Chapter 27

445 71 14
                                    

Lelaki itu menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Isi kepalanya melayang jauh ke perempuan yang tadi pagi meminta ijin untuk tidak bekerja hari ini. Ia sesekali memainkan ponselnya dengan cara membolak-balikkan benda kecil persegi panjang itu dengan asal. Seperti menunggu kabar dari perempuan yang sedang memenuhi pikirannya saat ini.

DRRT!

Dengan segara lelaki itu membuka ponselnya saat benda itu bergetar singkat tanda ada notifikasi masuk. Tapi saat ia melihat siapa yang mengiriminya pesan, lelaki itu menghembuskan napas kecewa.

"Ck! Ngapain sih Rene," gumam lelaki itu sedikit kesal.

Walaupun kesal, tapi ia tetap membuka isi pesan dari kakak iparnya itu. Dan saat ia membuka pesan yang dikirim dari kakak iparnya, lelaki itu langsung berdiri dan menyambar blazernya lalu berjalan keluar ruangannya.

Foto keponakannya yang sedang bermain dengan perempuan yang memenuhi pikirannya, membuat dirinya tidak berpikir dua kali untuk menyusul ke tempat perempuan itu berada.

Tim finance yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaan mereka terlihat kaget saat atasannya membuka pintu dengan tergesa-gesa.

"Kenapa tuh?" tanya Bu Dewi yang duduk di seberang Daniel. Dan jawaban lelaki itu hanya mengendikkan bahu tanda ia tidak tahu apa-apa.

Daniel juga terlihat bingung saat melihat Bian tiba-tiba keluar dari ruangannya dengan tergesa. Tapi tidak lama setelahnya ponsel Daniel bergetar tanda ada telepon masuk.

"Ya Mas?" sapa Daniel setelah mengangkat telepon dari Bian.

"Meeting besok kita ubah online aja. Agendakan Google Meet besok jam sepuluh pagi, gue hari ini mau ke Sukabumi." ucap Bian memerintahkan Daniel untuk merubah jadwal meetingnya besok.

"Siap Mas."

Bu Dewi dan yang lainnya langsung menatap ke arah Daniel dengan penuh tanya. "Kenapa?" tanya Bu Dewi penasaran.

"Mas Bian ke Sukabumi sampai besok," jawab Daniel.

"Ngapain?"

"Setahu gue sih itu kampung halamannya Irene, tapi gue nggak tahu alesan dia kesana karena apa," jawab Daniel lagi.

Sedangkan teman-temannya hanya membulatkan bibir mereka saat mendengar penjelasan dari Daniel.

*****

Irene memasuki kamarnya dimana Kina sedang menidurkan Jio. Walaupun sedikit telat karena seharusnya Jio tidur siang pukul satu siang dan sekarang sudah setengah tiga, tapi setidaknya anak itu tidak akan rewel nanti malam karena mengantuk padahal belum waktunya tidur malam.

"Sudah tidur?" tanya Irene setengah berbisik sambil berjalan mendekati Kina dan anaknya yang sudah pergi ke alam mimpinya.

"Udah Teh," jawab Kina.

Irene tersenyum saat Kina merubah panggilannya pada Irene. Irene kadang merasa wajahnya nggak cocok-cocok banget dipanggil dengan panggilan khas orang Indonesia karena wajahnya yang bukan seperti warga lokal pada umumnya, tapi Irene tetap menyukai panggilan apa pun untuk dirinya. Walaupun sebenarnya, ia lebih suka dipanggil nama saja.

"Lucu nggak sih muka kayak aku dipanggil Mbak atau Teteh? Kadang aku suka ketawa sendiri nih kalo lihat muka aku waktu dipanggil gitu," kata Irene yang sudah duduk di ruang makan diikuti Kina yang duduk di depannya.

Kina tertawa pelan mendengar kalimat Irene yang mengomentari cara orang memanggil dirinya.

"Terus maunya dipanggil apa?" tanya Kina.

"Aku sih prefer pada manggil nama aku aja,"

"Tapi kan bakal canggung nggak sih? Apalagi Teteh kan istri dari seorang Mas Bio," kata Kina sambil menekankan pada nama Mas Bio. Seakan-akan Bio adalah orang nomor satu di negara ini.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang