42. Pilihanku

9.9K 1.1K 227
                                        

Berjuta rasa-rasa yang tak mampu diungkapkan kata-kata
dengan beribu cara-cara kau selalu membuatku bahagia
Kau adalah alasan dan jawaban atas semua pertanyaan
Yang benar-benar kuinginkan hanyalah kau untuk selalu di sini ada untukku

Lantunan verse lagu Pilihanku dari Maliq & D'Essentials terdengar dari sebuah video klip yang ditayangkan di televisi saat Wangi dan Banyu memasuki sebuah kedai makan.

"Tahu dari mana ada restoran ini?" tanya Banyu sambil mengamati buku menu yang menyajikan berbagai makanan khas Indonesia.

"Googling, dong! Soalnya kemarin beberapa kali Mas bilang kangen tempe! Jadi, kucari tempat makan Indonesia dan menemukan Warung Malang ini," sahut Wangi disertai senyum lebar.

Banyu tergelak. Dalam hati terharu dengan perhatian Wangi terhadap hal sepele yang terlontar dari mulutnya. "Perhatian banget."

"Apa sih yang tidak buat Mas," goda Wangi.

Tawa Banyu kian kencang. "Sudah luwes ngegombalnya!"

"Belajar sama ahlinya, 'kan!"

"Aku tidak pernah ngajarin yang kayak gitu!" sanggah Banyu.

"Kan murid harus lebih pintar dari gurunya!" dalih Wangi tertawa, lalu memilih beberapa gorengan yang tersaji di rak etalase makanan.

Banyu mengamati sekelilingnya. Rumah makan yang terletak di daerah Causeway Bay itu tidak terlalu besar, hanya terdiri dari beberapa meja yang disusun memanjang dengan daya tampung pengunjung tidak lebih dari 30 orang. Selain makanan utama, restoran kecil ini menyediakan berbagai gorengan, kerupuk, hingga makanan minuman kemasan yang biasanya ditemui di Indonesia. Di salah satu sisi terdapat rak dinding yang dipenuhi majalah dan buku dari Indonesia. Benar-benar sebuah tempat yang dapat mengobati kerinduan terhadap tanah air apabila harus berada di negeri orang dalam waktu lama.

"Benar-benar Indonesia banget di sini, sampai-sampai tayangan televisinya juga saluran khusus Indonesia," ujar Banyu. Dagunya mengarah ke televisi yang terdapat di pojok ruangan, sedangkan tangannya mencomot tempe goreng dari piring yang disodorkan Wangi.

Wangi menggigit bakwan goreng hangat sambil ikut memandangi tayangan di televisi yang masih menyajikan video klip dari Maliq & D'Essentials.

Maukah kau tuk menjadi pilihanku
Menjadi yang terakhir dalam hidupku
Maukah kau tuk menjadi yang pertama
Yang selalu ada di saat pagi ku membuka mata

"Pembuat lagu itu pintar banget menyusun kata, ya, Mas. Menjadi yang pertama yang selalu ada di saat pagi membuka mata." Wangi berdecak mengagumi kedalaman makna kalimat romantis dalam chorus lagu tersebut.

"Hitler," ujar Banyu.

"Kok, Hitler?" Wangi mengerutkan dahi.

"Iya. Setiap pagi, begitu melek yang pertama kulihat pasti si Hitler."

Wangi terkekeh. Kalimat yang semula romantis menjadi terdengar menggelikan kalau diartikan oleh Banyu. "Dasar manusia tidak romantis!"

Banyu tersenyum lebar, kembali asyik menikmati tempe goreng.

"Kayaknya banyak pekerja Indonesia di sini, ya, Mas?" tanya Wangi setelah memesan makan siang ke pelayan yang merupakan orang Indonesia. Dilihatnya tiga orang berbincang dalam Bahasa Indonesia di meja tak jauh dari mereka dan beberapa orang berwajah Asia yang baru memasuki rumah makan itu menjelang jam makan siang.

"Setahuku, TKI terbanyak memang ada di Hong Kong, selain di Taiwan dan Malaysia," sahut Banyu.

"Dulu aku pernah ditawari jadi TKW ke Arab, tapi ternyata sama agennya disuruh bayar cukup besar di awal. Aku cari kerja karena tidak punya uang, malah disuruh setor uang. Batal, deh!" ungkap Wangi.

Meneroka Jiwa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang