Transmigrasi ~ 30

137K 12.2K 1.8K
                                    

Pagi yang cerah menyambut kedatangan Sheila. Gadis itu berjalan di pinggir lapangan sambil menyanyikan lagu Typa Girl dari girl grup korea kesukaannya, Blackpink. Tidak tahu kenapa hari ini Sheila merasa damai ketika menghirup udara sejuk dan segar. Apa mungkin karena udara di pagi hari ini belum terkontaminasi dengan nafas si munafik alias Refiza?

Tujuan Sheila kali ini adalah UKS, dia butuh sedikit obat sakit kepala untuk meredakan pusing yang ia rasakan dari semalam. Jari lentik itu memutar knop pintu dengan perlahan. Suasana masih sepi karena Sheila selalu berangkat lebih pagi dari murid yang lain. Anak-anak PMR pun belum ada yang jaga di sini.

Sheila menaruh tas di atas ranjang UKS, dia kemudian berjalan ke tempat obat-obatan. Gerakan tangan Sheila berhenti ketika mendengar suara rusuh dari luar. Dia membuka gorden lalu mengintip dari balik jendela UKS.

Alis Sheila menyatu, " Albirru sama Refiza? ". Gumam Sheila.

Sheila tidak bisa mendengar secara pasti apa yang mereka bicarakan,yang jelas Albirru terlihat marah-marah kepada cewek cupu itu. Refiza pun seperti menenangkan Albirru agar tidak menarik perhatian murid yang mulai berdatangan.

"Anjing! " Sheila memekik,ia reflek menutup mulut. Pemandangan di depannya ini sungguh membuat dia jijik.

Albirru dan Refiza berciuman singkat di depan UKS.

Sheila tidak menyangka Refiza seberani ini, apa dia tidak takut jika nanti ketahuan oleh Aster.

"Katanya cinta mati sama Aster, tapi malah ciuman sama Albirru, cih!" Maki Sheila sinis.

" Oh iya gue lupa kalo dia lonthe. "

Melihat Albirru dan Refiza yang sudah pergi, Sheila langsung keluar dari UKS, gadis itu tersenyum samar. Untung tadi dia bisa berfikir cerdik, Sheila mengabadikan momen tersebut di dalam ponselnya.

Gadis berambut ombre ungu dan abu itu menyusuri koridor dengan santai. Beberapa kali Sheila melotot karena cuitan menggoda yang cowok-cowok SMA Cakrawala lontarkan kepada dirinya.

Meskipun begitu Sheila tidak pernah menggubris mereka, karena tidak ada satu pun yang masuk dalam kriteria pria idamannya. Sheila menyukai cowok yang luarnya terlihat cool namun sebenarnya perhatian, cowok yang tidak banyak bicara namun tegas dan sangat peduli. Mungkin sekarang sudah langka karena cowo brengsek semakin merajalela.

Koridor yang semula ramai tiba-tiba hening, Sheila menghentikan langkah,  dahinya mengernyit penasaran. Ia menatap semua orang yang menunduk tidak berani memandangnya lagi. Seketika ia mengerti, tubuhnya berputar 180 derajat.

Aster berdiri tidak jauh dari posisi Sheila, cowok tampan namun mengerikan itu sedang menatap cowok-cowok genit yang menggoda Sheila dengan tatapan tajamnya seakan memberi peringatan kepada mereka.

Raut tegang Pemuda itu langsung lenyap saat ia berjalan mendekati Sheila, Aster melihat Sheila dengan ekspresi kagum.

Sheila memutar bola matanya malas, " Stop! "

Mendengar penuturan Sheila. Aster langsung berhenti, ia yang sebetulnya ingin memeluk Sheila langsung melayangkan tatapan memprotes. " Shei? " Keluh Aster.

" To the point Ter,  gue males lama-lama! "

Aster mengembuskan nafas dalam, " Kamu cantik banget hari ini. "

" Jadi maksud lo biasanya gue jelek? "

" Enggak by,  hari ini cantiknya nambah. " Aster melayangkan gombalan mautnya. Tampilan Sheila seperti kakak kelas yang modis sungguh menakjubkan di mata Aster.

" Halah,  kalau cantik gak mungkin di selingkuhin sih. " Balas Sheila tajam. Gadis itu selalu berupaya mengingatkan Aster tentang kesalahan yang ia lakukan.

SHEILA : The Judgement Day (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang