Transmigrasi ~ 6

225K 18.4K 261
                                    

Aster sedang berada di markas The Lions. Menghisap rokok di sudut ruangan dengan pandangan menerawang ke depan. Sampai tidak sadar jika Galen sudah duduk di sampingnya.

" Galau banget kayaknya" Celetuk Galen.

Aster menoleh sekilas lalu berdehem menanggapi.

" Lagi mikirin apa sih " Galen penasaran pada bossnya ini. Pasalnya Aster tidak pernah menunjukan raut wajah frustasi.

Aster membuang putung rokok lalu menginjaknya dengan sepatu.
" Nyonya besar " Jawaban singkat yang keluar dari mulut Aster tentu membuat Galen terperangah. Lelaki berhodi hitam itu tau siapa yang di maksud nyonya besar oleh lelaki sangar di sampingnya ini.

" Tumben lo mikirin nyonya besar , biasanya gak peduli tuh" cibir Galen.

" Dia beda "

" Sheila emang Beda banget anjir, makin cantik ,makin mempesona, menawan , badass , pokoknya seksi banget dimata gue!" Ujar Galen menggebu.

Aster menatap tajam Galen yang berceloteh sambil membayangkan perubahan Sheila di sekolah. Mata lelaki itu menggelap, rahang kokohnya mengeras tanda bahwa dia tidak terima Sheila di akui seperti itu.

" Shut up!" Geraman Aster mampu membuat Galen bergidik ngeri. Bulu kuduknya merinding sampai tidak berani menatap mata sang panglima The Lions.

" Sorry bos hehehe, tapi gue boleh deketin Sheila kan? Soalnya Dia udah gak berpawang" ingin sekali Aster merobek mulut Galen yang lama lama semakin ngelunjak.

" Ampun bos!" Galen langsung lari dari sana setelah melihat tatapan membunuh dari Aster. Lelaki itu sungguh mengerikan sekarang,Penampilannya yang berantakan,baju seragam di keluarkan,dasi yang sudah tidak terpasang pada tempatnya serta rambut yang acak acakan.

" Mau ngapain lagi lo!" Geram Aster ketika batang hidung Galen muncul lagi dari balik pintu.

" Calm down bro!, Gue cuma mau kasih tau info penting " Galen nyengir, dia ragu mendekati Aster.

" Apaan?"

" Geng Artexz nantangin Lo balapan nanti malem!"

" Kenapa gue? Suruh Albirru aja!" Aster kesal karena selalu disuruh duel balapan melawan Artexz musuh bebuyutan The Lions. Padahal mereka tahu kalau Panglima The Lions tidak pernah kalah.

" Tadi Albirru nyuruh lo! Sekarang lo nyuruh Albirru aja, gimana sih!" Galen bingung juga, disini sebenarnya yang jadi ketua itu Albirru atau Aster. Karena ketika ada balapan, atau tawuran antar geng semua Aster yang urus. Aster juga yang turun tangan.

Albirru datang bersama Aksara di belakangnya. " Kenapa?" Tanya Albirru menghampiri Aster dan Galen.

" Si Aster nyuruh lo aja yang duel Al" Ujar Galen menatap sang ketua.

Albirru menaikan sebelah alisnya heran" Bukannya setiap kali kalau ada yang nantangin, Lo yang bakalan  maju?"

" Lagi galau " bukan Aster yang menjawab melainkan Galen.

Aster menatap tajam galen penuh peringatan.

" Kalo lo gak mau, biar Aksara!"

Aksara sontak membelalakan mata, apa apan ini dia tidak pernah balapan dan sekarang Galen menyuruhnya seenak jidat. Tidak boleh di biarkan dia harus protes!

" Bangsat kok gue? " Ujar Aksara setengah berteriak.

" Pak ketu sama wakil lagi mager , satu satunya harapan kita ya cuma lo"?

" No! Ter jangan gue dong!!" Aksara memelas,mengharap belas kasihan dari Aster. Geng Artexs itu memiliki kekuatan sebelas dua belas sama The Lions jadi dia tidak mau di korbankan apa lagi nanti jika sampai kalah, harga diri The Lions akan di injak injak oleh mereka.

" Enggak! kali ini biarin Albirru yang balapan!" Putus Aster lalu pergi dari sana tanpa lupa memakai jaket kebanggaan The Lions. Dirinya terlalu malas untuk melakukan apapun setidaknya sampai moodnya membaik.

" Aster! Balik lo!!" Teriak Albirru menggema tetapi tidak di gubris oleh Aster.

**********

" Shei lo mau pesen apa?" Tanya Frezia yang sedang membolak balikan buku menu.

" Matcha tea aja " balas Sheila. Setelah pulang sekolah mereka berdua mampir ke kedai coffe depan sekolah .

" Mbak moccachino sama macha tea satu ya!" Ujar Frezia kepada mbak mbak waiters.

" Baik, di tunggu sebentar ya kak"

Pandangan Sheila menyapu ke segala penjuru kedai. Matanya tidak sengaja menangkap sosok Aster yang sedang menunggu seseorang di depan halte sekolah. Kebetulan dinding kedai coffe ini di desain menggunakan kaca sehingga pengunjung bisa melihat kendaraan yang lalu lalang dari jalan raya di depannya.

" Shei, itu Aster kan? Ngapain dia disana?" Tanya Frezia yang melihat hal yang sama.

" Gak tahu " jawab Sheila acuh.

Selang beberapa menit , orang yang di tunggu Aster muncul juga. Refiza berjalan pelan mendekati Aster . Terlihat Aster memasangkan helm ke kepala gadis itu.

" Bangsat ternyata Refiza." Umpat Frezia. Gadis itu terlihat sangat kesal.

" Biasa aja kali"

" Anjir Shei, tunangan lo lagi sama cewek lain masa lo diem aja sih"

" Ya terus gue harus ngapain?" tampang polos dan lempeng Sheila membuat Frezia ingin menaboknya.

" Hadeuh, labrak kek jambak kek biar mampus!"

" Bukan gaya gue banget''. Sheila melirik ke tempat Aster tadi. Lelaki itu terlihat meninggalkan halte dengan membonceng Refiza. Padahal tadi di sekolah Aster membolos bisa bisanya dia balik lagi untuk menjemput Refiza sang pujaan hati.

" Silahkan di minum kak" Ujar waiters yang mengantarkan minuman mereka.

" makasih ya mbak."

Frezia memperhatikan Sheila intens, tidak ada raut sedih atau kecewa disana. Tidak seperti biasanya jika Aster kedapatan bermesraan dengan Refiza maka Sheila akan nangis nangis sambil curhat. Apa mungkin efek amnesia sehebat ini?



TBC

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

ASTER

SHEILA

REFIZA

SHEILA : The Judgement Day (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang