa bersalah karena tidak tahu jika Bian mengajaknya makan siang hari ini.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang