Transmigrasi ~ 43

78.1K 4.5K 206
                                    

Aster sampai di rumah Sheila setelah memerlukan waktu yang panjang untuk membujuk gadis itu supaya mau keluar bersamanya. Tentu Sheila tidak langsung mengiyakan ajakan Aster, lelaki itu perlu sedikit mengancam agar gadisnya menurut. Setelan kaos hitam dilapisi jaket kebanggaan The Lions melekat sempurna di tubuh kekar Aster. Di padukan dengan celana berwarna nude sangat terlihat casual. Aster menyugar rambutnya ke belakang sebelum mengetuk pintu.

Tok tok tok

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.” Sahut seseorang dari dalam.

Pintu terbuka menampilkan Renata, mama Sheila.

“Loh Aster mau ngajak Sheila jalan ya?”

Aster tersenyum tipis, “Iya tante.”

“Yuk masuk dulu, Sheila masih siap-siap.”

“Baik tante.”

Renata mengajak Aster duduk di sofa ruang tamu. “Aster tante mau tanya sesuatu sama kamu.”

“Kenapa tan?”

“Gimana hubungan kamu sama Sheila?” Tanya Renata lembut.

Aster dengan mantap menjawab, “Kita baik-baik aja kok tan, Sheila juga makin deket sama saya.”

“Bagus kalau gitu. Tante jadi gak sabar sama pernikahan kalian.” Ujar Renata, membuat Aster senang.

Pemuda itu sengaja berbohong agar Renata tidak membatalkan pertunangannya dengan Sheila. Entah apa yang di katakan gadis itu kepada mamanya sehingga Renata tiba-tiba bertanya seputar hubungannya dengan Aster. Untung saja Aster cerdik, jangan sampai Renata tahu kelakuan buruk Aster dulu kepada Sheila. Sekarang dia sangat mencintai Sheila dan tidak mau kehilangan gadis itu meskipun nyawa taruhannya.

Sheila menuruni tangga dengan badas, ia memakai crop top hingga memamerkan perut ratanya di lapisan dengan blazer dan celana panjang. Sheila menyebutnya Korean Style . Aster yang melihat penampilan Sheila seperti itu tidak melepaskan padangan nya sedikit pun. Ia berkali-kali memuja Sheila di dalam hati.

“Ayo cepetan.”Ujar Sheila.

Lamunan Aster buyar, dia mengangguk kemudian berpamitan dengan Renata. ”Aster sama Sheila pergi dulu ya tan.”

Renata tersenyum, “Iya hati-hati di jalan. Kamu jagain Sheila ya. Pulangnya jangan terlalu malem.”

“Baik tante.”

Sheila mencium tangan Renata bergantian dengan Aster. “Sheila pergi dulu ma.”

“Iya sayang.”

Di dalam mobil mereka berdua diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya terdengar suara deru mobil dan nafas yang saling bersahutan. Sheila tidak sudi keluar bersama pemuda di sampingnya kalau bukan karena terpaksa. Ia sedikit melirik ke arah Aster yang fokus menyetir dengan raut wajah datarnya. Apa dia tidak merasa bersalah?

“Masih marah?” Tanya Aster dengan nada berat. Dia masih memandang lurus ke depan.

Ngga marah, Cuma kesel.

Batin Sheila. Dia tetap membisu biar Aster tahu kalau dirinya sedang marah.

“Mukanya jelek kalau marah.” Ujar Aster lagi.

Sheila melirik sinis, “Bodo amat.” Dia benar-benar berada di ambang kesabaran. Sheila bersedekap kemudian melihat jalanan dari jendela.

Aster menghela nafas panjang, ia menepikan mobilnya.

“Kenapa berhenti? Kan belum sampe tuh.” Tanya Sheila ketus.

Aster melepas sabuk pengaman lalu memiringkan tubuhnya ke arah Sheila. Menatap gadis itu dengan ekspresi yang terlihat frustasi. “Jangan marah lagi sayang.” Ujar Aster. Tangan kanannya terulur untuk membelai pipi Sheila.

SHEILA : The Judgement Day (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang