Transmigrasi ~ 20

172K 13.4K 215
                                    

Aster mengukir senyum, jemarinya terulur mengusap kening Sheila. Gerakan tangannya menurun dan berakhir di dagu cewek itu. Perlahan, netranya mengabsen segala kesempurnaan pada wajah rupawan Sheila. Sheila menepis sentuhan Aster, cowok itu selalu membuat terkejut Sheila dengan segala tingkah bucinnya.

" Aku anter pulang"

Aster dengan segala eksistensinya yang suka berlaku seenaknya dan tidak suka di bantah membuat Sheila terus mengumpat di dalam hati.

" Gak "

" Kalau mau disini sampai malem ya gakpapa. Gue tungguin. " Ujar Aster santai. Dia mengambil duduk di sebelah Sheila. Mereka berdua berada di halte sekolah karena kebetulan Sheila di antar supir. Namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda kedatangan mobil jemputannya.

Sheila mendengkus kesal, malas berdekatan dengan Aster. " Kurang kerjaan banget sih lo!"

" Kamu pikir aku rela tinggalin kamu sendirian disini. Coba kamu liat tuh udah sepi banget"

Sheila ikut melihat sekeliling. Benar juga yang di katakan Aster, hari semakin sore para murid pun sudah tidak ada alias sepi.

" Gue tetep gak mau pulang sama lo! " Sheila beranjak dari tempatnya. Berjalan menyusuri trotoar, dia lebih memilih jalan kaki daripada harus di antar sama Aster.

"Yakin mau jalan kaki, masih jauh lo" Sindir Aster. Cowok itu membututi dengan mengendarai motor pelan di belakang Sheila.

Sheila tidak menggubris capek juga ternyata, baru sepuluh menit berjalan nafasnya sudah ngos-ngosan. Gadis itu mengusap peluh yang membasahi pelipis. Melirik Aster yang masih betah di belakangnya.

" Kenapa? Capek?. "

" Gak! "

" Udah sini naik," Titah Aster tegas.

" Gak mau! "

" Jangan kaya anak kecil bisa? "

Sheila mendelik " Hilih kayak lo udah dewasa aja! "

" Sheila naik atau gue gendong? " selang beberapa detik tubuh Sheila sudah melayang. Aster menggendongnya ala bridal style lalu mendudukan gadis itu di jok belakang motornya. Sifat keras kepala Sheila membuat dia gemas.

" Ih turunin gue! "

" Kalo kamu tetep turun, kamu dapat hukuman! " Aster memperingati.
Dengan hati dongkol Sheila terpaksa menuruti perkataan cowok itu. Tentu hukuman yang di maksud Aster adalah hal gila yang membuat dirinya dirugikan.

Aster pelemparkan jaketnya ke pangkuan Sheila " Besok jangan pake rok itu lagi, kependekan! "

"Dih lo siapa, sok ngatur! "balas Sheila.

" Ya gak papa kalau mau aku robek roknya"

Motor Aster mulai berjalan,  Sheila tidak mengatakan apapun. Gadis itu diam menikmati semilir angin malam yang menusuk lapisan terluar kulitnya. Ekspresi Sheila sudah tidak sedatar tadi, Aster melirik dari kaca spion. Senyuman tipis terbit di bibir cowok itu. 

" Pegangan biar gak jatuh! "

" Udah " Sheila mengeratkan pegangannya pada pundak Aster.

" Bukan di sana Sheila"

"Disini! " Aster menuntun kedua tangan Sheila melingkar di pinggangnya. Gadis itu tidak memprotes, pasti tenaganya terkuras jika harus berdebat dengan Aster lagi. Ibu jari  Aster mengelus punggung tangan Sheila, memberikan kenyamanan pada pujaan hatinya. Sebenarnya Aster ini cowok romantis ketika sudah menemukan pawang yang tepat.

Sampai di kediaman Adyaksa,  Sheila langsung masuk tanpa berpamitan dengan Aster. Cowok itu menggelengkan kepala, kelakuan Sheila sangat membuat dirinya gemas. Kelakuannya sangat berubah, tidak seperti Sheila yang dulu sering bersikap manja kepadanya. Bahkan ketika Aster sudah sampai rumah, Sheila masih memberinya pesan menanyakan sudah makan atau belum, sudah sampai rumah atau belum dan segala pertanyaan lain.

" Bego banget lo Ter udah sia-sia in cewek kayak dia" gumam Aster menyesal.

**********

"Mati lo! " Desis Vegas ,dia memberikan satu pukulan terakhir kepada preman berbadan gempal. Kebrutalan Vegas malam ini ia abadikan dengan merekamnya. Ia mengirim video itu kepada Sandy.

" Hewan kayak lo gak pantas hidup" Geram Vegas.

" Gue adalah wujud karma buruk dari setiap perbuatan jahat yang kalian lakukan" Sambung Vegas menyeramkan. Sorot mata hitam legamnya membidik tajam mayat itu.

Vegas sangat candu dengan darah orang jahat. Preman yang terkapar di depannya itu merupakan pelaku pelecehan seksual terhadap anak SMP. Kondisi muka babak belur, tangan patah dan mata di congkel sangat cantik di mata Vegas.

Sebelum pergi, Vegas selalu mengukir inisial LV pada perut korban menggunakan belati kesayangannya.
Cowok itu menyeringai di balik masker, malam yang sunyi menenggelamkan dia dalam kegelapan.

Vegas berjalan di gang Jalan Mawar, tempat para preman itu bersembunyi. Dia selalu datang ke sana untuk menghabisi target.

Ekpresinya menyeramkan namun juga memiliki nilai ketampanan yang luar biasa. Vegas menoleh ke kanan dan ke kiri,  suasana begitu sepi karena ini tengah malam. Pembunuhan itu selalu dilakukan dengan bersih tanpa meninggalkan jejak. Entah bagaimana cara dia melakukannya, yang pasti para korbannya masuk berita pembunuhan televisi yang tidak di ketahui identitas pembunuhnya.

Cowok itu menyipitkan mata ketika melihat seorang gadis duduk di atas motor sambil memegang ponsel. Malam-malam begini dia heran kenapa masih ada gadis seperti itu berkeliaran. Cukup lama Vegas memperhatikannya namun gadis itu sama sekali tidak ada tanda-tanda ingin pergi.

Bukannya tidak peduli, tapi Vegas tidak suka mengurusi kehidupan orang lain. Dia menyalakan motornya lalu pergi meninggalkan daerah itu.

TBC

TERIMA KASIH YANG UDAH VOTE DAN KOMEN DI PART SEBELUMNYA.

JANGAN LUPA FOLLOW IG
@WPLEENA_

THANK YOU

SHEILA : The Judgement Day (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang