Transmigrasi ~ 33

128K 12K 1K
                                    

Frezia mengamati Aksara yang masih terpejam. Alis tebal, bibir pucat, dan ada beberapa luka di lengan pemuda itu terekspos. Inti The Lions yang terkenal kaku dan dingin itu kini  terbaring tak berdaya di ranjang Rumah Sakit. Jujur Frezia merasa sedih melihat keadaaan Aksara, tanpa di pungkiri rasa itu kembali muncul setelah dua bulan lamanya.

Frezia mengambil duduk di kursi di samping ranjang Aksara. Gadis itu menyentuh tangan Aksara yang terasa dingin. Frezia mengenggamnya lembut.

" Aksa, aku gak tahu apa yang kamu alami selama ini. Apapun itu semoga kamu kuat dalam menjalaninya. Jangan pernah menyerah Aksa, walapun kita udah ga ada hubungan lagi tapi aku tetep Zia yang dulu. Zia yang sayang sama kamu. " Frezia mengatakan itu sambil meneteskan air mata.

"Dulu kamu pernah bilang kalo kamu gak akan ninggalin aku kan?. Tapi kenyataannya kamu ninggalin aku Sa. " Frezia menangis semakin deras. Dia tidak tega dengan kondisi Aksara.

" Mungkin sekarang aku udah gak ada hak lagi buat khawatirin kamu, aku gak berhak buat tahu semua masalah hidup kamu. Tapi aku mohon sama kamu, kamu harus janji buat gak sakit lagi Sa. "

" Aku menghargai semua yang kamu lakuin, aku bakal dukung asal kamu tetep bahagia dan baik-baik aja. "

Frezia merasa sesak, nyeri di dada tidak bisa ia cegah. Ia ingin sekali berbicara kepada Aksara empat mata. Mencurahkan segala isi hati yang sebenarnya.

Meskipun di lubuk hatinya yang paling dalam masih mengharapkan Aksara, Frezia tidak mau egois. Gadis itu menghormati keputusan Aksara dan tidak membenci kelakuannya yang sedikit kaku. Sebenarnya Aksara bisa saja mencair jika ia di pertemukan dengan gadis yang bisa memberikan kenyamanan dan pengertian lebih di banding dirinya.

Frezia mengusap rambut Aksara yang sedikit berantakan dengan pelan. Ia menatap Aksara dengan sendu. " Cepet sadar ya Aksa, Aku sayang sama kamu. "

Setelah mengatakan itu Frezia bangkit. Gadis itu mengusap air matanya dengan tisu. Dia tidak mau ketahuan menangis oleh Sheila. Jika tahu, pasti sahabatnya itu akan mengeinterogasinya seperti polisi.

Frezia melangkah keluar dari ruangan. Namun ia tidak sadar jika air mata Aksara diam-diam menetes sambil terpejam. Aksara sudah sadar dan dia mendengar semua ungkapan Frezia.

Batin Aksara semakin meraung kesakitan. Pemuda itu sampai kesusahan untuk bernafas. Entah kenapa perkataan Frezia membuat dirinya merasa bersalah. Seperti di hantam ribuan tombak, Aksara menangis dalam diam.

*************

" Ngapain bawa gue kesini?" Sheila kesal karena Aster membawanya ke toilet.

" Jelasin Shei! "

" Jelasin Apa sih Ter? "

" Jelasin ada hubungan apa lo sama Aksara? "

" Gak ada! "

" Kenapa bisa sampai ke rumah Aksara? "

" Dia yang nelfon gue kok! "

" Ngapain Aksara nelfon lo,?"

" Lo tanya aja sama dia. Kenapa bisa telfon gue bukan lo! "

" Serius Shei!"

" Ck,  Lo cemburu sama sahabat sendiri? " tanya Sheila sinis.

Aster menyudutkan Sheila ke dinding, " Kalo cemburu emang kenapa hm? " bariton tegas itu memenuhi indera pendengaran Sheila, apalagi di tambah dengan deheman di akhir kalimat membuat Sheila merinding.

Mata tajam Aster mengunci pergerakan Sheila hingga tidak bisa membuat gadis itu berpaling barang sedikit pun.

" Hobby banget nyudutin ke dinding!"Gumam Sheila. Alisnya sudah bertaut tanda kesal.

" Kalo sama lo gue pengennya lama di posisi kayak gini. " Aster menyeringai. Hembusan nafas beraroma mint yang segar menerpa wajah mulus Sheila. Posisi mereka sangat dekat sampai ujung hidung Aster menyentuh pipi Sheila.

Lengan kanan Aster berada di samping kepala Sheila, sedangkan yang lain ia gunakan untuk menggenggam tangan Sheila. Mereka berdua beradu pandang saling menatap. Netra bulat dan bulu mata lentik Sheila mengerjap anggun,  " Gue capek kalo harus ladenin lo yang cemburuan!"

" Mata lo cantik banget. "Puji Aster terpukau.

Sheila melotot, " Minggir nggak!? "

" Gue lepasin tapi dengan satu syarat" kata Aster penuh makna.

Sheila menaikkan sebelah alisnya penasaran. " Apa? "

" Kiss me. " Ujar Aster dengan suara serak basah. Sudut bibir pemuda itu ikut terangkat. Aster sangat betah melihat ekspresi Sheila yang terkejut.

" Mau gue tonjok? Gini-gini gue jago bela diri tau gak? "

" Gue juga gak keberatan kalo kita disini sampe besok. "

"Brengsek!"

"Jadi, mau apa nggak? "

Sheila mendengkus kesal, dia mengangguk mengiyakan permintaan Aster. Sheila hanya tidak mau berlama-lama disini bersama cowok mesum seperti Aster. Sheila harap setelah ini ia bisa kabur.

Melihat itu Aster senang bukan main. Cowok itu tersenyum dengan ekspresi songongnya.

Sheila mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Aster. Semakin memangkas jarak mereka berdua hingga tak tersisa. Bibir keduanya bertemu, Sheila hanya menempelkan bibirnya. Karena tidak sabar berlama-lama Aster langsung melumat bibir Sheila dengan brutal.

Ciuman Aster semakin lama semakin menuntut membuat Sheila kualahan. Jantung mereka berdua berpacu lebih cepat akibat suasana yang mendadak menjadi panas. Jemari Aster tidak tinggal diam, bergerak menyusuri bahu Sheila hingga ke pinggang.

Sheila memukul lengan Aster karena kehabisan nafas, namun Aster tidak membiarkan ciuman mereka selesai begitu saja. Ia terus mendesak Sheila untuk membuka mulutnya. Karena kesal, Sheila menggigit bibir Aster hingga berdarah. Hal itu membuat Aster reflek menjauhkan diri.

Arghhh

" Apa-apaan sih Shei." Kesal Aster sembari memegang bibir kesakitan.

Sheila menghirup udara sebanyak-banyaknya. " Lo mau bikin gue mati hah!? "

" Buka baju lo! "Titah Aster

Sheila langsung menyilangkan tangannya di depan dada sambil memelototi Aster. " MAU APA LO HAH? JANGAN MACEM-MACEM YA TER! "

Aster membuka kancing bajunya sambil menatap Sheila intens.

"ASTER LO MAU LECEHIN GUE DISINI?" teriak Sheila melihat aksi Aster.

"Diem! "

"GAK BOLEH,  GUE TAHU GUE SEKSOY TAPI JANGAN PERKOSA JUGA KALI! " Sheila memepetkan dirinya di dinding karena takut dengan Aster.

Aster membekap mulut Sheila yang seperti toa. Bisa gawat jika ada orang yang mendengar teriakan gadis itu. Baju seragam Aster sudah terlepas menyisakan kaos hitam berlengan pendek. " Ganti baju lo, kotor banget kena darahnya Aksara. " perintah Aster sambil menyodorkan bajunya.

"Hah? "Sheila cengo, jadi Aster tidak ingin melecehkan dia disini?

"Huffftt. "Sheila menghela nafas lega.

" Pikiran lo yang mesum! " Kata Aster sambil mengacak rambut Sheila gemas.


TBC

NIH YANG MINTA DOUBLE UP HARI INI UDAH DOUBLE UP JADI JANGAN PELIT VOTED YAAAAA

MAU TAU SEBERAPA BANYAK PENUMPANG KAPAL

ASTERSHEILA

VEGASSHEILA

FREZIAAKSARA

SPAM EMOT 💜 BIAR LEBIH KIYOWO

TARGET 3K VOTED

SELAMAT MALAM MINGGU

THANK YOU :)

SHEILA : The Judgement Day (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang