22. Terpesona

10.5K 1.5K 244
                                        

"Wah, sepertinya ini lebih besar daripada yang di Bintaro, ya, Mas?" Wangi memandangi tempat usaha baru Banyu di kawasan Depok dengan takjub.

"Iya, sekitar satu setengah kali lebih luas daripada Bintaro," sahut Banyu sambil mencopot helmnya.

Mulut Wangi membentuk huruf O, sedangkan matanya masih sibuk mengamati area usaha Banyu. Benresik Car Wash di sebelah kanan, Bentuman Restaurant & Coffee Shop di bagian tengah, dan Benkuwat Fitness Center di sebelah kiri. Mengusung desain minimalis bernuansa rustic dan asri, membuat Bentuman Restaurant & Coffee Shop tidak hanya menjadi tempat makan yang menyenangkan, tetapi juga tempat menunggu yang nyaman bagi pelanggan yang menanti mobilnya dibersihkan atau pecinta olahraga yang melepas penat setelah menguras keringat.

"Bagus banget tempatnya, Mas. Aku suka desain restorannya, bikin betah duduk lama-lama," sanjung Wangi.

Banyu membalas dengan senyuman, lalu dengan sigap membuka pengait tali pengikat helm Wangi. Ia kemudian melepaskan helm dari kepala Wangi, memegang helm dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya merapikan rambut Wangi yang sedikit berantakan, lalu mengelap bulir-bulir keringat di dahi Wangi dengan sisi telapak tangannya.

Meski dilakukan tanpa senyum atau iringan kata-kata rayuan, tetapi bagi Wangi perlakuan Banyu justru teramat romantis. Perhatian tanpa gombalan terasa lebih mesra. Tak ayal, ia pun menundukkan kepala, senyum-senyum sendiri.

"Biasa saja, dong, tidak usah salah tingkah gitu," ledek Banyu yang mengamati gestur Wangi.

Wangi mengerucutkan mulutnya. Banyu tergelak.

"Halo, Mbak Wangi!" sapa Erwin. Kendati menggunakan kruk, tetapi lelaki itu bergerak dengan sangat lincah. "Akhirnya sampai juga ke Depok, ya?"

"Halo, Mas Erwin. Iya, akhirnya diajak juga, nih, sama yang punya!" sahut Wangi sambil melirik ke arah Banyu yang sedang menaruh helm di atas motor.

"Yah, maklum, Win, orang sibuk susah diajak mendadak. Harus bikin janji dulu jauh-jauh hari," sahut Banyu sembari melepas jaketnya.

Erwin tertawa. "Kita minum dulu, yuk! Pasti capek naik motor dari Bintaro. Sekalian ngerasain Bentuman Depok."

Wangi dengan cepat mengangguk. Meskipun jalanan tidak terlalu padat di akhir pekan, tetapi menempuh perjalanan sekitar 25 kilometer membuatnya penat dan haus.

Baru saja ketiganya berjalan beberapa langkah, sebuah klakson mobil berbunyi nyaring diikuti oleh teriakan seseorang dari arah belakang mereka, memasuki area parkir yang cukup luas.

"Yuhuuu ... kami sampaiiii!" Kepala Iwan menyembul dari jendela mobil.

Wangi tersenyum lebar melihat aksi Iwan yang seperti anak kecil tamasya.

"Rombongan sirkusnya datang," sahut Banyu, berbarengan dengan Iwan, Jay, Saras, dan dua orang karyawan Banyu lainnya turun dari mobil.

"Pas banget, Banyu dan Wangi juga baru datang. Kita minum dulu, yuk!" ajak Erwin.

"Cuma minum doang, Win?" tanya Iwan sambil mengusap perutnya. Perjalanan Bintaro - Depok membuatnya lapar.

"Tenang, sudah disiapkan makanan yang banyak juga!"

Iwan dan Jay melonjak kegirangan. "Asiiik, tidak langsung kerja, santai dulu!"

"Awas, hati-hati, jangan senang dulu! Biasanya habis dikasih makan banyak, kita kerja rodi," ledek Saras.

"Benar juga! Apalagi akhir-akhir ini si bos makin ngefans sama tuyul. Kerja jelas dan cepat, tanpa banyak tingkah!" imbuh Iwan.

"Bos kita macam kombinasi VOC sama pengabdi tuyul, ya, Wan!" ledek Saras.

Meneroka Jiwa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang