2. Kisah Lalu

13.9K 1.7K 300
                                    

Perempuan bertubuh langsing dan berwajah cantik itu menghampiri Aghastyan dengan air muka penuh kemarahan.

Aghastyan memasang muka penuh penyesalan, lalu membuka pintu. "Duh, Kak, maaf banget!"

"Masnya ngantuk atau gimana, sih? Jelas-jelas lampunya sedang merah, main seruduk saja!" umpat perempuan berambut sebahu itu.

"Saya sedang terima telepon penting, jadinya tidak fokus." Aghastyan berusaha memberikan alasan. Alasan palsu tentunya.

"Tidak peduli apa alasan Anda, yang jelas mobil saya penyok!" Perempuan itu teramat gusar melihat bagian belakang mobilnya.

"Tenang, Kak, saya akan ganti rugi kerusakan mobilnya. Saya akan minta bengkel langganan untuk membetulkan mobil Kakak."

"Bukan itu masalahnya! Saya juga punya asuransi, gampang tinggal klaim! Masalahnya, selama mobil di bengkel, saya naik apa? Aktivitas saya padat banget, lo!"

"Ah, kalau itu masalahnya, tidak usah khawatir! Saya akan meminjamkan salah satu mobil di rumah yang tidak terpakai selama punya Kakak di bengkel. Model serupa dengan tahun keluaran lebih baru dari ini. Jadi, saya jamin Kakak tetap nyaman selama pakai mobil tersebut. Gimana?"

Perempuan itu memandangi Aghastyan penuh kesangsian.

"Saya tidak bohong, kok, Kak." Aghastyan menaydari kesangsian perempuan cantik di hadapannya. "Gimana kalau kita pinggirkan dulu mobilnya supaya tidak mengganggu lalu lintas. Saya akan minta orang rumah membawakan mobil pengganti sekarang juga, sekaligus pihak bengkel untuk mengambil mobil Kakak. Sambil menunggu, kita ngopi dulu di sana supaya lebih tenang," usulnya sembari menunjuk ke salah satu kedai kopi di pojok perempatan.

"Hmmm ... oke!" Perempuan itu akhirnya memberikan persetujuan setelah mendapat klakson bertubi-tubi dari pengendara lain yang merasa jalannya terhalangi.

Keduanya segera mengarahkan mobil ke parkiran kedai kopi. Aghastyan bergegas turun, lantas menghampiri perempuan itu yang sedang mematikan mesin mobilnya.

"Sekali lagi, saya mohon maaf, ya, Kak," ucap Aghastyan penuh penyesalan ketika perempuan itu keluar dari mobilnya.

"Mau gimana lagi, sudah kejadian," jawab perempuan itu setengah ketus, terlihat masih kesal, tetapi berusaha mengatasi emosinya.

"Mari, kita tunggu di dalam. Barusan saya sudah telepon supir di rumah dan juga pihak bengkel. Semoga tidak lama sampai ke sini," ujar Aghastyan seraya mempersilakan perempuan itu untuk berjalan.

"Oke!" Perempuan itu memencet remote mobil untuk mengunci pintu, lalu berjalan bersama Aghastyan menuju kedai kopi.

"Oh, kita belum berkenalan. Aghastyan."

Perempuan itu menyambut uluran tangan Aghastyan, memperkenalkan namanya disertai senyum menawan. "Lavi."

***

"Ngik!"

Wangi menoleh, lalu menghampiri Banyu yang sedang duduk bersama ketiga temannya dan seorang lelaki bertubuh kurus yang belum dikenalnya di teras Bentuman.

"Kenalin, ini teman SMA-ku," ujar Banyu.

Wangi tersenyum, menjulurkan tangan untuk berkenalan. "Wangi."

Lelaki itu berusaha bangun dengan susah payah, ingin bersikap sopan dengan berdiri saat menjabat tangan Wangi. Jay yang duduk di sebelahnya segera membantu. "Erwin," ucapnya. "Namanya Wangi, kok, dipanggil Ngik."

"Itu panggilan sayang, Win. Cuma Banyu yang boleh panggil begitu. Wangi ini pacarnya Banyu, pasangan baru mereka, nih," goda Iwan yang langsung membuat Wangi tersipu.

Meneroka Jiwa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang