Chapter 14

441 84 17
                                    

Pagi itu ruang finance terdengar cukup ramai karena para pemilik ruangan sedang bingung menyiapkan data yang akan mereka pakai untuk meeting dengan Bian jam sepuluh nanti. Hanya meeting internal tapi bisa membuat kepala mereka hampir pecah jika materi yang mereka siapkan untuk presentasi nanti kurang.

Salah pemilihan kata saja bisa membuat Bian menatap tajam dan mengularkan kata-kata pedas, apalagi kalau bahan presentasi kurang, bisa dipepes hidup-hidup sama Bian. Contohnya saja, waktu itu Mas Krisna sedang mendapat giliran untuk presentasi mengenai laporan pengeluaran yang dia buat selama sebulan, dan saat itu Mas Krisna salah membaca angka lima dan angka enam. Dan hal tersebut membuat Mas Krisna bad mood seharian karena kata-kata Bian yang pedas.

"Udah punya empat mata aja masih salah baca, perlu gue tambahin kacamata kuda?" ucap Bian tanpa ekspresi saat mengomentari Mas Krisna yang salah baca nominal padahal sudah memakai kacamata yang memang selalu ia pakai saat bekerja.

Maka dari itu, semua tim finance selalu menyiapkan presentasi dengan sangat serius karena mereka selalu ingat semboyan Bian, "Do the best for zero mistake."

Bahkan Bu Dewi yang sudah menjabat sebagai supervisor tim finance masih sering melakukan latihan untuk presentasi yang akan ia bawakan. Karena walaupun Bian lebih muda dari Bu Dewi, tapi Bu Dewi sangat mengakui kinerja Bian yang sangat baik dan teliti, maka dari itu Bu Dewi juga selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik pada Bian.

"Guys," suara Daniel yang baru masuk ke ruangan finance mengalihkan teman-temannya yang sedang sibuk mempersiapkan presentasi meeting.

"Hari ini meeting ditunda ya," lanjut Daniel yang juga langsung berjalan ke arah meja kerjanya untuk mengambil beberapa dokumen yang akan ia bawa.

"Alhamdulillah," seru Bu Dewi dan Mas Krisna.

"Emang kenapa kok nggak jadi?" tanya Vio pada Daniel.

"Mas Bian masuk Rumah Sakit, kakinya yang kemarin bengkak itu ternyata retak di tulang keringnya," jawab Daniel dengan nada sedikit kesal. "Lagian aneh-aneh sih pake acara lewat tangga darurat segala," tambah Daniel dan secara tidak langsung menyindir Kina.

Kina sebenarnya sudah merasa bersalah sebelum Daniel memberitahu mereka tentang keadaan Bian, karena feeling Kina mengatakan jika Bian tidak akan masuk kantor saat kemarin ia melihat kondisi kaki Bian yang bengkak dan lebam. Tapi, yang ia tidak tahu adalah informasi Bian yang sampai harus ke Rumah Sakit karena ternyata ada retak di tulang keringnya, dan hal itu membuat Kina semakin merasa bersalah.

"Emm, kita nggak mau jengukin Mas Bian?" tanya Kina sedikit ragu pada teman-temannya.

Daniel menatap Kina dengan tatapan kagetnya. Dia pikir Kina tetap akan cuek pada apapun yang terjadi pada Bian.

"Boleh. Mau istirahat siang nanti atau pulang kerja?" tawar Bu Dewi menanggapi ide Kina.

"Istirahat aja, nanti sore gue ada acara sama Vio," ucap Mas Krisna dan langsung mendapatkan anggukan dari Vio.

"Mau kemana?" tanya Daniel yang lagi-lagi selalu kepo dengan urusan Mas Krisna dan Vio.

"Kepo." Vio menjawab pertanyaan Daniel dengan ketus.

"Udah-udah, lo berdua ini berantem mulu, gue nikahin juga nih sekarang," samber Tata yang jengah dengan pertengkaran Vio dan Daniel. Dan langsung mendapatkan ekspresi jijik dari Vio.

"Eh kenapa lo ekspresinya gitu?" kesal Daniel yang melihat ekspresi Vio. "Lo nggak mau nikah sama gue?"

Vio mengetuk-ketukkan kepalan tangannya pada meja sambil berkata, "Amit-amit deh amit-amit." Membuat semua orang disana tertawa karena Vio menolak Daniel mentah-mentah.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang